MAKALAH
PEMBENIHAN IKAN MAS
Di susun Sebagai Pengembangan Potensi Mahasiswa
dalam mempelajari Dan Memahami Dasar Ilmu Ekonomi pertanian
Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Pertanian
Disusun
oleh :
EKO SUSANTO
1110142
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI - TRISNA NEGARA
GUMAWANG KEC. BELITANG KAB OKU TIMUR
SUMATERA SELATAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrohmanirrohim.
Assalam’alaikum
Wr.Wb.
Tiada kata yang patut
diucapkan dari seorang hamba, selain senan tiasa memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala lipahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang amat besar
maknanya bagi penulis dalam proses untuk meyelesaikan sebuah karya tulis yang
penulis beri judul ” Pembenihan Ikan Mas “ yang dalam pembuatan karya tulis ini adalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi Pertanian.
”Tak ada gading yang
tak retak”, penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan – kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini, sehingga sedah barang tentu serpihan – serpihan
saran, kritik dan pemikiran yang kontruktif akan senantiasa penulis harapkan
dari para pembaca.
Akhirnya dengan penuh
mengharap dan senantiasa berusaha, Insya Allah dengan rahmat, karunia, izin dan
cinta-Nya ide – ide dan aktivitas kita ini memberikan konstribusi positif dan
bermanfaan bagi keharuman dan kejayaan Indonesia. Amin.
Billahittaufiq
wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Belitang, 13 april 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang.................................................................................... 1
2. Tujuan Makalah................................................................................. 2
3. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
4. Batasan Masalah................................................................................. 2
5. Tujuan Masalah.................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Penyiapan Sarana Dan Peralatan.................................................... 3
A.
Sarana/kolam............................................................................... 3
A.1. Kolam Pemeliharaan Induk............................................... 3
A.2. Kolam Pemijahan................................................................ 3
A.3. Kolam Pendederan.............................................................. 3
B. Peralatan........................................................................................ 3
B.1. Peralatan Pemeliharaan
Induk.......................................... 4
B.2. Peralatan Pemijahan.......................................................... 4
B.3. Peralatan Penetasan Telur................................................. 4
B.4. Peralatan Pendederan........................................................ 4
2.
Budidaya Ikan Mas........................................................................... 5
A.
Pemijahan Ikan Mas................................................................... 5
B. Penetasan Telur........................................................................... 5
iii
C. Pendederan Larva Ikan Mas...................................................... 6
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan......................................................................................... 9
2.
Kritik dan Saran................................................................................. 9
Daftar Pustaka................................................................................................
iv
Daftar Pustaka
DAMANA, Rahman.Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2
,Juni 1990
hal. 2
SANTOSO, Budi. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius. 1993
SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Jakarta :
Sastra Hudaya.
SUSENO, Djoko. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, Jakarta : Penebar Swadaya.
1999
BAB I
Pendahuluan
A.Latar
belakang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :
Animalia Filum
Chordata Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Cypriniformes
Famili :
Cyprinidae
Genus :
Cyprinus
Spesies : C.
carpio
Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar
yang bernilai ekonomis tinggi dan sudah
tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas mulai dipelihara sekitar
tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang
dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas
punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di
Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi
berdasarkan karakteristik morfologisnya. Sinonim Di Indonesia, ikan mas
memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra tikeu tombro raja rayo ameh atau
nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Bahasa asing Bahasa Inggris: carp
Bahasa Spanyol: carpa Sistematika dan Morfologi Ahli perikanan Dr. A.L
Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi
dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua,
jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang
bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni kelompok ikan karper yang:
1. bersisik biasa dan 2. bersisik kecil. Sedangkan Djoko Suseno (2000)
mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia
dapat digolongkan menjadi dua kelompok: kelompok pertama merupakan ras-ras ikan
konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias. Ikan karper sebagai ikan
konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni: 1. ras ikan karper bersisik penuh
dan 2. ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik
penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur
dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok
ini adalah "ikan karper majalaya", "ikan karper punten",
"ikan karper si nyonya" dan "ikan karper merah atau ikan
mas". Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah
"ikan karper kaca" yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan
nama "karper gajah". Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di
antaranya adalah "karper kumpay", "karper kaca", "ikan
mas merah" dan "ikan koi". Secara morfologis, ikan karper
mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di
ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang
sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi
sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik
ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid
berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna
tersebut sesuai dengan rasnya. Sejarah Perkembangan di Indonesia Menurut Djoko
Suseno (2000), di Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa
dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat
penting. Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata (1981), ikan karper yang
berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok Selatan.
Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis),
Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah
menggunakan kakaban - subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat
dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh
disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Sedangkan
penyebaran ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada
permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk "Jawatan Perikanan
Darat" dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan
karper kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892.
B. Tujuan Makalah
Makalah di buat penulis untuk salah satu tugas dari mata kuliah
Ekonomi Pertanian yang memiliki pembahasan mengenai hal hal di dalam budidaya
ikan mas, selain itu penulis bertujuan supaya penulis dan juga pembaca jauh
lebih memahami tentang Budidaya Ikan Mas yang kemudian dapat berguna dalam
kehidupan sehari hari di dalam masyarakat.
C. Rumusan Masalah
1. apa saja yang harus di
persiapkan dalam budi daya ikan mas?
2. Upaya apa yang harus di lakukan untuk memenuhi
kebutuhan benih ikan mas dalam
masyarakat?
D. Batasan Masalah
Penulis membuat batasan masalah agar ketika kita membahas tentang
Budi Daya Ikan Mas tidak akan melebar kemana mana. Masalah pada makalah ini
penulis membuat batasan hanya pada ruang lingkup Budi Daya Ikan Mas.
BAB II
1.Penyiapan Sarana dan Peralatan
A. Sarana /
kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir.
Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
A.1.Kolam pemeliharaan
induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.
Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi
bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan
pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja.
Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam
tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa
dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya
berbentuk monik.
A.2.Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan
bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk
dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar
dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan
pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu
monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan
seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
paenetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada
telurnya.
A.3.Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas
25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa
dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar
kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat
kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan
kubangan untuk memudahkan
B. Peralatan
Alat-alat yang akan di gunakan dalam budidaya ikan mas baik dari
pemeliharaan induk, pemijahan, Penetasan telur, pendederan, pembesaran hingga
pemanenen. Adapun klasifikasi dari peralatan yang di gunakan adalah
B.1.Peralatan Pemeliharaan
induk
Di dalam pemeliharaan induk peralatan yang di gunakan tidak terlalu
banyak, peralatan yang di gunakan dalam pemeliharaan induk adalah antara lain
sebagai berikut
-
Sarana/ tempat ( kolam / bak
viber / aquarium)
-
Jaring / jala
-
Bak / ember
B.2. Peralatan Pemijahan
Peralatan yang di gunakan di dalam pemijahan mungkin sedikit lebih
rumit, dan peralatanyapun mungkin terdengar sedikit asing di telinga kawan
kawan sekalian, adapun peralatan yang di gunakan dalam pemijahan antara lain
adalah sebagai berikut :
-
Sarana / tempat ( kolam / bak
viber / aquarium )
-
Hava
-
Kakaban / enceng gondok
-
Bambu
-
Batang pisang ( debok )
B.3.Peralatan
Penetasan telur
Dalam penetasan telur peralatan yang di gunakan cukup sedikit,
adapun peralatan yang di gunakan adalah sebagai berikut :
-
Sarana / tempat ( Bak viber /
aquarium)
-
Hava
B.4. Peralatan
Pendederan
- Sarana / tempat ( kolam /
sawah )
- scoopnet
- seser
- anco
- timbangan
2.
Pembenihan Ikan Mas
A.Pemijahan
ikan mas
Memijahan ikan mas adalah kegiatan menyatukan induk jantan dan
betina dalam satu tempat. Penyatuan itu akan menimbulkan rangsangan bagi jantan
untuk mendekati betina, hingga betina terangsang untuk memijah, atau istilah
umumnya kawin. Dari induk betina akan keluar telur, dan dalam waktu yang sama
dari induk jantan keluar sperma. Dari kejadian itu, maka telur-telur akan
dibuahi secara alami dalam air. Tiga hal yang menjadi kunci keberhasilan
pemijahan.
Pertama, induk betina harus betul-betul matang gonad, sehingga
ketika jantan mendekati dapat dengan terangsang untuk memijah. Selain itu,
kualitas telur juga harus baik, sehingga dapat dibuahi dengan sempurna.
Kedua, induk jantan juga
harus telah matang gonad. Artinya spermanya telah siap untuk mebuahi
telur-telur dengan sempurna. Ketika disatukan, dalam waktu yang singkat jantan
terangsang untuk mendekati betina, menciumi tubuh betina, mengejar-ngejar
betina hingga lawan jenisnya itu turut terangsang, dan terjadi pemijahan.
Ketiga, tempat pemijahan juga harus dapat memberikan rangsangan
kepada keduanya untuk memijah. Karena percuma saja keduanya matang gonad kalau
tempat tidak mendukung proses pemijahan. Karena itu, situasi di tempat
pemijahan harus diciptakan sedemikian rupa, agar mirip, atau seperti situasi di
alamnya. Tentu saja situasi ini hanya diciptakan dengan melalui persiapan
tempat yang matang. Tanpa itu, tidak dapat tercipta. Mungkin lebih baik tidak
perlu melakukan pemijahan.
B. Penetasan telur ikan
mas
Menetaskan telur ikan mas adalah merawat telur- telur dari hasil
pemijahan hingga menetas. Kegiatan ini dilakukan selama 2 – 3 hari, tergantung
suhu air. Pada suhu 23 – 26 O C telur ikan mas menetas dalam 2 hari (rata-rata
48 jam). Sedangkan pada suhu 27 – 30 O C, telur menetas dalam 3 hari (rata-rata
72 jam). Setelah menetas, telur tidak langsung dipindahkan ke kolam pendederan,
tetapi dibiarkan dahulu selama 2 hari, dengan tujuan untuk membiarkan kondisi
tubuh larva menjadi kuat. Dalam waktu itu, larva tidak membutuhkan pakan
tambahan, karena masih menyimpan makanan cadangan yang dibawanya yang disimpan
dalam kantong kuning telur. Penetasan telur ikan mas, dapat dilakukan dalam 2
cara. Pemilihan kedua cara itu tergantung dari jumlah kolam penetasan yang dimiliki,
dan juga tergantung dari jadual pemijahan yang sudah dibuat. Bila kolam
pemijahan lebih dari satu, dan jadual pemijahan tidak padat, maka yang dipilih
cara pertama. Sedangkan bila kolam pemijahan hanya satu buah, dan jadual
pemijahan padat, maka yang dipilih cara kedua.
Cara pertama Telur ditetaskan di kolam pemijahan. Dalam cara ini,
telur-telur dibiarkan di kolam pemijahan, atau tidak dipindahkan. Yang
dipindahkan dari kolam pemijahan adalah induk jantan dan betina. Cara ini
sangat praktis. Induk ditangkap dengan tangan atau lambit. Agar mudah
ditangkap, beberapa kakaban yang telah berisi telur dikeluarkan, dan diletakan
di luar hapa, dengan cara membuka tali ikatan pada bambu. Selain itu, salah
satu sudut hapa ditarik agar induk bisa tergiring ke sudut hapa yang lain. Satu
demi satu induk jantan dan betina ditangkap, kemudian dipelihara kembali di
kolam pematangan gonad hingga pemijahan berikutnya. Setelah induk ditangkap,
hapa dirapikan kembali, terutama bagian dasarnya. Demikian juga dengan kakaban,
kedua bambu dipasang kembali, dan kakaban dirapikan kembali seperti semula.
Selama penetasan, harus terus mengalir.
Cara kedua Telur tidak ditetaskan di kolam pemijahan, tetapi
ditetaskan di kolam pendederan. Tentu saja, dalam cara ini telur-telur tidak
dibiarkan di kolam pemijahan, tetapi dipindahkan ke kolam pendederan yang
sebelumnya sudah disiapkan. Cara ini kurang praktis, karena memindahkan telur
lebih sulit dibandingkan dengan memidahkan induk, perlu waktu yang cukup lama,
dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu, memindahkan telur harus hati-hati
agar tidak rusak. Pemindahan telur dilakukan sebelum matahari terbit. Tujuannya
agar telur tidak diganggu induknya. Namun sebelum dipindahkan, kolam pendederan
harus sudah disiapkan terlebih dahulu (lihat cara persiapan kolam pendederan).
Caranya, tancapkan dua pasang batang bambu ke tanah dasar kolam; tancapkan pula
dua pasang yang lain dengan lurus; masukan sebatang bambu diantara dua
tiang-tiang itu, hingga akhirnya terpasang dua batang bambu yang lurus; letakan
satu demi satu kakaban; setelah terpasang semua, masukan dua batang bambu yang
lain agar bisa menjepit kakaban itu; letakan dua atau empat pemberat agar letak
permukaan kakaban 10 cm di bawah permukaan air. Jangan lupa, selama penetasan,
air harus mengalir. Setelah kakaban dipindah, induk jantan dan betina
ditangkap, lalu dipelihara lagi di kolam pematangan gonad hingga pemijahan
berikutnya. Hapa diangkat, dibersihkan, lalu dijemur. Sedangkan kolam pemijahan
dikeringkan, untuk disiapkan kembali dalam pemijahan berikutnya.
C.Pendederan Larva Ikan
Mas
Pendederan ikan mas adalah kegiatan memelihara larva yang berasal
dari kolam penetasan hingga mencapai benih yang siap dipelihara di tempat
pembesaran. Benih ini disebut sangkal, yaitu beni yang berukuran 10 – 12 mm,
dan memiliki berat rata-rata 10 mg. Kegiatan ini dilakukan di kolam, dan dalam
tiga tahap, yakni pendederan pertama selama 14 hari, pendederan kedua selama 30
hari, dan pendederan ketiga selama 30 hari. Kegiatan setiap tahapnya terdiri
dari persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, dan panen. 1.
Persiapan kolam Kolam pendederan ikan mas harus subur. Pada kolam yang subur
tumbuh pakan alami dengan beragam jenis, dan ukuran serta jumlah yang melimpah.
Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih,
hingga kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya cepat. Persiapan kolam
setiap tahapan pendederan terdiri dari pengeringan, perbaikan pematang,
pengolahan tanah dasar, pengapuran, pemupukan, serta pengairan.
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam
dibiarkan terjemur sinar matahari. Pengeringan dianggap cukup bila tanah dasar
sudah retak-retak. Biasanya selama 4 – 7 hari. geringan bertujuan untuk
memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang
gas-gas beracun. Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan pematang,
pengolahan tanah dasar dan.
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan
pematang dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila
ada bocoran yang lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar, lalu ditutup
kembali dengan tanah. Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi
plastik. Perbaikan pematang bertujuan agar kolam terbebas dari bocoran,
sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya dapat dipertahankan.
Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan alami selalu tersedia dan
benih tidak mudan keluar akibat arus air.
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian
dasar kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air,
strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan
tidak porous. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian
bahan organic (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya
tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan
lain-lain. Di depan lubang pengeluaran dibuat
kobakan dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm.
Pengapuran dilakukan dengan cara menyiramkan air kapur ke seleuruh
bagian tanah dasar dan pematang. Sebelumnya ditebar atau disiram, kapur
direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk kapur yang sudah kering, pengapuran
dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke seluruh bagian tanah dasar dan
pematang. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah, terutama
pH dan alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu
dilakukan. Dosis pengapuran setiap meternya dapat dilihat dalam table berikut
(lihat pengapuran yang baik).
Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar
kolam. Dengan cara seperti itu pupuk dapat tersebar merata dan pertumbuhan
pakan alami akan merata di seluruh bagian kolam. Pemupukan dalam kolam
bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami agar kolam menjadi subur. Pakan alami
sangat berguna untuk berudu agar tumbuh lebih cepat. Setelah kolam dipupuk,
kolam diisi air selama 4 – 6 hari. Caranya dengan menutup pintu pengeluaran air
(monik) dengan 3 – 4 buah belahan papan selebar masing-masing 10 cm, kemudian
membuka pintu pemasukan air untuk mengalirkan air. Setelah air mencapai ¾
bagi-an, pintu pemasukan ditutup, agar air pupuk tidak ter-buang. (lihat
pemupukan yang baik). Selain cara di atas, pemupukan dapat pula dilakukan
setelah kolam diisi air, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Pupuk
yang baik untuk kolam adalah kotoran ayam atau puyuh. Dosis pupuknya 500 – 1000
gram/m2.
Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, saat suhu air
rendah, yaitu antara pukul 06.00 – 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak
stress akibat suhu tinggi. Larva atau benih yang ditebar terlalu siang bisa
strees akibat kepanasan. Padat tebar setiap tahapan pendederan berbeda- beda,
tergantung dari ukuran dan umur benih. Pada pendederan pertama, larva ditebar
dengan kepadatan antara 100 – 200 ekor/m2, pendederan kedua 50 – 75 ekor/m2,
dan pendederan ketiga 25 – 50 ekor/m2. Agar jumlahnya diketahui, sebelum
ditebar larva atau benih dihitung terlebih dahulu. Cara menghitungnya harus
hati-hati, karena kondisi tubuhnya masih lemah dan mudah terluka. Cara
menghitung yang paling baik dan risikonya paling kecil adalah secara
volumetrik. Cara menghitung larva secara volumetrik : tangkap larva dari hapa
pemijahan, lalu masukan dalam ember besar yang sudah diberi air sebanyak 2
liter, aduk larva dalam ember agar merata, ambil satu liter sebagai sampel dan
hitung. menghitung benih tangkapi benih dengan sekup net halus atau ayakan
kecil; biarkan selama 10 detik agar airnya turun; masukan benih ke dalam gelas
minum, mangkuk kecil, atau literan sebagai takaran; hitung benih dalam wadah
itu; masukan ke wadah lain; takar seluruh benih gelas.
Pakan tambahan diberikan setelah 4 hari dari penebaran, karena pada
awal penebaran, pakan alami masih cukup tersedia, sedangkan setelah 4 hari
pakan alami sudah mulai berkurang. Pemberiannya dilakukan 2 kali dalam sehari,
yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 15.00. Dosisnya 20 gram /100 ekor berudu pada
minggu pertama, 30 gram pada minggu kedua, demikian seterusnya dosisi pakan
tambahan ditambah sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pakan tambahan dilakukan
dengan cara menebar langsung ke kolam.
Pengontrolan dilakukan setiap hari untuk melihat keadaan kolam.
Waktunya bisa bersamaan dengan pemberian pakan tambahan. Saat pengontrolan
keadaannya harus diamati dengan cermat, agar setiap kejadian dapat segera
ditangani. Bila ada bocoran pada pematang, segera diperbaiki agar ketinggian
air dapat dipertahankan dan larva atau benih tidak terbawa aurs air. Air yang
masuk juga harus diatur debitnya agar tidak terlalu besar juga tidak terlalu
kecil, tetapi air debit air tersebut cukup untuk mempertahankan ketinggian air
kolam. Kemudian bila ada tanda-tanda benih terserang penyakit harus segera
diambil tindakan. Benih yang terserang ditandai dengan gerakannya lamban atau
tidak normal, dan tidak napsu makan. Kemudian bila dilihat lebih dekat atau
ditangkap badannya berwarna pucat.
Pemanenan benih dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir.
Caranya adalah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yaitu
dengan membuka papan monik satu demi satu. Mula-mula saringan dipasang di depan
pintu pengeluaran (monik), cabut papan monik yang paling atas dan biarkan
airnya terbuang hingga mencapai ketinggian papan di bawahnya. Cabut papan kedua
biarkan air terbuang. Sambil menunggu air kolam surut, benih sedikit demi
sedikit ditangkap dengan waring, dimasukan dalam ember, kemudian ditampung
dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Bila airnya sudah surut
lagi, cabut papan ketiga dan berudu ditangkap lagi sampai habis. Benih yang
sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam hapa tersebut selama malam agar
kondisinya tubuhnya pulih kembali. Air yang masuk ke kolam penyimpanan hapa
harus bersih agar tidak mengotori air dalam hapa. Bila kondisi kurang aman
sebaiknya benih dipindah ke dalam bak atau hapa lainnya yang dipasang di tempat
yang terjamin keamanannya, misalnya di dalam ruangan (indoor hatchery).
Berikut disajikan data pertumbuhan berudu hasil pendederan di kolam
dalam setiap minggu. Ukuran benih yang dihasilkan tergantung dari kesuburan
kolam, dan cara pengelolaan. Namun pada umumnya benih yang dihasilkan dari
pendederan satu berukuruan 2 – 3 cm (berat antara 0,1 - 1 gram), pendederan 5 –
8 cm (berat antara 5 – 7 cm), dan pendederan ke tiga 10 – 12 cm (berat antara 9
– 11 gram). 0
BAB III
A. Kesimpulan
Di dalam memenuhi kebutuhan benih ikan mas dalam perikanan
masyarakat upaya yang harus kita lakukan adalah melakukan pembenihan ikan mas
atau lazim di sebut dengan Budidaya Ikan Mas, ketika kita melakukan pembenihan
secara terus menerus maka kebutuhan pasar akan Ikan mas dapat terpenuhi dan
masyarakat tidak akan kekurangan benih ikan mas untuk di besarkan, dan tidak
akan kekurangan dalam skala konsumsi, selain itu kita juga harus menyiapkan alat
dan bahan penunjang budidaya ikan mas, hal yang perlu di perhatikan adalah
tempat pemeliharaan atau yang di sebut dengan kolam dan juga peralatan yang di
perlukan.
B. Kritik Dan Saran
Dalam hal ini penulis hanyalah manusia biasa yang tiada kata tanpa ada
salah, maka dari itu penulis mohon maaf atas kesalahan dalam segi penulisan,
kata, ataupun kalimat yang kiranya mungkin terjadi kesalahan, maka dari itu
penulis mohon kritik dan saran dari pembaca untuk sekiranya membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.
izin copas bang
BalasHapusijin save bang
BalasHapus