MAKALAH
MANUSIA DAN
KEBUTUHAN
DOKTRIN
AGAMA
Disusun sebagai
TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT ILMU DAN KEMUHAMMADIYAHAAN
Disusun oleh :
EKO SUSANTO
MUHAMAD RIDHO HS.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2016/2017
Kata pengantar
Bismillahhirrohmanirrohim.
Assalam’alaikum Wr.Wb.
Tiada kata yang patut
diucapkan dari seorang hamba, selain senan tiasa memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala lipahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang
amat besar maknanya bagi penulis dalam proses untuk meyelesaikan sebuah karya
tulis yang penulis beri judul ”MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA” sebagai
Tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu dan Kemuhammadiayahan.
”Tak ada gading yang
tak retak”, penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan – kesalahanyang
terdapat dalam makalah ini, sehingga sedah barang tentu serpihan – serpihan
saran, kritik dan pemikiran yang kontruktif akan senantiasa penulis harapkan
dari para pembaca.
Akhirnya dengan penuh
mengharap dan senantiasa berusaha, Ingsya Allah dengan rahmat, karunia, izin
dan cinta-Nya ide – ide dan akhtifitas kita ini memberikan konstribusi positif
dan bermanfaan bagi keharuman dan kejayaan Islam khususnya, Indonesia pada
umumnya, dan mahasiswa serta Universitas Muhammadiyah Metro tentunya. Amin.
Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum wr wb
Metro, 24 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ø Latar belakang....................................................................................................... 1
Ø Rumusan Masalah................................................................................................. 1
Ø Tujuan Masalah..................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama?............................................................................................... 2
B.
Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Agama?........................................ 3
C.
Apa Fungsi Agama Dalam Kehudupan?............................................................ 5
D.
Apa Doktrin Agama Islam?................................................................................. 6
E.
Apa Rasa Ingin Tahu Manusia?.......................................................................... 7
BAB II
PENUTUP
Ø Kesimpulan............................................................................................................ 8
Ø Saran....................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka................................................................................................................... 9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia
adalah ciptaan Allah. Manusia mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial.
Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi
kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan
sebagainya, sedangkan secara social manusia memerankan fungsinya sebagai
makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat.
Petunju-petunjuk agama mengenai berbagai
kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan
hadist, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan dinamis dan
progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,
senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka,
demokratis,berorientasi pada kualitas, kemitraan, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
Pengertian Agama ?
2.
Bagaimana
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ?
3.
Apa
Fungsi Agama Dalam Kehidupan ?
4.
Apa
Doktrin Agama Islam ?
5.
Apa
Rasa Ingin Tahu Manusia ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Filsafat Ilmu dan Kemuhammadiyaahan, serta agar kita lebih
memahami tentang apa itu agama, fungsi-fungsi agama, Doktrin agama islam, rasa
ingin tahu manusia serta kebutuhan manusia terhadap agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin”
yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama secara etimologis
juga berasal dari bahasa Sanskerta dari gabungan “a” yang artinya tidak dan
“gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Maksudnya orang yang memeluk
agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan
mengalami kekacauan. Agama juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
“religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan.
Secara terminologi menurut sebagian orang,
agama merupakan sebuah fenomena yang sulit didefinisikan. WC Smith mengatakan,
"Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada
definisi agama yang benar dan dapat diterima". Meski demikian, para
cendekiawan besar dunia memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya kita sebut
dengan kesimpulan mereka tentang fenomena agama. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Moenawar
Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang,
taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat,
nasihat,
2.
Prof.
Dr. M. Driyarkarsa S.J, mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama
dengan religi, religi adalah ikatan atau pengikatan diri.
3.
Spencer
mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang Maha mutlak.
4.
Dewey,
menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum dan abadi
meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya, agama adalah
pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat.
Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih
tepat dalam kehidupan masyarakat, agama merupakan sumber nilai dan kekuatan
mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalam sejarah umat manusia.
Selanjutnya, karena banyaknya definisi
tentang agama yang dikemukakan oleh para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa
agama dapat diberi definisi sebagai berikut:
-
Pengakuan
adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
-
Pengakuan
terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
-
Mengikatkan
diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang
berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia.
-
Kepercayaan
pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
-
Suatu
sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. terhadap adanya
kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
-
Pemujaan
kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap
kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
-
yang
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul
Jadi, agama adalah suatu kepercayaan,
keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang
paling benar
B. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan
dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami
kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta
pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari
keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan
membutuhkan Sang Khaliknya.
Karena kebutuhan manusia terhadap agama
dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Untuk
menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai kebutuhan. Ada tiga faktor
yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu:
1.
Faktor
Kondisi Manusia
Kondisi
manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani.
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat
perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang
bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja,
istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang
dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental)
rohaniah. Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan,
kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
2.
Faktor
Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna. Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah
menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan
akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi
rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya
yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata hati. Sehingga
dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas
dalam garis horizontal sesama makhluk. Dengan akalnya manusia mengakui adanya
Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas
dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar
mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya,
dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
3.
Faktor
Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud
membagi struktur kepribadian manusia dengan tiga bagian. Yaitu:
- Aspek
Das es yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian
manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang
tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
- Aspek
das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk
hubungan baik dengan dunia nyata.
- Aspek
das uber ich, aspek sosiologis yang yang mewakili nilai-nilai tradisional serta
cita-cita masyarakat.
Selain
faktor yang dimiliki manusia dalam memerlukan agama ada juga alasan mengapa
manusia perlu beragama. Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa
ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Yaitu:
a.
Fitrah
Manusia
Dalam
ajaran islam, ditegaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia. Fitrah
keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya
manusia terhadap agama. Ketika dating wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar
beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam
konteks ini Allah SWT. berfirman dalam QS. Ar-Rum (30) ayat 30 yang berbunyi:
“hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia dengan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Adanya potensi
fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula dianalisis dari
istilah insan yang digunakan Alqur’an untuk menunjukkan manusia. Manusia
(insan) secara fitrah sudah dilengkapi dengan kemampuan mengenal, memahami
kebenaran, dan kebaikan yang terpancar dari ciptaan-Nya. Lebih lanjut Musa
Asy’ari bahwa pengertian manusia yang disebut insan, yang dalam Alquran dipakai
untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia yang terletak pada kemampuan
akalnya dan mewujudkan pengetahuan yang konseptual dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Adanya
Nafsu (An-Nafs)
Alasan lain yang
melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena manusia memiliki
berbagai kesempurnaan dan memiiliki kekurangan. An-nafs diciptakan Allah dalam
keadaan sempurna untuk berfungsi menampung dan mendorong manusia berbuat
kebaikan dan keburukan dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh
Alquran untuk diberi perhatian lebih besar. Seperti firman Allah yang berbunyi,
“ Demi nafs serta
penyempurnaan ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketakwaan.
(QS. Al-Syams : 7-8) “.
Menurut
Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia melalui
nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan
kebaikan dan keburukan. Di sini antara lain terlihat perbedaan pengertian kata
ini menurut Alquran dengan terminologi kaum sufi yang oleh Al-Qusyairi dalam
risalahnya menyatakan bahwa nafs dalam pengertian sufi adalah sesuatu yang
melahirkan sifat tercela dan perilaku buruk. Selanjutnya, Quraish Shihab
mengatakan walaupun Alquran menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan
negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakekatnya potensi positif
manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya. Sifat sifat yang cenderung ada
pada manusia itu antara lain berlaku zhalim (aniaya), sombong (kubbar),ingkar
dan sebagainya. Karena itu manusia dituntut untuk memelihara kesucian nafs, dan
tidak mengotorinya. Untuk menjaga kesucian nafs, manusia harus selalu
mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama, dan disinilah letaknya
kebutuhan manusia terhadap agama.
c.
Tantangan
Manusia
Faktor lain yang
menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya
senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam maupun
dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan
setan. Tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakuka
manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingka manusia dari Tuhan.
Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya misi
menjauhkan manusia dari Tuhan.
Seperti firman Allah yang berbunyi,
“ Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi orang dari jalan Allah. (QS. Al-Anfal : 36) “.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit
untuk mereka gunaka agar orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya ,
hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu,
upaya untuk mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka
agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini
semakin meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.
C. Fungsi
Agama Dalam Kehidupan
Manusia
adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan
mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi
kepadanya.
Fungsi agama yaitu sebagai pustaka
kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai suatu gedung perpustakaan
kebenaran. Agama dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan
antara yang benar dan yang salah.
Peranan sosial agama bagi masyarakat berarti peran
agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari
sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok
keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan
menggunakan agama, karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa
agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia.
Fungsi agama dalam kehidupan antara lain:
1.
Fungsi
Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang
boleh tidaknya suatu perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara
petugas-petugasnya (fungsionaris).
2.
Fungsi
Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang
sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya.
Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia
inginkan.
3.
Fungsi
Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral
(yang dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system
hokum Negara modern.
4.
Fungsi
Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan
kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan
sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.
5.
Fungsi
Transformatif
Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti
nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.
Selain fungsi diatas, agama juga memiliki fungsi
antara lain:
- Sumber pedoman hidup bagi individu maupun
kelompok
- Mengatur tata cara hubungan manusia dengan
Tuhan dan manusia dengan manusia.
- Merupakan tuntutan tentang prinsip benar
atau salah
- Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
- Pedoman perasaan keyakinan
- Pedoman keberadaan
- Pengungkapan estetika (keindahan)
- Pedoman rekreasi dan hiburan
- Memberikan identitas kepada manusia sebagai
umat dari suatu agama.
D. Doktrin
Kepercayaan Agama Islam
1.
Iman
kepada Allah
Kalimat
lailaha illa Allah atau sering disebut kalimat thoyyibah adalah suatu
pernyataan pengakuan terhadap keberadaan
Allah yang Maha Esa, tiada tuhan selain Dia (Allah). Ia merupakan bagian lafadz
dari syahadatain yang harus diucapkan ketika akan masuk Islam yang merupakan
refleksi dari tauhid Allah ynag menjadi inti ajaran Islam.
a. Argumen keberadaan Allah
Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak
keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang dianut oleh para pengikut agama lain. Ada
tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung
keberadaaan tuhan. Pertama, paham yang menyatakan bahwa alam semesta ini ada
dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang menyatakan
bahwa alam semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti. Ketiga, paham ynag
mangatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan
b. Kemustahilan menemukan zat Allah
Akal yang merupakan ciri keistimewaan manusia,
sekaligus sebagai pembeda antara manusia dan makhluk lainnya, belum bisa
digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal
yaitu menemukan zat Allah, karena pada hakekatnya manusia berada dalam dimensi
yang berbeda dengan Allah.
- Iman kepada malaikat kitab dan rasul Allah
a.
Malaikat
Allah
Malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari
nur cahaya, ia adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah dengan
bermacam-macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah banyak, namun yang
harus kita imani hanyalah 10 (nama) malaikat beserta tugas-tugasnya.
b.
Kitab-kitab
Allah
Iman kepada kitab Allah adlah wajib dan itu merupakan
konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah, oleh karena itu tidak
sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab Allah yaitu al-Qur’an,
Injil, Taurat, dan Zabur.
c.
Rasul-rasul
Allah
Doktrin islam mengajarkan agar setiap muslim beriman
kepad rasul yang diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu dengan yang
lainnya.12 [8]
E.
Rasa Ingin Tahu Manusia
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu
ketika yang diketahuinya hanya “saya tidak tahu”. Petunjuk Allah, akal dan
segala potensi manusia, ilmu dan teknologi sebagai produk dari akal, adalah
untuk melaksanakan program hidup melaksanakan program hidup dan alat untuk
mencapai tujuan hidup manusia. Baik disadari maupun tidak disadari, akal dan
potensi yang dimiliki manusia terbatas kemampuannya. Di dalam memenuhi segala hajatnya,
manusia hanya dapat mecoba, mempelajari, meneliti, memahami dan memanfaatkan
yang ada pada dirinya dan yang ada pada alam semesta.
Keterbatasan panca indra dan akal
menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat
terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya yang semakin mendesak
pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah apabila tak terjawab. Hal ini
yang disebut rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan
menjadi syarat kebahagiaan dirinya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari ulasan
sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia
sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam
hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia
untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang
terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam
Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan
manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna,
dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
Dalam buku
yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa ada tiga alasan yang
melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Yaitu:
1.
Fitrah
Manusia
2.
Adanya
Nafsu (An-Nafs)
3.
Tantangan
Manusia
4.
Fungsi
Agama Dalam Kehidupan :
5.
Fungsi
Edukatif
6.
Fungsi
Penyelamatan
7.
Fungsi
Pengawasan Sosial
8.
Fungsi
Memupuk Persaudaraan
9.
Fungsi
Transformatif
Daftar Pustaka
Abd. A’la.
Al-quran dan Hermeneutika, dalam jurnal Tashwirul Afkar,edisi 08, Jakarta
Selatan: LAKPESDAM
Aminuddin, dkk,
2005. Pendidikan Agama Islam. Bogor: Ghalia Indonesia.
Yatimin, Drs. M.
M.A. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: AMZAH.
Nata, Abuddin.
1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press.
Musa Asy’ari,
1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Alquran. Yogyakarta: Lembaga
Studi Filsafat Islam.
Abd Al-Karim
Hawazan, Al-Qusyairy Al-Naisabury, al Risalah al-Qusyariyah fi ilm al Tasawuf, (Mesir: Dar al Khair, t.t).
Quraish Shihab,
1996. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan.
Endang Saifuddin
Anshari. 1982. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Hendropuspito.
2006. Sosiologi Agama. Yogyakarta:
Kanisius.
Dr. Atang Abdul
Hakim, MA, Dr. Jaih Mubarok Mubarok. 2009. Metodologi Studi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Quraisy syihab.
2007. Membumikan Alquran Fungsi dan peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar