Selasa, 01 November 2016

MAKALAH PEMBENIHAN IKAN MAS






MAKALAH
PEMBENIHAN IKAN MAS
Di susun Sebagai Pengembangan Potensi Mahasiswa
dalam mempelajari Dan Memahami Dasar Ilmu Ekonomi pertanian

Mata Kuliah : Pengantar Ekonomi Pertanian





 











Disusun oleh :

EKO SUSANTO
1110142


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI - TRISNA NEGARA
GUMAWANG KEC. BELITANG KAB OKU TIMUR
SUMATERA SELATAN
2015


KATA PENGANTAR
         
Bismillahhirrohmanirrohim.
Assalam’alaikum Wr.Wb.

Tiada kata yang patut diucapkan dari seorang hamba, selain senan tiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala lipahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang amat besar maknanya bagi penulis dalam proses untuk meyelesaikan sebuah karya tulis yang penulis beri judul ” Pembenihan Ikan Mas yang dalam pembuatan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi Pertanian.
”Tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan – kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, sehingga sedah barang tentu serpihan – serpihan saran, kritik dan pemikiran yang kontruktif akan senantiasa penulis harapkan dari para pembaca.
Akhirnya dengan penuh mengharap dan senantiasa berusaha, Insya Allah dengan rahmat, karunia, izin dan cinta-Nya ide – ide dan aktivitas kita ini memberikan konstribusi positif dan bermanfaan bagi keharuman dan kejayaan Indonesia. Amin.

Billahittaufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


                                                                                    Belitang,  13 april 2015


           
                                   
                                               
Penulis
ii

DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar belakang.................................................................................... 1
2.    Tujuan Makalah................................................................................. 2
3.    Rumusan Masalah.............................................................................. 2
4.    Batasan Masalah................................................................................. 2
5.    Tujuan Masalah.................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Penyiapan Sarana Dan Peralatan.................................................... 3
A.    Sarana/kolam............................................................................... 3
A.1. Kolam Pemeliharaan Induk............................................... 3
A.2. Kolam Pemijahan................................................................ 3
A.3. Kolam Pendederan.............................................................. 3
             B. Peralatan........................................................................................ 3
                    B.1. Peralatan Pemeliharaan Induk.......................................... 4
                    B.2. Peralatan Pemijahan.......................................................... 4
                    B.3. Peralatan Penetasan Telur................................................. 4
                    B.4. Peralatan Pendederan........................................................ 4
2.      Budidaya Ikan Mas........................................................................... 5
A.    Pemijahan Ikan Mas................................................................... 5
B.     Penetasan Telur........................................................................... 5
                                                                            iii
C.    Pendederan Larva Ikan Mas...................................................... 6

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan......................................................................................... 9
2.      Kritik dan Saran................................................................................. 9

Daftar Pustaka................................................................................................


















                                                                             iv

Daftar Pustaka



DAMANA, Rahman.Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif  dalam  Sinar Tani. 2 ,Juni 1990
hal. 2

SANTOSO, Budi. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius. 1993

SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.

SUSENO, Djoko. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, Jakarta : Penebar Swadaya.
                     1999




BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan                 : Animalia Filum
Chordata Kelas      : Actinopterygii
Ordo                       : Cypriniformes
Famili                     : Cyprinidae
Genus                     : Cyprinus
Spesies                    : C. carpio

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis  tinggi dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu "ikan mas punten" dan "ikan mas majalaya" merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya. Sinonim Di Indonesia, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra tikeu tombro raja rayo ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya. Bahasa asing Bahasa Inggris: carp Bahasa Spanyol: carpa Sistematika dan Morfologi Ahli perikanan Dr. A.L Buschkiel dalam RO. Ardiwinata (1981) menggolongkan jenis ikan karper menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis karper yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sirip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni kelompok ikan karper yang: 1. bersisik biasa dan 2. bersisik kecil. Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan karper yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok: kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias. Ikan karper sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni: 1. ras ikan karper bersisik penuh dan 2. ras ikan karper bersisik sedikit. Kelompok ras ikan karper yang bersisik penuh adalah ras-ras ikan karper yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan karper yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah "ikan karper majalaya", "ikan karper punten", "ikan karper si nyonya" dan "ikan karper merah atau ikan mas". Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah "ikan karper kaca" yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama "karper gajah". Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah "karper kumpay", "karper kaca", "ikan mas merah" dan "ikan koi". Secara morfologis, ikan karper mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya. Sejarah Perkembangan di Indonesia Menurut Djoko Suseno (2000), di Indonesia pertama kali ikan karper berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budi daya yang sangat penting. Sementara itu, menurut R.O Ardiwinata (1981), ikan karper yang berkembang di Indonesia diduga awalnya berasal dari Tiongkok Selatan. Disebutkan, budi daya ikan karper diketahui sudah berkembang di daerah Galuh (Ciamis), Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat disebutkan sudah menggunakan kakaban - subtrat untuk pelekatan telur ikan karper yang terbuat dari ijuk – pada tahun 1860, sehingga budi daya ikan karper di kolam di Galuh disimpulkan sudah berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Sedangkan penyebaran ikan karper di daerah Jawa lainnya, dikemukakan terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk "Jawatan Perikanan Darat" dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan karper kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892.

B. Tujuan Makalah
Makalah di buat penulis untuk salah satu tugas dari mata kuliah Ekonomi Pertanian yang memiliki pembahasan mengenai hal hal di dalam budidaya ikan mas, selain itu penulis bertujuan supaya penulis dan juga pembaca jauh lebih memahami tentang Budidaya Ikan Mas yang kemudian dapat berguna dalam kehidupan sehari hari di dalam masyarakat.

C. Rumusan Masalah
1.  apa saja yang harus di persiapkan dalam budi daya ikan mas?
2. Upaya apa yang harus di lakukan untuk memenuhi kebutuhan benih ikan mas dalam    masyarakat?

D. Batasan Masalah
Penulis membuat batasan masalah agar ketika kita membahas tentang Budi Daya Ikan Mas tidak akan melebar kemana mana. Masalah pada makalah ini penulis membuat batasan hanya pada ruang lingkup Budi Daya Ikan Mas.



















                           



BAB II

1.Penyiapan Sarana dan Peralatan

A. Sarana / kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

A.1.Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

A.2.Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam paenetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

A.3.Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan

B. Peralatan
Alat-alat yang akan di gunakan dalam budidaya ikan mas baik dari pemeliharaan induk, pemijahan, Penetasan telur, pendederan, pembesaran hingga pemanenen. Adapun klasifikasi dari peralatan yang di gunakan adalah





B.1.Peralatan Pemeliharaan induk
Di dalam pemeliharaan induk peralatan yang di gunakan tidak terlalu banyak, peralatan yang di gunakan dalam pemeliharaan induk adalah antara lain sebagai berikut
-          Sarana/ tempat ( kolam / bak viber / aquarium)
-          Jaring / jala
-          Bak / ember

B.2. Peralatan Pemijahan
Peralatan yang di gunakan di dalam pemijahan mungkin sedikit lebih rumit, dan peralatanyapun mungkin terdengar sedikit asing di telinga kawan kawan sekalian, adapun peralatan yang di gunakan dalam pemijahan antara lain adalah sebagai berikut :
-          Sarana / tempat ( kolam / bak viber / aquarium )
-          Hava
-          Kakaban / enceng gondok
-          Bambu
-          Batang pisang ( debok )

B.3.Peralatan Penetasan telur
Dalam penetasan telur peralatan yang di gunakan cukup sedikit, adapun peralatan yang di gunakan adalah sebagai berikut :
-          Sarana / tempat ( Bak viber / aquarium)
-          Hava

B.4. Peralatan Pendederan
-   Sarana / tempat ( kolam / sawah )
-   scoopnet
-   seser
-   anco
-   timbangan

















2. Pembenihan Ikan Mas
A.Pemijahan ikan mas
Memijahan ikan mas adalah kegiatan menyatukan induk jantan dan betina dalam satu tempat. Penyatuan itu akan menimbulkan rangsangan bagi jantan untuk mendekati betina, hingga betina terangsang untuk memijah, atau istilah umumnya kawin. Dari induk betina akan keluar telur, dan dalam waktu yang sama dari induk jantan keluar sperma. Dari kejadian itu, maka telur-telur akan dibuahi secara alami dalam air. Tiga hal yang menjadi kunci keberhasilan pemijahan.

Pertama, induk betina harus betul-betul matang gonad, sehingga ketika jantan mendekati dapat dengan terangsang untuk memijah. Selain itu, kualitas telur juga harus baik, sehingga dapat dibuahi dengan sempurna.

Kedua, induk jantan  juga harus telah matang gonad. Artinya spermanya telah siap untuk mebuahi telur-telur dengan sempurna. Ketika disatukan, dalam waktu yang singkat jantan terangsang untuk mendekati betina, menciumi tubuh betina, mengejar-ngejar betina hingga lawan jenisnya itu turut terangsang, dan terjadi pemijahan.

Ketiga, tempat pemijahan juga harus dapat memberikan rangsangan kepada keduanya untuk memijah. Karena percuma saja keduanya matang gonad kalau tempat tidak mendukung proses pemijahan. Karena itu, situasi di tempat pemijahan harus diciptakan sedemikian rupa, agar mirip, atau seperti situasi di alamnya. Tentu saja situasi ini hanya diciptakan dengan melalui persiapan tempat yang matang. Tanpa itu, tidak dapat tercipta. Mungkin lebih baik tidak perlu melakukan pemijahan.



B. Penetasan telur ikan mas
Menetaskan telur ikan mas adalah merawat telur- telur dari hasil pemijahan hingga menetas. Kegiatan ini dilakukan selama 2 – 3 hari, tergantung suhu air. Pada suhu 23 – 26 O C telur ikan mas menetas dalam 2 hari (rata-rata 48 jam). Sedangkan pada suhu 27 – 30 O C, telur menetas dalam 3 hari (rata-rata 72 jam). Setelah menetas, telur tidak langsung dipindahkan ke kolam pendederan, tetapi dibiarkan dahulu selama 2 hari, dengan tujuan untuk membiarkan kondisi tubuh larva menjadi kuat. Dalam waktu itu, larva tidak membutuhkan pakan tambahan, karena masih menyimpan makanan cadangan yang dibawanya yang disimpan dalam kantong kuning telur. Penetasan telur ikan mas, dapat dilakukan dalam 2 cara. Pemilihan kedua cara itu tergantung dari jumlah kolam penetasan yang dimiliki, dan juga tergantung dari jadual pemijahan yang sudah dibuat. Bila kolam pemijahan lebih dari satu, dan jadual pemijahan tidak padat, maka yang dipilih cara pertama. Sedangkan bila kolam pemijahan hanya satu buah, dan jadual pemijahan padat, maka yang dipilih cara kedua.

Cara pertama Telur ditetaskan di kolam pemijahan. Dalam cara ini, telur-telur dibiarkan di kolam pemijahan, atau tidak dipindahkan. Yang dipindahkan dari kolam pemijahan adalah induk jantan dan betina. Cara ini sangat praktis. Induk ditangkap dengan tangan atau lambit. Agar mudah ditangkap, beberapa kakaban yang telah berisi telur dikeluarkan, dan diletakan di luar hapa, dengan cara membuka tali ikatan pada bambu. Selain itu, salah satu sudut hapa ditarik agar induk bisa tergiring ke sudut hapa yang lain. Satu demi satu induk jantan dan betina ditangkap, kemudian dipelihara kembali di kolam pematangan gonad hingga pemijahan berikutnya. Setelah induk ditangkap, hapa dirapikan kembali, terutama bagian dasarnya. Demikian juga dengan kakaban, kedua bambu dipasang kembali, dan kakaban dirapikan kembali seperti semula. Selama penetasan, harus terus mengalir.

Cara kedua Telur tidak ditetaskan di kolam pemijahan, tetapi ditetaskan di kolam pendederan. Tentu saja, dalam cara ini telur-telur tidak dibiarkan di kolam pemijahan, tetapi dipindahkan ke kolam pendederan yang sebelumnya sudah disiapkan. Cara ini kurang praktis, karena memindahkan telur lebih sulit dibandingkan dengan memidahkan induk, perlu waktu yang cukup lama, dan tenaga yang cukup banyak. Selain itu, memindahkan telur harus hati-hati agar tidak rusak. Pemindahan telur dilakukan sebelum matahari terbit. Tujuannya agar telur tidak diganggu induknya. Namun sebelum dipindahkan, kolam pendederan harus sudah disiapkan terlebih dahulu (lihat cara persiapan kolam pendederan). Caranya, tancapkan dua pasang batang bambu ke tanah dasar kolam; tancapkan pula dua pasang yang lain dengan lurus; masukan sebatang bambu diantara dua tiang-tiang itu, hingga akhirnya terpasang dua batang bambu yang lurus; letakan satu demi satu kakaban; setelah terpasang semua, masukan dua batang bambu yang lain agar bisa menjepit kakaban itu; letakan dua atau empat pemberat agar letak permukaan kakaban 10 cm di bawah permukaan air. Jangan lupa, selama penetasan, air harus mengalir. Setelah kakaban dipindah, induk jantan dan betina ditangkap, lalu dipelihara lagi di kolam pematangan gonad hingga pemijahan berikutnya. Hapa diangkat, dibersihkan, lalu dijemur. Sedangkan kolam pemijahan dikeringkan, untuk disiapkan kembali dalam pemijahan berikutnya.

C.Pendederan Larva Ikan Mas
Pendederan ikan mas adalah kegiatan memelihara larva yang berasal dari kolam penetasan hingga mencapai benih yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Benih ini disebut sangkal, yaitu beni yang berukuran 10 – 12 mm, dan memiliki berat rata-rata 10 mg. Kegiatan ini dilakukan di kolam, dan dalam tiga tahap, yakni pendederan pertama selama 14 hari, pendederan kedua selama 30 hari, dan pendederan ketiga selama 30 hari. Kegiatan setiap tahapnya terdiri dari persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, dan panen. 1. Persiapan kolam Kolam pendederan ikan mas harus subur. Pada kolam yang subur tumbuh pakan alami dengan beragam jenis, dan ukuran serta jumlah yang melimpah. Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih, hingga kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya cepat. Persiapan kolam setiap tahapan pendederan terdiri dari pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pengapuran, pemupukan, serta pengairan.

Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari. Pengeringan dianggap cukup bila tanah dasar sudah retak-retak. Biasanya selama 4 – 7 hari. geringan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan pematang, pengolahan tanah dasar dan.

Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila ada bocoran yang lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar, lalu ditutup kembali dengan tanah. Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi plastik. Perbaikan pematang bertujuan agar kolam terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan alami selalu tersedia dan benih tidak mudan keluar akibat arus air.

Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan tidak porous. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organic (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain. Di depan lubang pengeluaran dibuat  kobakan dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm.

Pengapuran dilakukan dengan cara menyiramkan air kapur ke seleuruh bagian tanah dasar dan pematang. Sebelumnya ditebar atau disiram, kapur direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk kapur yang sudah kering, pengapuran dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu dilakukan. Dosis pengapuran setiap meternya dapat dilihat dalam table berikut (lihat pengapuran yang baik).

Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar kolam. Dengan cara seperti itu pupuk dapat tersebar merata dan pertumbuhan pakan alami akan merata di seluruh bagian kolam. Pemupukan dalam kolam bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami agar kolam menjadi subur. Pakan alami sangat berguna untuk berudu agar tumbuh lebih cepat. Setelah kolam dipupuk, kolam diisi air selama 4 – 6 hari. Caranya dengan menutup pintu pengeluaran air (monik) dengan 3 – 4 buah belahan papan selebar masing-masing 10 cm, kemudian membuka pintu pemasukan air untuk mengalirkan air. Setelah air mencapai ¾ bagi-an, pintu pemasukan ditutup, agar air pupuk tidak ter-buang. (lihat pemupukan yang baik). Selain cara di atas, pemupukan dapat pula dilakukan setelah kolam diisi air, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Pupuk yang baik untuk kolam adalah kotoran ayam atau puyuh. Dosis pupuknya 500 – 1000 gram/m2.

Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, saat suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 – 07.00. Tujuannya agar larva atau benih tidak stress akibat suhu tinggi. Larva atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akibat kepanasan. Padat tebar setiap tahapan pendederan berbeda- beda, tergantung dari ukuran dan umur benih. Pada pendederan pertama, larva ditebar dengan kepadatan antara 100 – 200 ekor/m2, pendederan kedua 50 – 75 ekor/m2, dan pendederan ketiga 25 – 50 ekor/m2. Agar jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau benih dihitung terlebih dahulu. Cara menghitungnya harus hati-hati, karena kondisi tubuhnya masih lemah dan mudah terluka. Cara menghitung yang paling baik dan risikonya paling kecil adalah secara volumetrik. Cara menghitung larva secara volumetrik : tangkap larva dari hapa pemijahan, lalu masukan dalam ember besar yang sudah diberi air sebanyak 2 liter, aduk larva dalam ember agar merata, ambil satu liter sebagai sampel dan hitung. menghitung benih tangkapi benih dengan sekup net halus atau ayakan kecil; biarkan selama 10 detik agar airnya turun; masukan benih ke dalam gelas minum, mangkuk kecil, atau literan sebagai takaran; hitung benih dalam wadah itu; masukan ke wadah lain; takar seluruh benih gelas.

Pakan tambahan diberikan setelah 4 hari dari penebaran, karena pada awal penebaran, pakan alami masih cukup tersedia, sedangkan setelah 4 hari pakan alami sudah mulai berkurang. Pemberiannya dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 15.00. Dosisnya 20 gram /100 ekor berudu pada minggu pertama, 30 gram pada minggu kedua, demikian seterusnya dosisi pakan tambahan ditambah sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pakan tambahan dilakukan dengan cara menebar langsung ke kolam.

Pengontrolan dilakukan setiap hari untuk melihat keadaan kolam. Waktunya bisa bersamaan dengan pemberian pakan tambahan. Saat pengontrolan keadaannya harus diamati dengan cermat, agar setiap kejadian dapat segera ditangani. Bila ada bocoran pada pematang, segera diperbaiki agar ketinggian air dapat dipertahankan dan larva atau benih tidak terbawa aurs air. Air yang masuk juga harus diatur debitnya agar tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, tetapi air debit air tersebut cukup untuk mempertahankan ketinggian air kolam. Kemudian bila ada tanda-tanda benih terserang penyakit harus segera diambil tindakan. Benih yang terserang ditandai dengan gerakannya lamban atau tidak normal, dan tidak napsu makan. Kemudian bila dilihat lebih dekat atau ditangkap badannya berwarna pucat.

Pemanenan benih dilakukan setelah masa pemeliharaan berakhir. Caranya adalah dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yaitu dengan membuka papan monik satu demi satu. Mula-mula saringan dipasang di depan pintu pengeluaran (monik), cabut papan monik yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga mencapai ketinggian papan di bawahnya. Cabut papan kedua biarkan air terbuang. Sambil menunggu air kolam surut, benih sedikit demi sedikit ditangkap dengan waring, dimasukan dalam ember, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen. Bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga dan berudu ditangkap lagi sampai habis. Benih yang sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam hapa tersebut selama malam agar kondisinya tubuhnya pulih kembali. Air yang masuk ke kolam penyimpanan hapa harus bersih agar tidak mengotori air dalam hapa. Bila kondisi kurang aman sebaiknya benih dipindah ke dalam bak atau hapa lainnya yang dipasang di tempat yang terjamin keamanannya, misalnya di dalam ruangan (indoor hatchery).

Berikut disajikan data pertumbuhan berudu hasil pendederan di kolam dalam setiap minggu. Ukuran benih yang dihasilkan tergantung dari kesuburan kolam, dan cara pengelolaan. Namun pada umumnya benih yang dihasilkan dari pendederan satu berukuruan 2 – 3 cm (berat antara 0,1 - 1 gram), pendederan 5 – 8 cm (berat antara 5 – 7 cm), dan pendederan ke tiga 10 – 12 cm (berat antara 9 – 11 gram). 0







BAB III
A. Kesimpulan
Di dalam memenuhi kebutuhan benih ikan mas dalam perikanan masyarakat upaya yang harus kita lakukan adalah melakukan pembenihan ikan mas atau lazim di sebut dengan Budidaya Ikan Mas, ketika kita melakukan pembenihan secara terus menerus maka kebutuhan pasar akan Ikan mas dapat terpenuhi dan masyarakat tidak akan kekurangan benih ikan mas untuk di besarkan, dan tidak akan kekurangan dalam skala konsumsi, selain itu kita juga harus menyiapkan alat dan bahan penunjang budidaya ikan mas, hal yang perlu di perhatikan adalah tempat pemeliharaan atau yang di sebut dengan kolam dan juga peralatan yang di perlukan.

B. Kritik Dan Saran
Dalam hal ini penulis hanyalah manusia biasa yang tiada kata tanpa ada salah, maka dari itu penulis mohon maaf atas kesalahan dalam segi penulisan, kata, ataupun kalimat yang kiranya mungkin terjadi kesalahan, maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca untuk sekiranya membantu dalam penyempurnaan makalah ini.

2 komentar:

MAKALAH “ Permintaan Terhadap Faktor Faktor Produksi

MAKALAH “ Permintaan Terhadap Faktor Faktor Produksi ”                                                 Dosen Pengampu : Eko Susanto,...