MAKALAH
PROFESI
DAN ILMU KEPEMIMPINAN
DI
SUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
METRO
DI
SUSUN OLEH :
EKO
SUSANTO
PROGRAM
PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN
2017
A. Profesi
Kepemimpinan
1. Pengertian
Profesi
Kenneth Lynn (Wirawan, 2004) mendefinisikan
profesi sebagai berikut.
“A profession delivers esoteric services based
on esoteric
knowledge systematically formulated and applied to the need of a client
Every profession consoders itself the proper body'to set the terms in which
sOme aspects of society, life or nature is to be thought of, and to define the
general lines; or even the details of public policy concerning it.
Menurut Lynn, profesi menyajikan layanan-layanan
tertentu atau khusus (esoteric services). Dalam profesi kepemimpinan, layanan
khusus tersebut adalah layanan kepemimpinan yang antara lain berupa pelaksanaan
fungsi kepemimpinan misalnya penciptaan visi, misi, mempersatukan dan
memengaruhi dan memotivasi para pengikut. Layanan tersebut disajikan oleh orang
tertentu dan tidak sembarang orang dapat melaksanakannya (esoteric services).
Layanan tersebut dilaksanakan berdasarkan ilmu pengetahuan tertentu yang hanya
dimiliki oleh orang tertentu (esoteric knowledge). Dalam hal kepemimpinan,
seorang pemimpin tidak hanya menduduki posisi kepemimpinan ia perlu memiliki
ilmu kepemimpinan dan ilmu-ilmu pendukungnya sepert manajemen dan ilmu
psikologi.
Suatu pekerjaan dapat disebut sebagai suatu
profesi jika memenuhi
persyaratan sebagai bcrikut:
-
Profisi
merupakan pekerjaan penuh waktu. Profesi merupakan pekerjaan penuh waktu yang sangat
diperlukan oleh masyarakat. Jika tidak ada profesi tersebut masyarakat akan
terganggu dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
-
Profesi memerlukan penerapan ilmu pengetahuan.
Profesi merupakan pekerjaan yang untuk melaksanakannya memerlukan penerapan
ilmu pengetahuan tertentu.
-
Otonomi. Seorang profesional melaksanakan
profesinya secara otonom. Artinya ia melaksanakan profesinya secara bebas
dengan menggunakan ilmu pengetahuan, standar profesi dan kode etik profesinya.
-
Lembaga pendidikan profesi. Profesi mempunyai
lembaga pendidikan profesi sampai tingkat perguruan tinggi. Untuk profesi
kepemimpinan, ilmu kepemimpinan diajarkan sampai tingkat pendidikan tinggi dalam program kepemimpinan.
-
Kode etik profesi. Suatu profesi mempunyai
kode etik profesi yang berfungsi mengatur perilaku profesional dalam
melaksanakan profesi. Kode etik profesi disusun oleh asosiasi profesi atau
organisasi /
lembaga tempat profesional bekerja. Misalnya, di TNI kode etik profesi
tercantum pada doktrin TNI dan dalam doktrin TNI ada kode etik perwira.
-
Asosiasi profesi. Kecuali di TNI dan Polisi
Republik Indonesia (POLRI), asosiasi profesi kepemimpinan didirikan di berbagai
lembaga bisnis, pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, dan sebagainya. TNI dan
POLRI melarang berdirinya asosiasi profesi karena kedua lembaga tersebut
mempunyai doktrin yang merupakan panduan bagi para anggotanya dalam
melaksanakan tugasnya.
-
Literatur profesi. Ilmu yang terkait dengan
profesi diterbitkan dalam bentuk buku, jurnal, artikel seminar, loka karya,
hasil penelitian, tesis, disertasi, dan sebagainya. Dewasa ini jumlah literatur
mengenai ilmu kepemimpinan puluhan ribu jumlahnya. Jurnal-jurnal saintifik
khusui kepemimpinan diterbitkan di seluruh dunia.
-
Lembaga penelitian. Di samping lembaga
pendidikan, dan asosiasi profesi kepemimpinan, di berbagai universitas dan
asosiasi perusahaan didirikan lembaga penelitian mengenai kepemimpinan. Hasil
penelitian diterbitkan dalam jurnal-jurnal dan buku kepemimpinan.
2. Kepemimpinan
Langsung dan Tidak Langsung
Seorang pemimpin dapat berhubungan langsung
atau berhubungan tidak langsung dengan para pengikutnya. Dalam kepemimpinan
langsung pemimpin memengaruhi secara langsung-tanpa perantara-_kepada para
pengikutnya. Misalnya, Kepala seksi (first line manager), komandan regu, memimpin
anak buahnya secara langsung. Seorang manajer lini pertama secara langsung
berhubungan dan memengaruhi bawahannya. Seorang imam masjid memengaruhi
jamaahnya dalam sembahyang Jumat. Seorang komandan pleton tentara memengaruhi
secara langsung anggotanya dalam suatu operasi militer dan dalam operasi
penanggulangan bencana.
Dalam
kepemimpinan tidak langsung, pemimpin memengaruhi para
pengikutnya secara tidak langsung. Pengaruh pemimpin kepada para pengikutnya
dilakukan melalui perantara. Ketika organisasi berkembang produknya, jumlah
anggotanya, fungsi dan tugasnya, struktur organisasinya, daerah operasinya
dilakukan pembagian dan delegasi tugas dalam bentuk hierarki tugasnya. Pemimpin
puncaknya menjadi tidak mungkin secara langsung memengaruhi para pengikutnya
bahkan para pengikut ada yang tak pernah bertemu muka dengan pemimpin
puncaknya. Sering pengikut melihat pemimpin puncaknya melalui media masa
seperti televisi dan surat kabar atau radio. Dalam situasi seperti ini teknik
memengaruhi dilakukan melalui hierarki kepemimpinan.
3. Kepemimpinan
Formal dan Informal
Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang
memimpin organisasi formal seperti perusahaan, lembaga pemerintah legislatif,
eksekutif dan yudikatif organisasi militer, organisasi polisi, dan lembaga
pendidikan. Organisasi dan lembaga ini dibentuk berdasarkan undang-undang,
peraturan pemerintah atau akta formal dalam
upaya mencapai tujuan negara. Kepemimpinan formal mempunyai berbagai titel:
presiden, perdana menteri, ketua DPR, manajer, administrator, kepala, komandan,
rektor, kepala sekolah, dan sebagainya. Pemimpin formal mempunyai wewenang
untuk memimpin suatu organisasi dan memberikan perintah kepada para anggota
organisasi yang berada di bawah kekuasaannya.
Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang
dasarnya tidak dipilih
atau diangkat secara formal. Seseorang menjadi pemimpin informal kalau ia
diakui mempunyai
keunggulan fisik gagah, cantik, kuat -mempunyai keunggulan
psikologi -ilmu pengetahuan dan keterampila,1 yang diakui oleh para anggora
organisasi. Dalam organisasi formal pemimpin informal tidak mempunyai wewenang
untuk memberi perintah dan menghukum para anggota organisasi. Akan tetapi, ia
mampu memengaruhi para anggota organisasi melalui visinya, memberi contoh,
perilaku dan praktik membuat atau menyelesaikan sesuatu.
4. Kepemimpinana
Internasional
Organisasi dapat berkembang dari organisasi
lokal, ke organisasi nasional, regional dan internasional. Organisasi regional
adalah organisasi yang dibentuk oleh negara-negara di region atau kawasan
tertentu. Misalnya negara-negara di Benua Eropa membentuk European Economic
Community (EEC) dan di Asia Tenggara membentuk ASEAN organisasi yang bersifat
ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan. Organisasi ini mempunyai pemimpin
yang mereka pilih untuk kurun waktu tertentu secara bergilir dan mempunyai
sekretariat bersama.
Suatu fenomena kepemimpinan menarik yang
muncul pada dekade akhir abad ke-20 dalam dekade pertama abad ke-21 adalah
berkembangnya kepemimpinan internasional. Sesudah Perang Dunia I negara-negara Eropa dan Amerika
membentuk League of Nation yang kemudian menjadi United Nations atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para anggota PBB memilih pemimpinnya yang
bernama Ketua Sidang Umum PBB dan Sekretaris Jenderal PBB dan unit-unit
organisasi di bawahnya seperti Dewan Keamanan PBB, UNESCO, WHO, FAO, dan
sebagainya.
Pada akhir dekade abad ke-20 muncul suatu
organisasi internasional yang membuat heboh dunia yang oleh PBB disebut
organisasi teroris. Organisasi ini bernama Al Qaeda di bawah pimpinan Osama Bin
Laden dengan organisasinya underbow-nya di berbagai kawasan. Organisasi ini
merupakan organisasi bawah tanah dengan sel-selnya tersebar di seluruh dunia
dan dibiayai sebagian terbesar oleh kekayaan Osama. Organisasi ini
beranggotakan orang-orang Islam fanatik dan berani mengorbankan dirinya sebagai
bom bunuh diri.
Tindakan spektakuler organisasi Al-Qaeda
terjadi pada tanggal 11 September 2001, anggota tim bunuh dirinya membajak
empat pesawat terbang jumbo-jet Boeing 727 yang digunakan sebagai bom bunuh
diri. Dua pesawat ditabrakkan dan menghancurkan dua menara kembar World Trade
Center New York lambang kedigdayaan ekonomi Amerika Serikat dengan korban lebih
dari 3.000 jiwa. Satu pesawat menghancurkan sebagian gedung Departemen
Pertahanan Amerika Serikat/ Petagon-satu lagi ditujukan untuk menghancurkan
Gedung Putih tapi jatuh di Pensylvaniau Tindakan yang memalukan Amerika Serikat
ini ditonton oleh pemirsa televisi di seluruh dunia
B. Etika
Kepemimpinana
1. Pengertian
Etika
adalah Ilmu dan standart mengenai sesuatu yang bena dan sesuatu yang salah,
sesuatu yang boleh dilakukan dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku
yang benar merupakan perilaku yang etis
dan perilaku yang tidak benar merupakan perilaku yang tidak etis.
2. Fungsi
etika kepemimpinan
Etika
memepengaruhi perilaku pemimpin dan perilaku para pengikut yaitu:
-
Norma
etika
-
Pemimpin
-
Perilaku
mempengaruhi pemimpin yang etis
-
Iklim
etika
-
Kinerja
pengikut
-
Visi
tercapai
3. Perilaku
etis
Seorang
pemimpin yang etis perilakunya mengacu pada norma – norma etika. Karakteristik
perilaku etis antara lain :
-
Dapat
dipercaya
-
Menghargai
dan menghormati orang lain
-
Bertanggung
jawab
-
Jujur
dan Adil
-
Kewargaan
organisasi
-
Menggunakan
kekuasaanya secara bijak
C. Ilmu
Kepemimpinan
1. Teori
kepemimpinan
Suatu
pengetahuan dapat disebut ilmu pengetahuan jika mempunyai teori. Teori
merupakan tulang, otot dan kulit tubuh ilmu pengetahuan. Istilah teori berasal
dari bahasa Yunani theoria yang
berarti melihat kepada atau memandang sesuatu yang memandang kontemplasi atau
spekulasi sebagai lawan dari bertindak atau melakukan sesuatu.
2. Fungsi
teori kepemimpinan
Setiap
ilmu pengetahuan mempunyai teori yang berfungsi sebagai berikut:
-
Melakukan
suatu fenomena ilmu pengetahuan yang sedang terjadi
-
Meramalkan
fenomena ilmu pengetahuan yang akan terjadi
-
Membimbing
praktik profesi
-
Mengembangkan
ilmu pengetahuan
-
Panduan
kehidupan manusia
3. Jenis
teori kepemimpinan
Teori
kepemimpinan pertama dapat dikelompokan menjadi teori deskriptif dan teori
prespektif. Teori deskroptif adalah teori yang melukiskan hakiakt, definisi,
arti atau makna sesuatu. Sementara teori prespektif adalah teori yang
memberikan prespektif cara melakukan, model – model melakukan sesuatu. Teori
kepemimpinan dapat dikelompakan berdasarkan aspek dan kepemimpinan yang dibahas
dalam teori yaitu:
a.
Teori
kepemimpinan umum
b.
Teori
gaya kepemimpinan
c.
Teori
kekuasaan
d.
Teori
kepengikutan
e.
Teori
memotivasi pengikut
f.
Teori
membuat keputusan
g.
Teori
etika kepemimpinan
D. Kepemimpinan
Umum
Teori Kepemimpinan Umum sering disebut juga sebagai teori gaya kepemimpinan.
Misalnya. Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional dianggap
sebagai gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksronai
Kedua gaya kepemimpinan tersebut memang mempunyai pola perilaku tertentu yang
berbeda dalam memengaruhi para pengikutnya. Icon gaya kepemimpinan adalah suatu
teori yang menyatukan satu set pola peniaku Jebrh dari satu pola perilaku
Sedangkan teori kepemimpinan transakmonai dan teori kepemimpinan transfamaasionai
masing - masing
hanya menyajikan
satu pola perilaku. tidak dimasukan sebagai teori gaya kepemimpinan rnelainkan sebagai
teori kepemumpinan umum.
1. Teori Pemimpin Dilahirkan atau Dibuat
Pertanyaan
mengenai pemimpin apakah dilahirkan atau dibuat muncul pada pertengahan kedua
abad ke 19. Pada masa itu muncul teori kepemimpinan Teori Orang Basa atau Greatman Theory. Teori ini menyatakan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, dan tidak dapat dibuat. Teori ini disusun
berdasarkan kepercayaan bahwa para pemimpin merupakan orang istimewa yang keuka
dilahirkan telah membawa kualitas dan ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Menurut teori ini para pemimpin memang sudah
ditakdirkan untuk menjadi pemimpin ketika dilahirkan dan telah membawa bakat
dan sifat-sifat yang diperlukan untuk menjadi parumpin. Orang besar memang
sudah dari sananya ditakdirkan untuk jadi pemimpin sepert Musa, Isa dan
Muhammad memang sudah ditakdirkan untuk menjadi nabi dan tidak dibuat oleh
umatnya. Bung Karno memang sudah ditakdirkan menjadi pemimpin besar bangsanya. Salah
seorang teoretisnya adalah Thomas Carlyle seorang filsuf sejarawan. sosiolog.
penulis. guru dan ilmuwan Inggris abad lie-19. Karyanya yang terkenal adalah
authors. Hao standup. & the Heroic in History yang membandingkan berbagai
jenis kepahlawanan misalnya Oliver Cnmwell, Napoleon, William Shakespiere.
Dante. Jean Jaquest Rousseau, John Knox. Mardani Luther dan Nabi Muhammad.
Salah satu kesimpulannya adalah bahwa sejarah dunia merupakan sejarahnya orang
besar (heroes) Mereka adalah orang-orang yang ditakdirkan untuk jadi pemimpin.
2. Teori
sifat pemimpin
Teori
Sifat Pemimpin (Trait Theory) muncul tahun 1930an-1940an dan berasumsi bahwa
setiap orang dapat menjadi penmimpin jika mempunyai sifat-sifat dan
keterampilan tertentu yang diperlukan untuk mornimpin. Sifat dan keterampilan
tersebut ada yang dibawa ketika dilahirkan dan ada yang diperoleh dari
lingkunganya karena pendidikan dan pengalaman. Menurut teori ini sifat tersebut
dapat diindentifikasi dan oorang – orang yang memiliki karakteristik tersebut
dapat direkrut untuk menduduki sebagai pemimpin.
3. Teori
perilaku kepemimpinan
Hasil
dari Teori Sifat Pemimpin kurang memuaskan, karena dua orang pemimpin yang
sukses mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda, bahkan sering
bertentangan. Di samping itu mengukur sifat pemimpin seperti kejujuran,
integritas, loyalitas atau percaya diri bukan suatu yang mudah karena dimensi
dan indikatornya beragam. Ketika Douglas McGregor (1985) menerbitkan bukunya
berjudul The Human Side of Enterprise tahun 1960 para peneliti mulai berpindah
ke Teori Pcrilaku Kepemimpinan (Behavioral Theory of Leadership). Mereka
berpaling kepada apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemimpin, bagaimana
perilaku mereka dalam memimpin para pengikutnya. Di bawah ini dikemukakan
sejumlah teori yang dikemukakan oleh teoretisi kepemimpinan/ manajemen mengenai
Teori Perilaku Pemimpin sebagian dari teori tersebut dibahas dalam teori gaya
kepemimpinan di bawah.
a. Teori
X dan Teori Y
Teori
X dan Teori Y dikembangkan oleh Douglas McGregor (1985) dalam bukunya yang
:bcrjudul The Human Side of Enterprise. Judul buku tersebut sebetulnya judul
pidatonya pada Fifth EAnniversary Convocation of MIT’s Alfred P. Sloan School
of Management pada bulan April 1957 yang kemudian menjadi judul bukunya yang
terbit pada tahun 1960. Teorinya yang merupakan terobosan teori manajemen yang
ia kembangkan tahun 1950-an masih dipakai oleh sebagian manajer ketika memasuki
abad ke-21. Di bawah mi disajikan teorinya dari bukunya yang diterbitkan tahun
1985 yang tidak pernah diubah semenjak dikemukakan pertama kalinya. McGregor
mengonstruksi Teori X dan Teori Y berdasarkan pola pikir sebagai berikut:
-
Setiap
profesional memerhatikan pemakaian ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuannya.
-
Kegagalan
manajemen untuk mempergunakan ilmu pengetahuan disebabkan oleh miskonsepsi
tentang sifat kontrol dalam bidang perilaku manusia.
-
Perilaku
manusia dapat diprediksi akan tetapi tidak diprediksi tanpa teori. Seperti
dalam ilmu fisika prediksi yang akurat tergantung pada kebenaran asumsi
teoretikal untuk meramalkannya. Semua keputusan dan tindakan manajerial
didasarkan kepada asumsi mengenai perilaku.
-
Pada
organisasi tradisional alat kontrol utama adalah otoritas. Keefektifan otoritas
sebagai . alat kontrol tergantung pada kemampuan untuk melaksanakannya melalui
hukuman.
1. Asumsi
teori X
-
Rata
– rata manusia pada dasarnya tidak menyukai kerja dan jika mungkin akan
menghindarinya.
-
Karena
karakteristik manusia yang tidak suka bekerja sebagian orang harus dijaga,
dikontrol, diarahkan, diancam dengan hukuman untuk mendorong agar mau berupaya
mencapai tujuan organisasi
-
Rata
– rata manusi lebih senang diarahkan memungkinkan tanggung jawab, relatif
memiliki sedikit imbalan menginginkan sekuritas diatas segalanya
2. Asumsi
teori Y
-
Biaya
upaya fisik dan mental dalam bekerja adalah alami seperti bermain dan
beristirahat.
-
Kontrol
eksternal dan ancaman bukan satu – satunya alat untuk membawa upaya ke arah
tujuan organisasi
-
Kmitmen
terhadap tujuan merupakan fungsi dari imbalan – imbalan yang di hubungkan
dengan prestasi mereka
-
Rata
– rata manusia belajar dengan kondisi yang tepat tidak hanya menerima akan
tetapi mencari tanggung jawab
-
Kapasitas
untuk melakukan dengan derajat tinggi imajinasi kepintaran, dan kreativitas
dalam solusi problem organisasi didistribusikan secara luas.
-
Dibawah
kehidupan industri modern, petensialitas dari rata – rata manusia hanya
sebagian di manfaatkan
b. Chris
Arghris
Chris
Arghris mengembangkan Theory of pattern A dan Theory of pattern B, yaitu pada
pola perilaku A terdiri dari pola perilaku keras dan pola perilaku lunak.
Sementara pola perilaku B karekteristinya dalah berbagi objektif, kepercayaan
tinggi, saling menghormati, kepuasan kerja, hubungan terbuka, dan kalaborasi.
Pola ini lebih efektif dan produktif dibandingkan dengan pola perilaku A.
c. Teori
Z
Teori
Z mjuncul pada perang dunia II setelah jepang di hancurkan lalu bangkit kembali
setelah lima tahun. Istilah Z pada teori Z adalah Zoel artinya semangat. Tahun
1980 semangat kerja jepang dan produktifitasnya tinggi di dunia, menurut
William Ouchi keberhasulan perusahaan jepang terletak pada karekteristik
perusahaan jepang itu sendiri.
Sementara
itu strategi dalam mengembangkan organisasi tipe Z menurut William di antaranya
adalah sebgai berikut:
-
Memahami
organisasi tipe z dan peran manajemenya
-
Mengaudit
filsafat perusahaan
-
Menstabilkan
pekerja
-
Mengetes
diri manejer dan perusahaan, dll.
Dan semua itu dapat dilakukan
dengan baik, kepemimpinan teori Z menggukan kepemimpinan partisifatif,
kepemimpinan tim dan kepemimpinan trasfosmasional.
4. Teori
kontak sosial pemimpin dan pengikut
Salah
satu cara untuk menjelaskan dengan menggunakan konsep kontrak sosial antara
pemimpin dengan pengikunya. Dalam ilmu kepemimpinan konsep kontak sosial dalam
kepemimpinan menimbulkan dua teori kepemimponan yaitu :
a. Teori
pertukaran pemimpin dan pengikut / the
leader member exchange theory
(LMX)
-
Asumsi dasar.
Dikembangkan
tahun 1975 Fred Danserati, George Graen dan William G. Haga (1975). Asumsi dari
LMX adalah kepemimpinan merupakan proses interaksi sosial saling mempengaruhi
antara pemimpin dan pengikutnya. Proses ini disebut hubungan diadik yang
artinya hubungan antara pemimpin dengan seorang pengikutnya dalam unit kerja.
Dan dalam teori LMX terdapat kelompok pengikut yaitu kelompok dalam dan luar.
-
Evolusi pendekatan doedik
Sementara
itu dalam pendekatan diadik menurut Robert dan Christopher terdapat 4 level
evulisi pendekatan diodik yaitu teori hubungan diodik vertikat, teori
pertukaran pemimpin dan pengikut, teori pengembangan pemimpin, serta sistem dan
jaringan.
-
Strategi mengembangkan hubungan
positif LMX
Kepemimpinan
merupakan hubungan sosial antara pemimpin dan pengikut yang menentukan
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Hubungan pertukaran antara pemimpin
dan pengikuj lebih menguntungkan jika persepsi pemimpin terhadap bawahannya
lebih kompeten, dapat dipercaya dan sama dengan nilai-nilai dan sikap pemimpin.
Robert N. Lussier dan Cristopherg Acua (2007) mengemukakan model siklus
kehidupan (life-cycle model) perkembangan hubungan antara pemimpin dan para
pengikut yang mempunyai tiga tahapan.
Tahapan
pertama siklus kehidupan.
Pemimpin dan pengikut berperilaku sebagai orang asing; mengetes satu sama lain
untuk mengidentifikasi jenis perilaku apa yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak.
Tahap
kedua model siklus kehidupan.
Ketika pemimpin dan pengikut saling mengenal mereka memperbaiki peran-peran
mereka yang akan dimainkan bersama.
Tahap
ketiga model siklus kehidupan.
Dalam tahap ketiga peran-peran mencapai kematangan. Di sini pertukaran
berdasarkan interes pribadi ditransformasi menjadi komitmen bersama terhadap
misi dan objektif dari unit kerja.
-
Kekuatan dan kelemahan teori LMX
Kepemimpinan
merupakan interaksi aerial antara pemimpin dan para pengikutnya. Dalam market
sosial tersebut. para pengikut melakukan pertukaran dengan pemimpin baik secara
Individual atau secara kelompok.
-
Kekuatan pertama dari Teori Kepemimpinan LMX ialah
memperhatikan interaksi setiap pengikut dengan pemimpinnya yang menimbulkan
perilaku pemimpin yang berbeda jika ia memengaruhi individu pengikut lainnya.
-
Kedua, Teori Kepemimpinan LMX adalah
memusatkan kepada hubungan diadik dalam proses kepermmpinan sebagai faktor
sentral dari proses kepemimpinan.
-
Ketiga, sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa praktik penerapan Teori LMX dalam mnajemen organisasi mempunyai hubungan
positif dengan keluaran organisasi. Penerapan teori ini dengan baik dapat
menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kinerja pegawai secara
individual dan kelompok.
Sungguhpun
demikian sebagai teori ilmu sosial Teori Kepemimpinan LMX mempunyal Sejumlah
kelemahan.
-
Pertama, Teori Kepemimpinan LMX
menyederhanakan hubungan diadik, padahal jumlahnya sangat banyak dan rumit.
-
Kedua, Teori LMX belum dikembangkan
secara rinci.
-
Ketiga, penelitian empiris mengenai
pemakaian diadik dalam proses Kepemimpinan LMX relatif masih sedikit.
b. Teori
kepemimpinan transaksional / transactional
leadership theory
1. Asumsi
dasar
Teori
mengasumsikan bahwa kepemimpinan merupakan kontrak sosial antara pemimpin
dengan pengikut. Hubungan antara pemimpin dan pengikut dalam teori kepemimpinan
transaksional merupakan hubungan kontrak transaksi yaitu menukarkan sesuatu
yang dibutuhkan pemimpin dengan yang dibutuhkan pengikut.menurut Edwin P.
Hollander (1984) teori kepemimpinan transaksional intinya adalah sebagai
berikut:
-
Kepemimpina
merupakan pertukaran antara pemimpin dengan pengikut
-
Pertukaran
sosialdalam kepemimpinan transaksional pemimpin, para pengikut dan situasi
mereka
-
Kepercayaan
dan presepsi mengenai keadilan sangat esensial bagi hubungan pemimpin dengan
pengikut.
-
Pengurangan
ketidak kepastian merupakan benefit penting yang disediakan oleh pemimpin
-
Keuntungan
dari pertukaran sosial sangat penting untuk mempertahankan hubungan sosial.
2. Kelemahan
Teory Kepemimpinan Transaksional
5. Teori
Kepemimpinan Trasformasional
Istilah
Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership) merupakan hasil
suatu perkembangan pemikiran beberapa teoretisi kepemimpinan. Diawali oleh
pemikiran.]ames MacGregor Burns tahun 1979 yang menggunakan istilah
Transforming Leader Ship (Kepemimpinan Mentransformasi) kemudian dikembangkan
oleh Benard M. Bass tahun 1985 dalam bukunya yang berjudul Leadership and
Performance Beyond Expectations yang menggunakan istilah Transformational
Leadership (Kepemimpinan Transformasional) yang menurut pengakuannya
diinspirasi oleh pemikiran Burns. Semenjak Bass, istilah Transformational
Leadership merupakan istilah baku dalam ilmu kepemimpinan. Mengenaipengertian,
isi dan proses dari istilah Kepemimpinan Transformasional terjadi perbedaan
antara para teoretisi kepemimpinan, walaupun mempunyai benang merah yang sama.
Berikut ini pakar dari teori kepemimpinan trasformasional adalah Jamess
McGregor Burn, Benard M. Bass, Noel M. Tichi, Mary Anne Devana, dll.
a. James
McGregor Burns
istilah
dan konsep Kepemimpinan Transformasional ( Transformational Leadership) dimulai
oleh james MacGregor Burns (1979) dalam bukunya yang mendapat hadiah Pulitzer
Praise dan National BookAu ard yang berjudul Leadership. Dalam buku tersebut ia
menggunakan istilah kepemimpinan mentrasfonnasi (transforming leadership). Bass
memformulasikan pengertian konsep kepemimpinan nanslonnasional berbeda dengan
konsep kepemimpinan mentran sformasinya Burns. Burns seorang ilmuwan politik
sedangkan Bass seorang psikologi industri jadi pola pikirnya berbeda.
Burns
memformulasikan Kepemimpinan Mentransformasi sebagai berikut: .
1)
Antara
pemimpin dan pengikut mempunyai tujuan bersama yang melukiskan nilai-nilai,
motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi dan harapan mereka.
2)
Walaupun
pemimpin dan pengikut mempunyai tujuan bersama, akan tetapi tingkat level dan
potensi mereka untuk mencapai tujuan tersebut berbeda. Menurut Burns esensi
dari hubungan pemimpin dan pengikut adalah interaksi orang dengan level
motivasi dan potensi kekuasaan, termasuk keterampilan, untuk mencapai tujuan
bersama.
3)
Kepemimpinan
mentransformasi berusaha mengembangkan sistem yang sedang berlangsung dengan
mengemukakan visi yang mendorong berkembangnya masyarakat baru. Visi ini
menghubungkan nilai-nilai pemimpin dan pengikut kemudian menyatukannya.
Keduanya saling mengangkat ke level yang lebih tinggi menciptakan moral yang
makin lama makin meninggi. Kepemimpinan mentransformasi merupakan kepemimpinan
moral yang meningkatkan perilaku manusia.
4)
Kepemimpinan
mentransformasi akhirnya mengajarkan para pengikut bagaimana menjadi pemimpin
dengan melaksanakan peran aktif dalam perubahan. Ikut sertanya pengikut dalam
perubahan secara aktif membuat pengikut menjadi pemimpin.
5)
Menurut
Burns tingkat yang tertinggi dari Kepemimpinan Mentransformasi adalah
terciptanya nilai-nilai akhir yang meliputi keadilan, kebebasan, kemerdekaan,
persamaan dan persaudaraan dalam masyarakat.
b. Benard
M. Bass
Istilah
Kepemimpinan Transformasional yang dikembangkan oleh B'enard M.Bass (1985)
lebih banyak dipakai dalam literatur dan praktik daripada istilah Kepemimpinan
Mentransformasi yand dikemukakan oleh James MacGregor Burns (1979). Menurut
Bass, istilah Kepemimpinan Transformasional merupakan upaya pemimpin
mentransformasi para pengikut dari satu tingkat kebutuhan rendah hierarki
kebutuhan ke tingkat igbutuhan lainnya yang lebih tinggi menurut Teori Motivasi
Abraham Maslow. Pemimpin juga mentransformasi harapan untuk suksesnya pengikut,
serta nilai-nilai, dan mengembangkan budaya gorganisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan pemimpin. Melalui Kepemimpinan Transfonnasional pengikut
dapat mencapai kinerja yang melebihi yang telah diharapkan pemimpin
(performance beyond expectations).
Benard
M. Bass bersama dengan B. J. Avolio (1990) mendefinisikan Kepemimpinan
Transformasional dengan mempergunakan istilah 4 I:
1)
Individual
consideration (perhatian individual).
2)
Intellectual
stimulation (stimulasi intelektual).
3)
Inspirational
motivation (motivasi inspirasional).
4)
Idealized
influence (pengaruh teridealisasi).
c. Noel
M. Tichy dan Mary Anne Devana: Teori Kepemimpinan Transfor -masional Tiga Babak
Noel
M. Tichy dan Mary Anne Devanna dalam bukunya yang berjudul The Transformational
:(1990) membahas Kepemimpinan Transformasional. Kedua teoretisi kepemimpinan
ini mempelajari apa yang dilakukan para pemimpin perusahaan kelas dunia di
Amerika Serikat dan Eropa baik yang sukses maupun yang gagal. Para pemimpin
perusahaan tersebut menghadapi persaingan ketat yang menentukan hidup matinya
perusahaan mereka dengan berupaya mengubah perusahaan mereka. Kedua teoretisi
kepemimpinan tersebut menyamakan apa yang dilakukan oleh para pemimpin
perusahaan sebagai suatu drama. Secara umum drama tersebut terdiri dari tiga
babak (act).
Tichy
dan Devanna kemudian mengemukakan Model Kepemimpinan Transformasional: Drama
Tiga Babak (Transformational Leadership:A Three-Act Drama)
1) Drama
: Kepemimpinan dan Paradoks
Pemimpin
harus menyelesaikan tensi – tensi y6ang diekspresikan oleh manajer tengah
dimana organisasinya akan memulai transformasi besar. Pemimpin menangani
perasan ini melalui menciptakan organisasi yang memeluk paradoks tersebut.
Karekteristik organisasi tersebut adalah kemampuan umtuk memanajemen ketidak
pastian dilingkungan mereka.
Paradoks
menciptakan tensi dramatik dalam drama transformasi. Drama transform. meliputi:
a)
Pertentangan
antara kekuatan stabilitas dan kekuatan perubahan.
b)
Tensi
dramatik antara penolakan dan penerimaan realitas.
c)
Pertentangan
antara ketakutan dan harapan.
d)
Pertentangan
antara manajer dan pemimpin.
Pemimpin harus menarik organisasi
ke arah masa depan dengan menciptakan pandangan positif mengenai organisasi dapat
menjadi apa dan secara simultan menyediakan dukungan emosional bagi para
individu dalam proses transisi. Ada tiga babak yang berbeda untuk setiap drama
tersebut,
2) Organisasi
pada Drama Babak I
Kejadian
pemicu (Trigger event). Kebutuhan untuk perubahan dipicu
oleh tekanan lingkungan. Akan tetapi, tidak semua organisasi merespons sinyal
dari lingkungan tersebut yang mengindikasikan perubahan. Kejadian pemicu
eksternal harus dipersepsikan dan direspons oleh pemimpin pada awal proses
transformasi.
Merasa
kebutuhan untuk berubah (Felt the need for change). Ketika para pemimpi perusahaan menerima kenyataan bahwa lingkungan
bisnisnya sedang berubah, pembuat keputusan kunci merasa tidak puas dengan
status quo. International Harvester mempunyai manajemen yakni memilih defensif
terhadap tantangan lingkungan. Hasilnya adalah kurangnya visi baru dan kegagalan
untuk memobilisasi para pegawai untuk berperilaku dengan cara baru. Sebal'knya
acocca menciptakan visi “Chrysler baru” yang memobilisasi para pegawai, dan bekerja
ke bahan institusional.
Menciptakan
suatu kebutuhan untuk berubah. Suatu cara menciptakan kebutuhan untuk berubah
antara lain adalah:
a)
Menantang
pemimpin.
b)
Membangun
jaringan eksternal.
c)
Mengunjungi
perusahaan lain.
d)
Proses
manajemen.
e)
Resistensi
untuk berubah.
3) Organisasi
pada Drama Babak II
Menciptakan
suatu visi.
Para pemimpin ikut serta dalam transformasi organisasi perlu menciptakan suatu
visi yang merupakan suatu masa kritikal bagi para karyawan yang akan menerima
sebagai perubahan yang diharapkan untuk organisasi. Masing-masing pemimpin
harus mengembangkan suatu visi dan mengomunikasikannya dengan jalan yang sama
dan sebangrm dengan filsafat dan gaya pemimpin.
Memobilisasi
Komitmen.
Organisasi, atau paling tidak masa kritikal dalam organisasi. menerima misi dan
visi baru dan membuatnya dapat terjadi. Dalam fase ini, proses transformasi
yang harus menanam ke dalam suatu perasaan bermakna bagi para pengikut mereka.
4) Organisasi
pada Drama Babak III
Menginstitusionaiisasi
Perubahan. Revitalisasi merupakan omong
kosong sampai visi harus menjadi realitas. Cara berpikir baru menjadi praktik
dari hari ke hari. Realitas baru, aktivitas praktik harus dibagi sehingga
menjadi terintemalisasi. Pada level yang paling dalam memerlukan pembentukan
dan penguatan budaya baru yang cocok dengan organisasi yang sudah
terevitalisasl Bagaimana para karyawan diseleksi untuk pekerjaan, dievaluasi
dan diberi imbalan dalam kinerja mereka, dan dikembangkan untuk tanggung jawab
di masa yang akan datang sangat penting. Tugas dari pemimpin transformasional
untuk memahami perasaan campuran tersebut, bertindak membantu orang dari emosi
negatif ke emosi positif, dan memobilisasi energi yang diperlukan untuk
pembaruan individual.
5) Individual
pada Drama Babak l
William
Bridge dalam bukunya yang berjudul Transitions: Making Sense ofLife's Changes
melukiskan proses tiga fase perubahan individual yang meliputi mengakhiri,
keadaan transisi, dan memulai sesuatu yang baru. Sepanjang setiap fase ini
suatu set tugas psikologikal dapat diidentifikasi. Para individu harus bekerja
melalui fase-fase ini jika mereka harus menyelesaikan proses perubahan secara
sukses.
Mengakhiri. Semua transisi dimulai dengan
mengakhiri. Para pegawai yang berpegang teguh dengan cara lama untuk melakukan
sesuatu akan tak dapat untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan baru. Mereka
harus mengikuti proses yang meliputi memisahkan diri dari masa lalu tidak
mengidentifikasikan dengan tuntutannya kecewa dengan implikasinya dan
disorientasi ketika mereka mempelajari dengan perilaku baru. Pemimpin
transformasional menyediakan dukungan kepada para karyawan dengan membantu kejayaan masa lalu dengan peluang masa yang
akan datang. Hal ini akan terjadi hanya jika mereka dapat mengakui resistensi
individual akan hilang dalam transisi. Para pemimpin harus mendorong para
pegawai untuk menerima kegagalan tanpa perasaan merupakan kegagalan mereka.
Masa :lalu akan merupakan kunci untuk memahami apa yang salah dan apa yang
dapat berjalan akan nanenyediakan peta yang bermanfaat bagi masa depan.
6) Individu
pada Drama Babak II
Zone
Netral. Para
karyawan memerlukan waktu untuk bekerja mengenai perasaan mereka sedang
diputuskan dengan masa lalu dan belum secara emosional mengikatkan diri dengan
masa yang akan datang. Fase ini merupakan fase yang kacau dalam budaya Barat
yang berorientasi pada aktivitas, karenanya dipandang sebagai masa yang tidak
produktif. Sungguhpun demikian perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan dalam
transformasi organisasi dapat muncul dalam fase ini. Pada masa inilah
keterampilan para pemimpin transformasional dites. Birokrat yang takut-takut
akan tidak bermanfaat untuk membantu para individu melewati zone netral.
Seorang pemimpin diktator kuat mungkin juga akan gagal, memaksa memulai sesuatu
yang baru sebelum emosi dan perasaan orang untuk siap.
7) Individu
pada Drama Babak III
Permulaan
Baru. Sekali suatu fase kesiapan psikologikal untuk melaksanakan orde baru
dicapai, para karyawan harus mempersiapkan diri untuk frustrasi bahwa pekerjaan
gagal ketika . diganti dengan aktivitas rutin baru. Waktu latihan yang
mencukupi diperlukan sebelum setiap
8) Karakteristik
organisasi memperbaharui diri sendiri
Tichi
dan Devana mengemukakan karakteristik organisasi memperbaharui diri sendiri adalah sebagai berikut:
-
Rankaian
longgar erat
-
Spesialisasi
dan generasi peran – peran tinggi
-
Kepemimpinan
kontinuitas bdan terhenti
-
Konflik
produksi
-
Memperluas
dan membatasi penelusuran informasi
-
Paradoks
partisipasi
9) Karakteristik
kepemimpinan transformasional
Tichi
dan Devana mengemukakan karakteristik pemimpinan transformasional yang mereka
sebut sebagai protagonis atau pelaku utama dalam drama sebagai berikut:
-
Mengidentifikasi
dirinya sebgai agen perubahan
-
Individu
pemberani
-
Mereka
percaya kepada orang
-
Mereka
adalah penarik nilai
-
Mereka
pembelajar sepanjang hayat
-
Mereka
mempunyai kemampuan untuk berurusan dengan kompleksitas
-
Mereka
visionary
d. Paul
Hersey, Kenneth Blanchard dan Dewey E. Johnson
1) Konsep
Pemikiran
Paul
Hersey, Kenneth H. Blanchard dan Dewey B.Johnson dikenal dalam ilmu
kepemimpinan sebagai pencetus Teori Kepemimpinan Situasional (Situational
Leadership Theory). Dalam bukunya yang berjudul Management of Organizational
Behavior: Utilizing Human Resource (1996) tcorctisi ilmu kepemimpinan tersebut
juga membahas mengenai Kepemimpinan Transformasional. Bagi ketiga teoretisi
kepemimpinan ini, Kepemimpinan Transformasional sama dengan Kepemimpinan
Visionari (Visionary Leadership), Kepemimpinan Strategis (Strategic
Leadership), dan Kepemimpinan Karismatis (Charismatic Leadership). Ketiga
teoretisi kepemimpinan ini mengemukakan Kepemimpinan Transformasional dalam
kaitannya dengan Teori Kepemimpinan Situasional khususnya Kesiapan Organisasi
(Organizational Readiness) untuk melakukan transformasi.
Menurut
mereka Kepemimpinan Transformasional meliputi perilaku kepemimpinan, tindakan -
tindakan dan strategi khusus yang diperlukan untuk mentransformasi suatu
organisasi. Ketiga teoretisi kepemimpinan tersebut mengemukakan langkah-langkah
Kepemimpinan Transformasioml. dalam mentransformasi organisasinya sebagai
berikut:
a)
Komitmen
personal terhadap transformasi organisasi oleh pemimpin.
b)
Tegas,
tanpa belas kasihan dan tidak dapat disangkal mengomunikasikan ketidakmungkinan
amd mempertahankan status quo.
c)
Komunikasi
yang jelas dan entusiatik mengenai visi yang menginspirasi mengenai dapat
menjadi organisasi.
d)
Pembangunan
masa kritikal tepat waktu untuk dukungan transformasi
e)
Mengakui,
memberi penghargaan, dan menyelesaikan resisten terhadap transformasi.
f)
Mendefinisikan
dan menyusun suatu organisasi yang dapat melaksanakan visi.
g)
Komunikasi
informasi secara tetap mengenai kemajuan dan memberikan pengakuan dan imbalan
bagi prestasi.
Menurut Hersey, Blanchard dan
Johnson Kepemimpinan Transformasional meliputi karak. terisrik dramatik,
pemberani, dan secara emosional menyetir tindakan-tindakan keduniaan transaksi
hari ke hari terus-menerus yang integral dengan kehidupan dalam organisasi.
Mengemas semuanya menjadi satu, ketiga teoretisi kepemimpinan tersebut
mendefinisikan Kepemimpinan Transformasional sebagai berikut:
a)
A
deliberate influence process (Suatu proses memengaruhi yang disengaja).
Kepemimpinan sangat menyadari mengenai apa yang akan dilakukannya dan mempunyai
rencana spesifik bagaimana melakukan transformasi. Tindakan-tindakan mereka
dipikirkan dan direncanakan terlebih dahulu bukan secara spontan.
b)
On
the part an individual or group (Pada seorang individu atau kelompok).
Kepemimpinan merupakan seorang individu atau kelompok dalam organisasi.
c)
c)
To bring about a discontinuous change (Menghasilkan suatu perubahan terputus).
Frasa terputus secara sengaja digunakan kebalikan dari inkremental.
Transformasi merupakan suatu yang terputus antara masa lalu dan masa sekarang.
Perubahan terputus merupakan analisis dari faktor kesuksesan masa depan. Jika
faktor-faktor ini tidak secara kualitatif berbeda dari faktor sukses yang
sekarang, perubahan mungkin hanya inkremental.
d)
In
the current state and functioning (Keadaan dan berfungsi yang sekarang).
Keadaan menunjukkan kinerja organisasi seperti kesehatan organisasi. Berfungsi
termasuk pola interaktif internal dan eksternal seperti direfleksikan dalam
struktur dan sistem organisasi.
e)
Of
an organization-as a whole (Organisasi secara keseluruhan). Kepemimpinan Transformasional
dapat meresap dalam pengertian dimensi horizontal dan vertikal dari organisasi,
dan melihat organisasi sebagai suatu sistem yang harus diubah. "
f)
Perubahan
digerakkan oleh suatu visi berdasarkan suatu set kepercayaan dan nilai-nilai.
Pengembangan dan pencapaian kepercayaan dan nilai-nilai yang dijangka!“ Visi
merupakan wajah yang membedakan kepemimpinan transformasional dengan jenis
kepemimpinan lainnya. Visi. dalam pengertian kepercayaan dan nilai-niai
melukiskan dapat menjadi apa Organisasi. juga merupakan sinyal yang jelas dari
perubahan.
g)
Perubahan
itu memerlukan para anggota organisasi memersepsikan dan berpikir berbeda dan
melaksanakan tindakan baru dan peran-peran organisasi. Kepemimpinan
Transformasional ditujukan untuk menanamkan perilaku baru pada sebagian
terbesar anggota organisasi dan tanpa pengecuali memerlukan peran baru dan
perilaku peran dalam pengertian interpretasi konsep klasik sains perilaku.
2) Tak
ada Cara yang Ideal untuk Transformasi Organisasi
Cara
mentransformasi tergantung pada situasi organisasi yang akan ditransformasi,
karenanya tidak ada cara yang tepat atau ideal untuk mentransformasi semua
jenis organisasi. Apa yang dapat bekerja di suatu proses transformasi tidak
dapat jalan diproses transformasi lainnya. Sama seperti resep masakan yang
tidak ada yang cocok untuk semua jenis makanan yang akan dimasak.
Model
Situasional Kepemimpinan Transformasional menyatakan bahwa setiap tindakan atau
kombinasi tindakan kepemimpinan dapat tepat atau tidak tepat untuk menghasilkan
transformasi, tergantung pada situasi di mana kepemimpinan tersebut dipakai.
Faktor situasional yang paling penting adalah kesesuaian antara strategi
kepemimpinan dan kesiapan transformasi organisasi (organization’s readiness for
transformation).
3) Kesiapan
Organisasi terhadap Transformasi
Menurut
Hersey, Blanchard dan Johnson mendefinisikan kesiapan organisasi untuk mentransfermasi
sebagai fungsi dari atau ditentukan oleh budaya organisasi. Walaupun budaya
organisasi gimpakan fenomena yang kompleks dengan banyak interpretasi, ada
kesepakatan dalam literatur bahwa elemen primer budaya organisasi adalah
berbagai asumsi dasar, atau kepercayaan mengenai bagaimana menanggulangi dua
problem fundamental yang dihadapi semua kelompok dan organisasi: terus hidup
dan beradaptasi terhadap lingkungan eksternal dan integrasi internal
Menurut
Hersey, Blanchard dan Johnson makin banyak asumsi dasar, atau kepercayaan
bereperasi di luar kesadaran dapat dipikirkan sebagai suatu mindset yang
memandu proses organisasi interpretasi, tindakan yang lebih disukai dan
reaksi-reaksi emosional. Keperluan untuk harmoni yang diciptakan oleh berbagai
asumsi sering sedemikian kuatnya sehingga mungkin saja penolakan, Proyeksi dan
bentuk-bentuk lain distorsi kejadian-kejadian di sekitar organisasi.
Menerut
ketiga teoritisi kepemimpinaj tersebut asumsi dasar atau kepercayaan yang
menjadi karakteristik suatu pembelajaran organisasi dapat dilukiskan dua
dimensi yaitu
-
fleksibilitas
dalam kaitanya dengan lingkungan eksternal
-
Komitmen
organisasi
4) Aksi
Kepemimpinan Transformasional
Paul
Hersey, Kenneth Blanchard dan DeweyJohnson (1996) mengemukakan berdasarkan
studi teriladap aksi terhadap model-model tindakan, menyimpulkan bahwa tindakan
pemimpin yang dipergunakan oleh pemimpin untuk melakukan transformasi dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok: tindakan menstruktur (Structuring action)
dan tindakan menginspirasi (inspiriig action). Menurut ketiga teoretisi
kepemimpinan situasional tersebut tindakan kepemimpinaq didefinisikan sebagai
berikut:
a)
Tindakan
menstruktur. Yaitu tindakan pemimpin yang membentuk kepercayaan baru, dan
tindakan menambah nilai dengan menyediakan informasi mengenai status quo,
dengan menspesifikasi keadaan di masa yang lalu, mendefinisikan dan membentuk
organisasi yang diperlukan dan menyediakan sumber-sumber manusia dan material.
b)
Tindakan
menginspirasi. Adalah sampai seberapa tinggi pemimpin mendorong para anggota
organisasi dengan membujuk dan mendorong; mendiskusikan dan menjelaskan,
memfasilitasi memproses, mengembangkan, dan memperkuat kepercayaan dan tindakan
berdasarkan nilai… nilai baru yang diperlukan oleh transformasi..
Secara
ringkas, tindakan-tindakan penstrukturan ditujukan untuk membatasi jajaran
tindakan tindakan baru pilihan hambatan peran-peran dan tindakan yang
diperlukan oleh transformasi yang dituju. Tindakan-tindakan menginspirasi
ditujukan juga untuk memotivasi para anggota organisasi, membangun keinginan
mereka untuk transformasi yang diinginkan, dan membujuk perilaku dan peran yang
diperiukan.
5) Strategi
Kepemimpinan Transformasional
jumlah
relatif dari tindakan-tindakan penstrukturan dikombinasikan dalam sistem saling
memengaruhi membentuk empat strategi kepemimpinan seperti dilukiskan pada
Gambar 29.
6) Model
kepemimpinan situasional untuk Transformasional
Dalam
model ini terdapat empat kuadran, yang melukiskan empat dasar strategi
kepemimpinan transformasional yang berasal dari jumlah relatif tindakan –
tindakan menstruturisasi dan menginspirasi yaitu sebagai berikut:
a)
S1
Memaksa (enforcing).
Strategi-strategi memaksa (enforcing strategies). Menghancurkan status quo dan
melaksanakan struktur baru. Tindakan penstrukturan sedang sampai tinggi dan
tindakan menginspirasi sedang sampai rendah.
b)
S2
Membuat mampu (enabling).
Strategi-strategi memampukan (enabling strategies). Memvisikan masa depan dan
mengembangkan tindakan-tindakan dan peran-peran. Tindakan menstruktur sedang
sampai tinggi dan tindakan menginspirasi sedang sampai tinggi.
c)
S3
Mendaftarkan (enlisting).
Strategi-strategi mendaftarkan (enlisting strategies). Memfasilitasi komitmen
dan partisipasi dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Jumlah tindakan
penstrukturan sedang sampai rendah dan tindakan menginspirasi sedang sampai
tinggi.
d)
S4
Menguasakan (endorsing).
Strategistrategi menguasakan (endorsing strategies: S4) Mensponsori
transformasi dan memonitor progres Tindakan menstrukturisasi sedang sampai
rendah dan tindakan menginspirasi sedang sampai rendah.
Di bawah Strategi-strategi Kepemimpinan
adalah empat Kesiapan Organisasi (Organizational Raadiness = OR) yang sesuai
dengan masing-masing strategi.
a) OR-I.
Kukuh, fragmentasi, dan resistan (fixed, fragmented, and resz'stant)/S1
Strategi memaksa
b) OR-2.
[tinggal akan tetapi kooperatif dan mengenai/S2 Strategi memampukan.
c) OR-3.
Perscptifakan tetapi terbagi dan ambivalen/S3 Strategi mendaftar:
d) OR-4.
Cakap semua hal, terintegrasi dan melibatkan diri/S4 Strategi menyetujui:
Mensponsori transformasi dan memonitor kemajuan.
7) Evaluasi
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan
transformasional sangat tergantung pada kualitas pemimpin. Jika pemimpin
berkualitas tinggi dan persuasif kemungkinan besar kepemimpinannya berhasil.
Para pengikut mencari petunjuk arahan dari pemimpin energetik, persuasif, dan
inspirasional. Akan tetapi, jika kualitas pemimpin dan para pengikutnya berbeda
jauh maka para pengikut dapat mengikuti pemimpinnya membabi buta. Loyalitas
para pengikut dapat dalam bentuk untuk menyenangkan dan memuaskan pemimpin
bukan untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi. Pemimpin
transformasional memotivasi para pengikutnya melalui pidato emosional. Jika
pemimpin egomaniak atau berperilaku tidak etis, para pengikutnya akan melakukan
hal yang sama.
Kepemimpinan
transformasional hanya dapat berhasil jika pemimpin dan para pengikutnya berani
mengambil risiko untuk mentransformasi keadaan. PemimPin yang sesungguhnya
"menggunakan kekuasaannya untuk menciptakan pengaruh positif untuk
menciptakan transformasi organisasi. Akan tetapi, sejumlah pemimpin mempunyai
conflict of in terest di mana interest pribadinya lebih besar daripada
interesnya untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin seperti ini akan
mengeksploitasi, mengontrol dan memanipulasi para pengikut dan situasi
kepemimpinan untuk mencapai tujuan pribadinya. Kepemimpinan transformasional
selalu harus menjaga moralitas dan berprilaku etis dan menjelaskan visinya
dengan cara mudah dimengerti oleh para pengikutnya. Akan tetapi pengikut karena
gap antara pemimpin dengan pengikutnya mereka tidak memahami sepenuhnya apa yang dikemukakan para pemimpinya dan
konsekuensi tindakanaya. Jika tindakan pemimpin tidak etis akan di ikuti
pengikutnya yang menyebabkan gagalnya transformasin yang dilakukan pemimpin.
e. Teori
Kepemimpinan Karismatik
a) Perkembangan
Konsep
Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership) telah mendapatkan perhatian
sosiolog abad ke-19 Max “Weber (1947). Menurut Weber Kepemimpinan Karismatik
mempunyai kapasitas untuk mengubah sistem sosial yang ada berdasarkan persepsi
pengikut yang percaya pemimpin ditakdirkan mempunyai kemampuan istimewa.
Menurut Weber, Kepemimpinan Karismatik akan muncul jika terjadi krisis sosial,
dengan visi yang radikal dan menyajikan solusi terhadap krisis. Kepemimpinan
Karismatik tidak mendasarkan kepada otoritas formal atau kekuasaan posisional,
akan tetapi pada kekuasaan personal. Karena mengubah sistem sosial yang ada
sangat sulit dan memerlukan sumber yang sangat besar, pemimpin karismatik menciptakan
sistem sosial baru.
b) Robert
N.Lussier dan Christopher F. Achua
Masalah
pertama yang diteliti para peneliti mengenai Kepemimpinan Karismatik adalah
mengenai locus atau tempat atau lokasi daripada Kepemimpinan Karismatik. Robert
N. LussierSt Christopher li Achua (2007) mengemukakan ada tiga pendapat
mengenai locus Kepemimpinan Karismatik:
1.
Situasi
sosial yang dihadapi pemimpin yang menimbulkan kepemimpinan karismatik;
2.
Kualitas
pemimpin yang luar biasa yang menimbulkan kepemimpinan karismatik;
3.
Interaksi
antara situasi dan kualitas pemimpin.
1)
Komponen Perilaku Karisma
Studi
yang dilakukan oleh sejumlah pakar menyimpulkan bahwa sifat atau karakteristik
kepemimpinan tergantung pada empat variabel perilaku sebagai berikut (Robert N.
Lussier dan Christopher F. Achua, 2007)
a)
Ketimpangan
antara status quo dan visi masa depan,
b)
Menyatakan
visi dan memodelkan peran.
Dalam
menguraikan visi dan konteksnj sebaiknya menggunakan empat langkah berikut:
-
Sifat
dari status quo.
-
Sifat
dari visi masa yang akan datang.
-
Cara
melalui apa visi yang akan datang,
-
Rencana-rencana
tindakan untuk merealisasi visi.
c)
Karisma
dan perilaku konvensional.
d)
Karisma
dan sumber asesmen kebutuhan.
2)
Pengaruh
Kepemimpinan Karismatik
Menurut
Robert N. Lussier dan Christopher F. Achua kepemimpinan karismatik dapat
didefinisikan dengan pengertian pengaruh dari pemimpin terhadap para
pengikutnya; atau dalam pengettian hubungan antara para pemimpin dengan para
pengikut mereka. Kepemimpinan karismatik merupakan paradigma yang kompleks yang
telah menciptakan sejumlah teori mengenai sifat, sebab, dan implikasi-implikasi
untuk kinerja. Dari awal pemikiran Max Weber, kepemimpinan karismatik merupakan
konsep dan variabel khusus-yaitu merupakan derajat dari rendah ke tinggi-dan
telah membuat kemajuan dalam menemukan pola unik perilaku, motif psikologi,
sifat-sifat kepribadian pemimpin yang berkorelasi dengan berbagai level
pengaruh karismatik terhadap para pengikut. Di antara pemimpin karismatik
dengan latar belakang budaya, ada kesamaan yang merupakan sifat intrinsik dan
universal dari keinginan manusia untuk otonomi, prestasi dan moralitas.
c) Benard
M. Bass
Benard
M. Bass (1985) dalam bukunya berjudul Leadership and Performance Beyond
Expectation :membahas kekuasaan karisma dan kepemimpinan karismatik. Menurut
Bass karisma menjadi bahan pembicaraan dari orang awam, pakar sosiologi,
politik, psikologi dan perilaku organisasi. la mengemukakan karakteristik dari
kekuasaan dan kepemimpinan karisma dengan mengutip sejumlah pendapat pakar
sebagai berikut.
1)
Karisma
tergantung pada pengikutdan pemimpin.
2)
Situasi
yang menumbuhkan karisma.
3) Hubungan karismatik.
4)
Daya
tahan karisma
Menurut
Bass seorang pemimpin karismatik mempunyai karakteristik tertentu. Akan tetapi,
ia mengemukakan bahwa orang dapat sukses memimpin tanpa atau mempunyai karisma
yang rendah. Mempunyai karisma bukan suatu jaminan seseorang akan berhasil
sebagai pemimpin.
1)
Percaya
diri.
2)
Penentuan
diri sendiri.
3)
Kemampuan
yang disyaratkan untuk transformasional
4)
Kecenderungan
tambahan transformasional.
5)
Resolusi
konflik internal.
6)
Sukses
tanpa karisma.
7)
Ketika
pemimpin karismatik gagal.
8)
Pemimpin
karismatik yang tidak mentransformasi para pengikut.
d) Robert
J. House
Robert
J. House (1977) dalam bukunya berjudul Theory of Charismatic Leadership
membedakan ciri kepribadian dan perilaku pemimpin karismatik dan pemimpin
nonkarismatik. Pemimpin karismatik merupakan orang yang dominan, percaya diri
tinggi, dorongan untuk memengaruhi berang lain tinggi, perasaan nilai moral,
dan percaya kebenaran akan kepercayaannya.
e) David
A. Nadler aan MlChaEI l.. lusnman
David
A. Nadler dan Michael L. Tushman (1995) mendefinisikan Kepemimpinan Karismatik
sebagai kualitas khusus -tindakan pribadi dan persepsi pengikut tentang
kualitas pribadi pemimpin yang dimiliki oleh pemimpin yang memungkinkannya
memobilisasi dan memimpin aktivitas secara terus-menerus. Kedua peneliti
kepemimpinan tersebut mengemukakan dimensi atau komponen Kepemimpinan
Karismatik.
1)
Pemvisian
(envisioning).
2)
Pengenergian
(energizing).
3)
Pemampuan
(enabling).
Di
samping dimensi Kepemimpinan Karismatik David A. Nadler dan Michael L. Tushman
juga mengemukakan perlunya Kepemimpinan Instrumental (Instrumental Leadership).
Yaitu peran pemimpin kepemimpinan untuk membangun suatu tim yang kompeten,
mengklarifikasi elemen yang diperlukan, membuat alat ukur dan mengadministrasikan
imbalan dan hukuman para anggota sistem sosial memersepsikan bahwa perilaku
konsisten dengan perubahan dan tujuan pribadinya. Disebut Kepemimpinan
Instrumental karena memfokuskan pada manajemen gistruktur dan proses manajerial
untuk menciptakan instrumentalitas individual. Dimensi kemimpinan instrumental
dan hubungannya dengan dimensi Kepemimpinan Karismatik. Ketiga dimensi
Kepemimpinan Instrumental adalah:
1) Penstrukturan (structuring).
Pemimpin menyusun tim-tim yang mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan reorientasi dan menciptakan struktur yang memperjelas jenis
perilaku apa yang diperlukan di seluruh sistem sosial.
2) Pengontrolan (controlling).
Adalah pembuatan sistem dan proses untuk mengukur, memonitor dan 2;menilai baik
perilaku maupun hasilnya dan melaksanakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
3) Pengimbalan (rewarding). Yaitu
mengadministrasikan imbalan dan hukuman berdasarkan konsistensi perilaku yang
diperlukan sesuai dengan perubahan.
f) Keterbatasan
Kepemimpinan Karismatik
Adapun
keterbatasan tersebut berasal dari risiko yang terkait dengan kepemimpinan yang
berputar di sekeliling seorang individu pemimpin dan pengikut. Sejumlah problem
antara lain:
1)
Ekspektasi
yang tidak realistik.
2)
Ketergantungan
dan konter ketergantungan.
3)
Enggan
untuk tidak setuju dengan sang pemimpin.
4)
Memerlukan
keajaiban atau magic secara terus-menerus.
5)
Potensi
perasaan penghianatan.
6)
Kedisfranchaisan
level manajemen di bawahnya.
7)
Keterbatasan
jarak pemimpin individual.
f. Teori
Kepemimpinan Abdi
a. Konsep
Dasar
Konsep
Kepemimpinan Abdi terjemahan pengarang buku yang sedang Anda baca dari indah
Maritain-ship servant abdi dikemukakan pertama kali oleh Robert K. Greenleai
pada tahun 1977 pada bukunya yang berjudul Servant Leadership: A journey into
the Nature of Legitimate Power and Greatness. istilah Servant Leadership
artinya pelayan sebagai pemimpin (the servant a: leader), bukan pemimpin
sebagai pelayan (the leader as servant). Buku yang sedang Anda baca menerjemahkan
istilah tersebut Kepemimpinan Abdi (Servant Leadership) dan Pemimpin Abdi
(Servant Leader).
Greenleaf
tak pernah mendefinisikan secara formal pengertian Kepemimpinan Abdi, akan
tetapi dalam buku tersebut ia tidak mengemukakan definisi konsepsual mengenai
Kepemimpinan Abdi. ia hanya menyatakan sebagai berikut:
"It
begin with thevnatural feeling that one wants to serve first. The conscious
choice brings one to aspire to lead. That person is sharply different from one
who is leader first, because of the need to assuage on unusual power drive or
to acquire material possessions. The leader-first and the servant first are two
extreme types. Between them there are shadings and blends that are part of the
infinite variety of human nature.”
Mcnurut
Greenleaf Kepemimpinan Abdi dimulai dengan perasaan alami bahwa seseorang penguasa
ingin melayani. Pilihan sadar membawanya ke aspirasi untuk memimpin. Orang itu
Iberia tajam dengan seseorang yang adalah pemimpin terlebih dulu, karena
kebutuhan untuk mengakhiri dorongan kekuasaan yang luar biasa mengakhiri
dorongan kekuasaan yang luar biasa atau untuk memperoleh kepemilikan materiai
Pemimpin terlebih dahulu dan abdi lebih dulu adalah dua jenis yang berbeda. Di
antara keduanya adalah bayangan dan paduan-paduan yang merupakan bagian
daripada varietas sifat manusia yang tidak terbatas.
Lary
Spears Director of Robert K. Greenleaf Center for Servant Leadership secara
singkat mendefinisikan Kepemimpinan Abdi sebagai berikut (Carol Smith, 2005):
“A
new kind of leadership model -a model which puts serving others as the number
one priority. Servant-leadership emphasizes increased service to others, a
holistic approach to work; promoting a sense of community and sharing of power
in decision-making.”
Definisi
tersebut berisi sejumlah istilah yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
-
Pertama,
Kepemimpinan Abdi merupakan pelayanan kepada orang lain (serving others).
-
Kedua,
pendekatan holistik kepada pekerjaan (holistic approach to work),
-
Ketiga,
mempromosikan perasaan masyarakat (promoting a sense of community).
-
Keempat,
berbagi kekuasaan dalam pembuatan keputusan (sharing of power in decision
making).
b. Dimensi
Greenleaf
mengemukakan sepuluh prinsip atau dimensi dari Kepemimpinan Abdi:
1)
Mendengarkan
(listening). Mendengarkan merupakan alat komunikasi, yang diperlukan untuk
komunikasi yang akurat dan secara aktif menunjukkan respek kepada orang lain.
Hanya abdi alami yang secara otomatik merespons terhadap setiap problem dengan
mendengarkan terlebih dahulu.
2)
Empati
(empat/iy). Yaitu kemampuan secara mental memproyeksikan kesadaran seseorang
kepada individu lainnya. Pemimpin abdi melangkah untuk memahami dan berempati
spesial dan unik mereka.
3)
Penyembuhan
(healing). Greenleaf mendefinisikan penyembuhan sebagai untuk membuat suatu
keseluruhan. Pemimpin abdi mengakui berbagai keinginan manusia untuk menemukan
keseluruhan dalam diri seseorang dan mendukungnya dalam diri orang lain.
4)
kesadaran
(awareness). Tanpa kesadaran pemimpin kehilangan peluang kepemimpinan. kesadaran
um um, teru tama kesadaran diri, memperkuat pemimpin abdi.
5)
Persuasi
(persuasion). Seorang pemimpin abdi yang efektif membangun konsensus kelompok
melalui persuasi lemah lembut, jelas dan terus-menerus dan tidak menciptakan
kepatuhan kelompok melalui kekuasaan posisionalnya.
6)
Konsepsualisasi
(conceptualization). Seorang pemimpin abdi dapat memahami solusi suatu problem
yang belum terjadi. Ia berupaya memelihara kemampuannya untuk bermimpi besar
Kemampuan untuk melihat problem atau organisasi dari perspektif
konsepsualisasi, artinya ia harus berpikir di luar realitas dari hari ke hari.
ia harus menciptakan keseimbangan antara konsepsualisasi dengan fokus dari hari
ke hari.
7)
Melihat
ke masa depan (foresight). Adalah memahami pelajaran dari masa lalu, rcaina
masa sekarang, dan kemungkinan konsekuensi suatu keputusan di masa yang akan
damas-_ Kemampuan ini berakar secara mendalam dalam pikiran intuitif.
8)
Mengurusi
(stewardship). Pengurus organisasi tidak hanya mengurusi para pengikut secara
individual dalam organisasi, akan tetapi juga organisasi secara keseluruhan dan
pengaruhnya terhadap hubungannya dengan keseluruhan masyarakat. Semua orang
dalam organisasi wali amanah, staf, direktur semuanya memainkan peran besar
dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.
9)
Komitmen
kepada pertumbuhan orang (commitment to the growth of people). Yaitu
menunjukkan apresiasi dan dorongan kepada orang lain. Menurut Greenleaf rahasia
pengembangan institusi adalah dapat mengelas suatu tim orang dan mengangkat
mereka untuk tumbuh lebih tinggi.
10)
Membangun
masyarakat (building community). Pemimpin abdi menyadari bahwa pergeseran dari
masyarakat lokal ke institusi besar lebih meruncingkan kehidupan manusia telah
mengubah ' persepsi kita dan telah menyebabkan perasaan kehilangan.
Teoretisi kepemimpinan lainnya
(Gary Yuki, 2010) mengemukakan sejumlah nilai-nilai kunci dan contoh bagaimana
Kepemimpinan Abdi dapat diterapkan dalam perilaku para pemimpin.
1)
lntegritas
(integrity). Berkomunikasi dengan cara terbuka dan jujur, menjaga janji-janji
dan komitmen tindakan-tindakan pada jalan yang konsisten dengan nilai-nilai
yang diekspose mengakui dan menerima tanggung jawab atas kesalahan, tidak
mencoba memanipulasi atau menipu orang.
2)
Altruisme
(altruism). Yaitu senang membantu orang lain, mau mengambil risiko atau membuat
pengorbanan untuk melindungi atau benefit orang lain, meletakkan kebutuhan di
muh kebutuhannya sendiri, sukarela untuk aktivitas layanan yg memerlukan ekstra
waktu
3)
Kerendahan
hati (humility). Memperlakukan orang lain dengan penghormatan, menghindari
;imbol status dan hak-hak istimewa khusus, mengakui keterbatasan-keterbatasan
dan kesalahan-kesalahan, dan rendah hati mengenai prestasi, menekankan pada
kontribu sikontribusi oleh orang lain jika upaya kolektif berhasil.
4)
Empati
dan penyembuhan (empathy and healing). Yaitu membantu orang lain untuk
menang:gulangi kesukaran emosional, mendorong penerimaan keragaman, bertindak
sebagai mediator atau pembuat perdamaian, mendorong memberi maaf dan
rekonsiliasi sesudah konflik yang memecah belah
5)
Pertumbuhan
personal (personal growth). Yaitu mendorong dan memfasilitasi pengembangan
percaya diri individual dan kemampuan, bahkan ketika tidak penting bagi
pekerjaannya sekarang; menyediakan peluang pembelajaran di samping suatu risiko
kesalahan; menyediakan proses pementoran dan pelatihan jika diperlukan;
membantu orang belajar dari kesalahan kesalahannya.
6)
Kewajaran
dan keadilan (fairness and justice). Mendorong dan mendukung perlakuan yang
wajar kepada orang, menentang dengan tegas praktik-praktik dan kebijakan tidak
wajar dan tidak adil; menentang upaya memanipulasi dan menipu orang atau
merusak atau melanggar hak-hak asasi orang.
7)
Pemberdayaan
(empowerment). Mengonsultasikan dengan orang terkait mengenai
keputusankeputusan yang akan memengaruhi mereka, memberikan sejumlah otonomi
dan keleluasaan kepada para bawahan, berbagi informasi sensitif dengan mereka
untuk mengekspresikan perhatian dan pandangan yang berbeda tanpa menjadi defensif.
g. Teori
Kepemimpinan Birokrasi
Istilah
birokrasi berasal dari bahasa Prancis bureau yang berarti meja tulis dan
ruangankerjr di mana pegawai bekerja. Akhiran kratia atau kratos dalam bahasa
Yunani artinya kekuasaan am peraturan. Jadi, bureaucracy artinya kekuasaan
kantor atau peraturan kantor. Sistem birokrasi sudah dipakai oleh manusia
semenjak manusia mendirikan organisasi di semua zaman dan di seluruh dunia.
Praktik birokrasi sudah dipakai Sebelum Masehi di Kerajaan Cina, Mesir, Romawi,
dan Yumi Birokrasi telah dipakai di Kerajaan Majapahit, Mataram, masa
penjajahan Belanda dan masa indonesa merdeka. Tak ada negara dan organisasi
besar di dunia yang tidak menggunakan prinsip birokrasi
Birokrasi
juga dipakai di semua lembaga pemerintah apakah bentuk negaranya kenji! atau
republik. Lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas juga menerapkan
biroknsi Demikian juga birokrasi diterapkan di organisasi militer dan
organisasi bisnis. Penerapan birokni dalam organisasi-organisasi tersebut
intensitasnya berbeda. Di lembaga militer, birokrasinya lebih ketat daripada di
organisasi bisnis dan di organisasi pendidikan yang birokrasinya lebih longgar
sungguhpun demikian, prinsip - prinsip dasar birokrasinya sama.
a. Teori
Birokrasi Max Weber
Max
Weber mengemukakan enam prinsip birokrasi yang ideal sebagai berikut:
1)
Pembagian
kerja berdasarkan spesialisasi fungsional
2)
Hierarki
otoritas.
3)
Sistem
peraturan.
4)
Sistem
prosedur yang mengatur proses melaksanakan tugas
5)
Impersonalitas
hubungan antar personal.
Dalam
birokrasi aplikasi prinsip ini mempunyai pengertian sebagai berikut:
a)
Birokrat
dalam membuat keputusan harus berdasarkan fakta, data bukan berdasarkan emosi,
perasaan kebencian, kemarahan atau kecintaan atau antusiasme terhadap. sesuatu.
b)
Pekerjaan
melayani masyarakat tanpa membedakan gender, ras, agama, etnis, strata sosial
dan sebagainya dari yang dilayani.
c)
Birokrat
merupakan bukan partisan politik atau nonpartisan dan berada di atas semua;
partai dan golongan.
6)
Seleksi
dan promosi berdasarkan kompetensi teknis dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban.
b. Budaya
Birokrasi
Enrique
Claver, Juan Llopis & Jose L Gasco (1999) mendefinisikan budaya korporasi
sebagai berikut
“we
defme corporate culture as a set of values, symbols and rituals shared by the
members of certain firm, describing the way things are done within an
organization when solving internal managerial problems, together with those
related to customers, suppliers and environment, we may point out a few general
contributions it may to make to improve the management of a public body.”
Menurut
ketiga profesor dari University of Alicante Spanyol tersebut budaya korporasi
-juga disebut sebagai budaya organisasi dan budaya perusahaan merupakan satu
set nilai-nilai, simbolsimbol dan ritualritual yang dibagi oleh para anggota
organisasi, melukiskan bagaimana segala sesuatu dilakukan dalam organisasi
ketika menyelesaikan problem-problem manajerial internal, bersama-sama problem problem
yang berkaitan dengan para pelanggan, pemasok dan lingkungan.
Baik
organisasi publik pemerintah pusat maupun organisasi pemerintah daerah
mengembangkan budaya birokratik (bureaucratic culture). Budaya birokratik
adalah subbudaya organisasi publik ang mengemukakan norma, nilai-nilai pola
pikir, sikap dan perilaku birokrat dalam menerapkan norma prinsip-prinsip
birokrasi dalam melayani kebutuhan para pemangku kepentingannya. Model budaya
birokrasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1)
Budaya
organisasi publik.
2)
Budaya
masyarakat.
3)
Sistem
administrasi
4)
Karakteristik
klien.
5)
Kualitas
dan kualitas birokrat.
6)
Layanan
publik.
Budaya birokrasi negatif
menciptakan pita merah atau red tape yang memperlambat layanan kepada klien
atau masyarakat. Istilah red tape berasal dari tali untuk mengikat dokumen pada
masa pemerintahan koloni Inggris di Amerika Serikat pada awal kemerdekaan
koloni tersebut, Pita tersebut terbuat dari kain yang lebarnya 7/16 inci dan
berwarna merah bata. Dewasa ini istilah pita merah dalam birokrasi merupakan
istilah untuk simbol yang merendahkan birokrasi. Istilah ini menunjukkan
pelaksanaan birokrasi dengan cara kaku, banyak kerja administrasi atau paper
work untuk mengurusi sesuatu, prosedur yang berbelit-belit, tidak efisien dan
kelambanan melayani masyarakat agar birokrat dapat menyalahgunakan
kekuasaannya, melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Cyril Nortcote Parkinson (1996)
mengemukakan karakteristik dari birokrasi yang selalu “membengkak” selang waktu
dalam Parkinson’s Law atau Hukum Parkinson
-
Pertama,
birokrat cenderung memultiplikasi bawahannya.
-
Kedua,
hukum multiplikasi pekerjaan.
Dari ilustrasi tersebut Parkinson
mengemukakan bahwa birokrasi personilnya dan pekerjaannya selalu membiak. la
mengemukakan data statistik di berbagai lembaga negara. Untuk reinventing dan
banishing birokrasi pemerintahan yang kaku, David Osborne dan Ted gebler
mengemukakan 10 strategi untuk melakukan reinventing dan banishing pemerintahan
yang kaku
1)
Pemerintahan
katalistik (catalystic government). Pemerintah yang percaya lebih menyetir
daripada mendayung.
2)
Pemerintah
yang dimiliki oleh masyarakat (community-owned government). Pemerintah yang
lebih percaya kepada pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan problem
daripada menyajikan layanan.
3)
Pemerintahan
yang kompetitif (competitive government). Pemerintah yang lebih mendorong
kompetisi ke dalam layanan daripada monopoli.
4)
Pemerintah
yang didorong oleh misi (mission driven government). Pemerintah yang didorong
bukan mementingkan birokrasi.
5)
Pemerintah
yang berorientasi pada hasil (results-oriented government). Pemerintah
berorientasi pada hasil dari anggaran dan bukan berorientasi pada input.
6)
Pemerintah
yang didorong oleh pelanggan (customer-driven government). Yaitu pemerintah
yang memerhatikan kebutuhan pelanggan Meeting the need of customer: Not the
bureucracy.
7)
Pemerintah
kewirausahaan (entrepreneuring government). Pemerintah yang percaya memperoleh
uang daripada membelanjakannya.
8)
Pemerintah
antisipatori (anticipatory government). Pemerintah yang mencegah terjadinya ..
problem daripada menyelesaikan krisis.
9)
Pemerintah
desentralisasi (decentralized government). Pemerintah bergerak dari hierarki ke
i partisipasi dan tim kerja dengan mendesentralisasi kekuasaan. _
10) Pemerintah yang berorientasi pada
pasar (market-oriented goverment). Pemerintah melakukan perubahan melalui
pasar. Pemerintah menyelesaikan problem dengan memengaruhi kekuatan pasar.
Pemerintah menyelesaikan problem dengan lebih, dengan memengaruhi
kekuatankekuatan pasar daripada menciptakan program-program publik.
Osborne dan Gaebler menyatakan, kepemerintahan
yang baik adalah kepemerintahan yang memakai kompetisi, pilihan customer, dan
mempergunakan cara-cara di luar birokrasi untuk mencapai tujuan dan model
kepemerintahan ini merupakan masa depan kita. Organisasr seperti ini adalah
organisasi berdasarkan kewirausahaan yang meliputi kompetisi, desentralisasr
kekuasaan, pengukuran keluaran, Perencanaan untuk problem-problem dan lebih
menyukai mekanisme pasar daripada mekanisme birokrasi.
c.
Birokrasi
dan Profesionalisme
Dalam
organisasi besar di samping birokrat struktural -para eselon-eselon -terdapat
para profesional yang melaksanakan tugas, fungsi dan aktivitas organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Dirumah sakit misalnya, ada dokter, perawat dan
tenaga para medis, di mana rumah sakit tidak akan dapat melaksanakan fungsi dan
tugasnya tanpa mereka. Di perusahaan yang keuntungannya tergantung pada produk
baru ada unit penelitian dan pengembangan yang tugasnya meneliti dan
mengembangkan produk baru. Pegawai yang bekerja di unit ini adalah para profesional
yang bekerja secara profesional dalam tim-tim profesional. Di organisasi
pemerintahan Indonesia, ada pejabat fungsional di samping para pejabat
struktural yang memimpin unit-unit kerja strukturaL Pendidikan, pengalaman
kerja dan kepangkatan para pejabat fungsional adakalanya lebih tinggi dari para
pejabat struktural yang mengatur sumber-sumber kerja yang diperlukan oleh para
pejabat fungsionai.
Para
pegawai profesional sering berpikir independen dan mereka lebih mengacu kepada kode
etik profesi mereka yang disusun oleh asosiasi profesinya dan kurang menghargai
kode etik orgnisasi atau perusahaan. Sering terjadi konflik antara birokrat
struktural dengan para profesional atau pejabat fungsional dalam melaksanakan
aktivitas organisasi. Di rumah sakit seorang dokter lebih sering mengacu kepada
kode etik kedokteran daripada kode etik organisasi rumah sakit yang sering
saling bertentangan. Misalnya, menurut kode etik kedokteran seorang dokter
wajib lakukan penanganan medis kepada pasien tanpa memandang siapa dia atau
sudah membayar yang muka atau belum. Sebaliknya bagi manajer rumah sakit, untuk
mendapat perawatan, pasien harus membayar uang muka terlebih dahulu. Manajer
rumah sakit sering menolak pasien yang menderita penyakit tertentu misalnya
AIDS dan penyakit gila. Sedangkan dokter jika mempunyai kompetensi dalam suatu
keahlian wajib memberikan pertolongan medis kepada mereka. itu mengakibatkan
konflik antara birokrat dengan para profesional.
Isherwood
dan Hoy (Thillai Nayakam Velayutham, 1994) mengembangkan tipologi organisasi
berdasarkan dua dimensi: birokrasi dan profesional (lihat Gambar 41). Dimensi
birokrasi adalah tinggi rendahnya organisasi menggunakan prinsip-prinsip
birokrasi Max Weber. Dimensi profesional adalah tinggi rendahnya organisasi
menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme. ierdasarkan kedua dimensi tersebut
kedua peneliti mengembangkan empat jenis organisasi.
1)
Organisasi
Weberian. Tipe organisasi ini mempunyai dimensi profesional tinggi dan dimensi
birokratik tinggi. Menurut Velayutham, bentuk organisasi ini disebut organisasi
birokrasr profesional.
2)
Organisasi
profesional. Ciri daripada jenis organisasi ini adalah dimensi birokratnya
rendah dan dimensi profesionalnya tinggi. Organisasi jenis ini adalah
organisasi profesional yang diatur oleh norma-norma profesionalisme. Contohnya
adalah organisasi asosiasi profesi.
3)
Organisasi
autoritarian. Karakteristik jenis organisasi ini adalah rendah pada dimensi
profesional dan tinggi pada dimensi birokrasi. Organisasi ini diatur oleh
pemegang kekuasaan.
4)
Organisasi
khaostik. Karakteristik jenis organisasi ini adalah dimensi profesional dan
dimensi birokratik rendah sehingga sering menimbulkan kekacauan.
d. Keunggulan
dan Kelemahan Birokrasl
Tidak
ada satu pun organisasi besar di dunia ini yang tidak menggunakan prinsip
birokrasi Ketika suatu organisasi berkembang aktivitasnya, dan operasinya
tersebar di wilayah yang luas memerlukan ribuan pegawai untuk melaksanakannya.
Tanpa menggunakan prinsip-prinsip birokrasi organisasi tersebut tidak akan mampu
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Birokrasi merupakan cara yang
paling efisien untuk merencanakan, melaksanakan dan mengontroj aktivitas yang
dilaksanakan oleh orang dalam jumlah besar. Semua pemerintah di dunia ini tidak
mungkin melaksanakan tujuan negaranya tanpa mempergunakan sistem birokrasi.
Jenderaj Eisenhower tidak mungkin dapat menggerakkan jutaan tentara dengan
ribuan kapal perang puluhan ribu pesawat terbang dan tank tentara sekutu dalam
pendaratan di Pantai Normandia untuk menghancurkan Adolf Hitler. Gereja Katolik
Roma tidak mungkin mengoordinir aktivitas gereja dari Roma sampai ke
paroki-paroki desa di seluruh dunia. Demikian juga perusahaan multinasional
seperti Toyota, General Motor dan Phillip tidak mungkin mencapai keuntungan
tanpa mempergunakan sistem birokrasi. Semenjak Zaman Romawi Kuno dan Cina Kuno,
birokrasi lebih superior jika dibandingkan dengan jenis organisasi lainnya
dalam mencapai tujuan yang kompleks,
Secara
teoretis organisasi yang mempergunakan sistem birokrasi merupakan organisasi
yang rasional dan efisien. Birokrat sebagai pelaksana layanan publik menguasai
problem layanan karena menguasai pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan
untuk melaksanakan layanan dengan mempergunakan prosedur layanan yang sudah diuji
coba. Para birokrat merupakan orang yang mempunyai pendidikan khusus dan
mendapatkan program pengembangan sumber daya manusia (pelatihan, pendidikan,
dan pengembangan) dalam bidangnya, melakukan evaluasi dan penelitian mengenai
hasil layanannya.
Secara
teoretis layanan birokrat menciptakan persamaan hak dan menghindari
diskriminasi kepada klien yang dilayani. Peraturan birokrasi, prosedur layanan
dan kode etik birokrat akan menghilangkan diskriminasi kepada semua klien yang
dilayani.
Walaupun
penemuan Max Weber dianggap sebagai salah satu penemuan besar bagi umat
manusia, akan tetapi dalam praktiknya menghasilkan sejumlah kelemahan atau
disfungsi dari birokrasi di samping keunggulan fungsi birokrasi. Dalam Tabel 46
dapat dibaca fungsi dan disfungsi dari birokrasi Max Weber.
Hal
lain yang diperlukan dalam melaksanakan prinsip-prinsip birokrasi Max Weber
adalah integritas dan kejujuran para birokrat. Di lndonesia prinsip-prinsip
birokrasi Max Weber tidak dapat berjalan dengan baik karena para birokrat
mempunyai integritas dan kejujuran rendah. Mereka memanfaatkan prinsip-prinsip
birokrasi untuk keuntungan diri sendiri dan melindungi kekuasaannya. Para
birokrat yang seharusnya melayani masyarakat menjadi minta dilayani oleh
masyarakat. Birokrat lndonesia disindii sebagai kapitalis birokrat karena
mempergunakan kekuasaan birokrasinya untuk menciptakan keuntungan pribadi,
keluarganya atau kroninya dengan melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pendapat
yang menarik mengenai pelaksanaan birokrasi dikemukakan oleh Victor Thompson
(1961). Ia berpendapat bahwa birokrasi yang sangat formal menciptakan
ketidakamanan para aparat yang menyebabkan timbulnya perilaku biropatik
(bureaupathic behavior). Mereka mempergunakan ketaatan kepada peraturan untuk
melindungi dirinya dari kesalahan. Mereka menyembunyikan dirinya dari kesalahan
dengan menyembunyikan diri dalam peraturan: “Jangan salahkan saya. saya hanya
melakukan peraturan.”
e.
Kepemimpinan
Birokrasi
Kepemimpinan
birokrasi adalah kepemimpinan yang menggunakan prinsipprinsip rokrasinya Max
Weber dalam memengaruhi birokrat bawahannya. Kepemimpinan birokrasi umumnya
dilaksanakan di organisasiorganisasi pemerintahan, tentara dan kepolisian.
Kepemimpinan birokratik juga diterapkan di organisasi bisnis besar yang beroperasi
di wilayah yang luas. karakteristik dari kepemimpinan ini yaitu:
-
Pertama,
adanya pemimpin tertinggi, pemegang kekuasaan gettinggi misalnya presiden,
panglima tertinggi, kepala kepolt s1an yang menduduki jabatan tersebut karena
dipilih atau diangkat secara sah Pemegang kekuasaan tertinggi merupakan pejabat
yang bertanggung jawab atas keseluruhan fungsi dan tugas dan aktivitas
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
-
Kedua,
kepemimpinan birokrasi dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam
”undang-undang dasar, undang-undang dan semua peraturan pelaksanaannya.
-
Ketiga,
karena fungsi tugas dan aktivitas sangat banyak disusun sistem pendelegasian kekuasaan
dalam bentuk struktur organisasi hierarkis --misalnya pejabat eselon i, eselon
ll, eselon III dan sebagainya yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu (lihat
Gambar 35) Pejabat eselon di bawah melaksanakan sebagian fungsi dan tugas
birokrat di atasnya (melalui pendelegasian “: kekuasaan dan wewenang), dan bertanggung
jawab kepada atasannya.
-
Keempat,
setiap birokrat wajib dan berdisiplin melaksanakan tugasnya yang ada dalam
uraian atasanya. Dalam melaksanakan tugasnya para birokrat wajib mematuhi
peraturan dan prosedu kerja, bersikap dan berperilaku standar perilaku (code of
conduct) yang ditentukan oleh organisasi Misalnya, dalam organisasi militer,
bawahan wajib memberi hormat kepada anggota militer yang menduduki jabatan atau
pangkatnya lebih tinggi. Dari Panglima TNI sampai anggota TNI dan pasukan wajib
melaksanakan doktrin TNI.
-
Kelima,
ada sistem pengembangan karier dari para birokrat yang didasarkan pada
seniorita3_ kompetensi dan kinerja birokrat dalam hierarki. Para birokrat juga
mendapatkan remunerasi dan hak-hak pensiun yang diatur dalam peraturan
kepegawaian. Sistem pengembangan karier dan remunerasi didasarkan kepada
evaluasi kinerja yang menggunakan sistem reward dan punishment.
f.
Efektif dan lnefektif
Kepemimpinan Birokrasi
Kepemimpinan
birokratik efektif dan efisien dalam organisasi besar yang beroperasi di
wilayah yang sangat luar, dengan aktivitas yang sangat banyak dan dilakukan
oleh para pegawai yang sangat banyak jumlahnya.. Kepemimpinan birokratis juga
diperlukan jika sifat aktivitas organisasi berbahaya dan mengurusi keselamatan
dan keamanan orang dan pekerjaan yang berbahaya.
Kepemimpinan
birokratik akan efektif jika:
1)
Pegawai
melaksanakan tugasnya terus-menerus secara rutin.
2)
Pegawai
memahami peraturan, standar dan prosedur melaksanakan tugas.
3)
Pegawai
bekerja dengan mempergunakan peralatan yang berbahaya dan rumit dan memerlukan
suatu prosedur untuk mengoperasikannya.
4)
Organisasi
melaksanakan tugasnya di wilayah yang sangat luas dengan pegawai ribuan.
5)
Pelatihan
dan keselamatan keamanan dilakukan dengan baik. ' Pegawai melaksanakan tugas
yang memerlukan menangani uang tunai.
6)
Tersedia
sumber-sumber organisasi: man, money, material, machine dan method untuk
melaksanakan fungsi, tugas, dan aktivitas-aktivitas organisasi.
Kepemimpinan birokratik tidak
efektif jika:
1)
Pegawai
melakukan hanya apa yang diharapkan dari mereka sehingga mereka bekerja secara
minimal sekadar memenuhi target minimal.
2)
Pegawai
kehilangan minatnya pada pekerjaan dan teman sekerja mereka.
3)
Kebiasaan
kerja sulit diubah, terutama jika pekerjaan itu tak lagi bermanfaat.
4)
Pegawai
mengalami kebosanan karena melaksanakan pekerjaan rutin yang tidak menarik.
5)
Prosedur
membuat pelaksanaan pekerjaan dengan pengontrolan dan supervisi ketat dapat
endemoralisasi pegawai, dan menghilangkan kemampuan organisasi untuk beraksi
secara tepat jika lingkungan berubah cepat. .
g. Reformasi
Birokrasi Indonesia
Political
and Economic Risk Consultancy (PERC) melakukan survei mengenai ketidakeiisienan
birokrasi 12 negara Asia dengan skor nilai terbaik skala 1 sampai 10 nilai
terburuk (Jakarta Globe zojuly, 2012). Survei dilakukan kepada 1,373 manajer
tengah dan senior ekspatriat yang bekerja di Asia.
Hasil
survei PERC mencerminkan disfungsi pelaksanaan birokrasi di Indonesia. Proses
Pelaksanaan birokrasi di Indonesia umumnya suatu layanan publik prosedurnya
dilaksanakan melalui loket-loket atau meja-meja. Misalnya, pelaksanaan
pengurusan Surat Izin Mengemudi (SIM) di Jakarta prosesnya dilakukan melalui 32
meja. Setiap orang yang mau mengurusi SIM harus melalui 32 meja tersebut.
Setiap meja, karena jumlah orang yang mengurusi SIM ratusan jumlahnya setiap
hari, memerlukan antre minimal 20 menit. Mereka juga harus mengikuti tes
mengemudi --yang lebih rendah kualitasnya daripada game anak-anak. Tujuan dari
tes ini sekadar mendapatkan penghasilan negara bukan pajak Rp50,000 per orang.
Hal serupa dialami warga negara pembayar pajak yang akan mengkirkan kendaraan
angkutan. Untuk setiap loket orang harus mengisi formulir tertentu, yang sering
formulir ini harus dibayar di samping memfotokopi Kl“ P dan SIM yang akan
diperpanjang, untuk ini orang juga harus membayar.
Hal
serupa dialami warga negara pembayar pajak yang akan berurusan dengan Kantor
Urusan Pajak dan Kantor Bea dan Cukai, mengurusi perizinan di lembaga
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk mempercepat urusan, orang harus
memberi uang di setiap meja atau loket. Proses §1rokrasi seperti ini yang
menyebabkan orang harus membayar layanan tinggi dan mengalami ekonomi biaya
tinggi. Birokrasi Indonesia disindir sebagai birokrasi kapitalis, birokrasi
yang melayani para kapitalis. Birokratnya disebut. sebagai kapitalis birokrat
yang memperdaganng jabatan birokrasinya untuk memperoleh keuntungan yang
memperkaya diri sendiri. Birokrasi Indonesia identik dengan korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Di
Indonesia birokrasi yang sebetulnya merupakan alat akan tetapi menjadi tujuan.
Layanan1 publik menjadi lambat dan mahal sehingga menimbulkan keluhan bagi
masyarakat yang dilayani_ Birokrasi menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, salah satu aspek reformasi di Indonesia
adalah reformasi birokrasi. Langkah pertama dari reformasi birokrasi tersebut
harus dilakukan perombakan organisasi layanan publik, profesionalisme birokrai
dan diundangkannya Undang-undang Anti Korupsi dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
200$ tentang Layanan Publik harus dilaksanakan secara sistematis dan konsekuen.
Kenneth
Kernaghan (2000) mengemukakan bahwa reformasi birokrasi pertama dimulai dengan
mengembangkan organisasi layanan publik dari organisasi layanan birokratik ke
organisagi pasca birokrasi. Karakteristik dari kedua organisasi tersebut
dilukiskan dalam Tabel 48. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan untuk
mempercepat layanan perlu dikembangkan organisasi datar (flat organization)
yang mempercepat dan memurahkan layanan publik.
Reformasi
birokrasi hanya mungkin dilaksanakan jika birokrat pelayan publik berkualitas
,“ .. fesional yang kompeten atas tugasnya dan melayani publik berdasarkan
perilaku yang dilandasi Di samping itu, jumlah birokrat sesuai dengan standar
jumlah yang diperlukan. Standar umum birokrat disusun berdasarkan rasio warga
yang dilayaninya. Misalnya, standar anggota harus mengacu kepada standar polisi
Perserikatan Bangsa-Bangsa 1 berbanding 350 tidak Wuk polisi yang bertugas di
staf administrasi.
Para
birokrat melaksanakan tugasnya didorong oleh motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Lembaga pelayan publik perlu mengembangkan kedua jenis motivasi
birokrat tersebut. Pertama, ketika menjaring calon pegawai, harus dijaring
hanya mereka yang bermimpi atau terpanggil untuk melaksanakaan tugas yang
tersedia di samping kompetensi dan sifat pribadi yang diperlukan. Ini dilakukan
dengan penyaringan calon pegawai yang bebas dari KKN. Kedua, perlu dilakukan
sistem remunerasi pegawai yang memungkinkan pegawai dan keluarganya hidup layak
dengan jaminan sosial hari tua yang baik. Ketiga, adanya kemauan politik
pemerintah (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk menegakkan pemberantasan
korupsi di Indonesia. Diundangkannya UndangaUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tak ada
gunanya tanpa kemauan politik pemerintah yang kuat untuk memberantas korupsi.
Layanan
publik harus didasarkan kepada undang-undang dan standar layanan. Indonesia
telah mengundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang ini bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum dalam hubungan ;ntara masyarakat dan penyelenggara dalam
pelayanan publik. Undang-undang ini kemudian dioperasionalkan dalam bentuk
peraturan pemerintah dan standar prosedur setiap jenis layanan ' blik * Untuk
memfasilitasi keluhan warga negara atas layanan buruk penyelenggara layanan
publik telah diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008
tentang mbudsman Republik Indonesia. Warga negara yang mendapatkan layanan
publik buruk dapat pengadu kepada ombudsman yang bertugas mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang " akukan oleh lembaga-lembaga
pemerintah, badan usaha milik negara dan lembaga swasta yang ' i tugas
memberikan layanan publik.
9. Teori
Kepemimpinan Spiritual
a. Konsep
Dasar
Teoritisi,
Kepemimpinan Spiritual (Spiritual Leadership) pada awalnya adalah para
misionaris, biarawan. pendeta. ulama, biksu -yang berupaya memengaruhi umatnya
agar hidup di jalan Tuhan. Allah Pencipta Manusia dan alam semesta. Mereka
memformulasi berbagai materi dan teknik berdakwah untuk menyiarkan agama. Para
misionaris agama Katolik dan Kristen mengembanglm teknik Kepemimpinan Spiritual
untuk memengaruhi orang untuk memeluk agama tersebut dan mau hidup di jalan
agama tersebut. Ribuan buku, pamflet dan artikel mengenai Kepemimpinan
Spiritual yang bernapaskan agama diterbitkan. Para pemimpin Mazhab Agama islam:
Hambali Spam. Maliki, dan Hanafi juga mengembangkan prinsip-prinsip hidup dalam
Spiritualisme agam Islant Bahkan Wali Songo di lndonesia mempunyai pola pikir
Kepemimpinan Spiritual Budaya laut dalam berdakwah kepada masyarakat yang
beragama Hindu, Budha, animisme, dan paranormal
Pertanyaan
yang muncul adalah apakah perbedaan antara religiositas dengan spiritualitag '
istilah religiositas (religius-ity. nligiousncss) adalah istilah sosiologi yang
dipakai untuk melukislm berbagai aspek aktivitas keagamaan. dedikasi, dan
kepercayaan serta pelaksanaan doktrin suatu agama. Dalam pengertian sempit
religiositas menunjukkan perilaku seseorang dalam menerapkan ketentuan agama
dalam kehidupan sehari-hari di rumah. di tempat kerja, dalam bergaul dengn
anggota masyarakat bahkan perilakunya terhadap alam.
lstilah
spiritualitas (spirituality) berakar pada kata bahasa Latin spiritus yang
artinya napas, * Tvas kehidupan. Spiritualitas dapat berakar pada agama akan
tetapi spiritualitas bukan agama, sirituaiitas dapat terjadi di rumah ibadah,
di rumah seseorang, dalam kehidupan seseorang dan rpat terjadi di tempat kerja
atau organisasi. Fokus daripada buku ini adalah spiritualitas dalam Tianan
dengan kepemimpinan, organisasi dan spiritualitas ditempat kerja.
b. Definisi
Kepemimpinan Spiritual
Kepemimpinan
spiritual bukan monopoli para agamawan atau ulama, para pemimpin politik,
bisnis dan militer banyak mengembangkan dan menerapkan teknik. Louis W. Fry
(2003) teoretisi Kepemimpinan Spiritual mendefinisikan teori kepemirnpimll
Spiritualitas sebagai berikut:
"I
define spiritual leadership as comprising the values, attitudes and behaviors
that are necessary to intrinsically
motivate one's self and others so that they have a sesnse of spiritual surritg
through calling and membership…This entails: 1) creating a vision where in
organ-3mm; members experience a sense of calling in that their life has meaning
and make difference 2) establishing a sosial/a organizational culture based on
altruistic love where by leaders and followers have genuine care, concern, and
appreciation for both self and others, thereby producing a sense of membership
and feel understood and appreciated.”
c.
Model
Selanjutnya
suatu model teori sebab akibat dikemukakan dalam suatu motivasi intrinsik yang
menyatukan visi, harapan/kepercayaan, dan kecintaan akan altruisme, teori
spiritualitas di tempat yetja dan survival spiritualitas, dan keluaran organisasi
komitmen dan produktivitas (lihat Gambar 43). Kemudian Fry menunjukkan bahwa
teori kepemimpinan spiritual tidak hanya termasuk teoriLeori motivasi yang
masih ada, akan tetapi lebih secara konsepsual berbeda kurang membaurkan. Di
samping itu, teori kepemimpinan spiritual secara eksplisit dimasukkan spesifik
dan secara teoretik kebutuhan urutan kebutuhan lebih tinggi dan dimensi
efektiVitas organisasi menjadi kerangka model kausal-yang tak pernah dilakukan
teori kepemimpinan lain sampai dewasa ini. Pada waktu yang bersamaan dengan
memasukkan panggilan hidup (calling) dan keanggotaan sebagai dua dimensi kunci
survival spiritual, teori kepemimpinan spiritual juga inklusif pendekatan Agama
dan etik dan pendekatan dasar-dasar nilai kepada kepemimpinan. Proses transformasi
dan pengembangan organisasi melalui kepemimpinan spiritual dan paradigma
pembelajaran organisasi. Di samping itu, saran untuk penelitian .di kemudian
hari dikemukakan.
d. kepemimpinan
dan Motivasi
Louis
W. Fry (200) menyatakan kepemimpinan merupakan seni memobilisasi orang lain
agar mau berjuang untuk mencapai aspirasi bersama. Leadership memerlukan
memotivasi para pengikut %alui menciptakan suatu visi mengenai tantangan jangka
panjang, diinginkan, memaksakan, dan masa depan yang berbeda. Visi ini, jika
dikombinasi dengan suatu rasa diperlukan untuk misi siapa kita dan apa yang
dilakukan, mengembangkan budaya organisasi dengan sistem fundamental & dan
nilai-nilai inti. Sistem etikal kemudian sangat penting untuk perilaku betul
atau salah, Iangika dikombinasikan. dengan tujuan organisasi dan strategi,
berfungsi sebagai suatu pengganti struktur birokrasi tradisional dipimpin oleh
ketakutan (sentralisasi, standardisasi, dan formalisasi) dan jika disandingkan
dengan visi yang sangat kuat, menyediakan peta jalan untuk perubahan paradigma
pembelajaran organisasi pada abad ke-21. Jadi, itu merupakan tindakan mengembangkan
suatu budaya dengan nilai-nilai yang memengaruhi orang lain agar secara kuat menginginkan,
memobilisasi, dan bergulat untuk suatu visi bersama yang mendefinisikan esensi motivasi
melalui kepemimpinan.
Menurut
Louis W. Fry (2003) semenjak Perang Dunia ll muncul berbagai teori kepemimpinan
yang memfokuskan diri pada motivasi para pengikut. Teori-teori tersebut antara
lain:
1)
Teori
Kepemimpinan Jalur Tujuan
Teori
Kepemimpinan Jalur Tujuan (Path-goal Leadership) berasal dari Teori Motivasi
Harapan (Expectancy Motivation Theory) yang dikembangkan oleh Victor Vroom
(1964). Teori kepemim. pinan ini berupaya menjelaskan bagaimana para pemimpin
secara ekstrinsik dan/atau intrinsik memotivasi para pengikut untuk secara
simultan mencapai tujuan personal dan tujuan organisasi melalui pencapaian
kecocokan atau kongruen antara para bawahan dan tugas. Pemimpin meningkatkan
motivasi para pengikut dengan memperjelas jalur para pengikut ke arah adanya
imbalan atau meningkatkan nilai imbalan-imbalan pengikut. Para pemimpin
kemudian menciptakan ? suatu konteks untuk motivasi para pengikut dengan
memilih perilaku kepemimpinan (direktif, supportive, partisipatif, atau
berorientasi pada prestasi) yang menyediakan “apa yang hilang" bagi para
pegawai dalam jenis altar pekerjaan tertentu. Jadi dalam path-goal theory,
merupakan tanggung jawab pemimpin dalam memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan
dengan mengarahkan. memandu, dan melatih mereka sepanjang pencapaian tujuan.
2)
Kepemimpinan
Karismatik
LW.
Fry (2003) mengutip pendapat Max Weber yang mendefinisikan kepemimpinan
karismatik sebagai mempunyai pengaruh karismatik terhadap para pengikut. Karakteristik
lainnya antara lain:
a)
Mempunyai
suatu hasrat kuat memengaruhi orang lain.
b)
Menjadi
suatu panutan (role model) bagi kepercayaan dan nilai-nilai pemimpin yang ingin
diadopsi oleh para pengikut mereka (misalnya Mahatma Gandhi sebagai suatu model
untuk ketidakpatuhan nonviolen).
c)
Mengemukakan
tujuan-tujuan ideologi dengan tambahan moral (misalnya, pidato emosional e
Martin Luther King: I have a dream).
d)
Mengomunikasi
harapan tinggi dan menunjukkan percaya diri mengenai kemampuan para pengikut
untuk memenuhi harapan tersebut. yang kemudi n dan rasa kompeten; kemudian hal
ini akan meningkatkan kinerja
e)
Menumbuhkan
motivasi yang relevan dengan tugas dengan membuka untuk harga diri, kekuasaan
dan/atau afiliasi.
f)
Menghubungkan
identitas para pengikut dengan identitas kolektif dari organisasi.
Jadi, pemimpin karismatik
mentransformasi konsep diri para pengikut dan menghubungkan antara identitas
dan nilai-nilai identitas kolektif atau nilai-nilai organisasi. Dalam kebiasaan
ini para pekerja akan memandang kerja sebagai suatu ekspresi diri mereka
sendiri dan jadi mengimbali sendiri. Jadi, pengaruh kepemimpinan karismatik
terutama dilaksanakan dengan menekankan activasi intrinsik dan tidak menekankan
motivasi ekstrinsik. Ringkasnya kepemimpinan karismatik bekerja sebab
kepemimpinan ini menciptakan sama dan sebangun antara para pengikut dan
nilai!liial mereka, nilai-nilai organisasi, dan budaya organisasi.
3) Kepemimpinan
Transaksional dan Transformasional
Menurut
Louis W. Pry (2003) para teoretisi kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan
transsformasional (Bass, Bass dan Avolio, Benis dan Nanus, Tichy dan Devana)
berupaya untuk menghubungkan para pemimpin dengan para pengikut mereka dalam kaitan
dengan suatu kerangka teori motivasi melalui kepemimpinan transaksional dan
transformasional. Semua teoretisi tersebut berpendapat bahwa kepemimpinan tidak
dapat dipisahkan dengan kebutuhan para pengikut. Para pemimpin yang efektif
adalah mereka yang dapat memahami dan membuka sumbat dari kebutuhan, dan motif
para pengikuti sehingga secara simultan mencapai tujuan pengikut dan pemimpin.
Kepemimpinan Transaksional mendasari sebagian
terbesar model kepemimpinan yang memfokuskan kepada para pemimpin dan para
pengikut mereka. Kepemimpinan ini berdasarkan :;Eeses motivasi ekstrinsik di
mana para pemimpin mencapai tujuannya sedangkan para pengikut menerima imbalan
eksternal untuk kinerja pekerjaan. Kepemimpinan transaksional berada pada
jantung proses manajemen dan ditujukan untuk menggelindingkan organisasi secara
lancar dan “fgisien. Tekanannya untuk lebih mengontrol agar sesuai dengan
peraturan dan memertahankan Militas dalam organisasi daripada melakukan
perubahan. Dengan mengklarifikasi ekspektasi memuaskan kebutuhan eksternal para
pengikut, mereka membangun percaya diri dan moral Wren yang kemudian menjadi
lebih produktif. Berbeda dengan Kepemimpinan Transaksional, Kepemimpinan Transformasional
merupakan mimpinan berdasarkan proses motivasi intrinsik di mana pemimpin
mengajak para pengikut untuk menciptakan koneksi yang meningkatkan level upaya
dan moral aspirasi dari keduanya. pemimpinan Transformasional memandang karisma
suatu yang dibutuhkan akan tetapi ginian kondisi yang mencukupi untuk
kepemimpinan transformasional. Tujuannya adalah untuk melakuakan perubahan
signifikan baik untuk para pengikut maupun untuk organisasi.Kepemimpinan transformasional
memperhatikan kepada kebutuhan dan motif dari para pengikut menginspirasi
mereka untuk berkembang menjadi pemimpin, membantu potensi mereka berkembang
dan tumbuh, dan pergi di luar interes pribadi mereka untuk kebaikan dari
kelompok.
Peran
paling penting dari Kepemimpinan Transibrmaaional adalah untuk meluk sk visi
mengenai keadaan masa depan yang diharapkan dan mengomunikasikanny deng jalan
yang menyebabkan para pengikut dan percaya kepada visi transformasi organis
membuat lukisan perubahan bernilai untuk diupayakan.
4)
Motivasi
Ekstrinsik Versus Motivasi lntrinsik
Louis
W. Fry (2003) membahas hubungan antara motivasi dengan kepemimpinan r Motivasi
meliputi kekuatan, baik internal maupun eksternal kepada orang, yang mem
entusiasme dan terus-menerus untuk mencapai suatu tindakan tertentu. Motivasr
ter mengenai apa yang mengenergi perilaku manusia, apa yang mengarahkan atau
mencanel pc ; dan bagaimana perilaku dipelihara dan diberlanjutkan. Sebagian
terbesar teoretisi kontemp , berasumsi bahwa orang berinisiasi dan melakukan
terus perilaku-perilaku sampai seberap mereka percaya bahwa perilaku akan
mengarah kepada tujuan atau goal. Motivasi di tempat ke“); menghasilkan jika
para pemimpin menciptakan suatu lingkungan yang menghasilkan orang-orang
terbaik ketika mereka mencapai dan menerima individu, kelompok, dan sistem
imbalan-imbalan
Ada
dua jenis motivasi, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik terdm dari perilaku-perilaku yang dimotivasi oleh faktor-faktor
eksternal kepada individual. imbuh-m. imbalan ekstrinsik diberikan oleh orang
lain. Termasuk misalnya, kenaikan upah, bonus. perilaku supervisor, asuransi
dan waktu vakansi. Imbalan-imbalan ekstrinsik berasal dari eksternal memerlukan
atau melampaur ekspektasr orang lain. Di bawah motrvasr mtrmsrk individu merasa
tertantadalam perilaku ketugasan untuk sumber dari luar untuk memuaskan urutan
kebutuhan-kebutuhan lebih rendah untuk menyediakan kebutuhan mereka (misalnya
uang) agar survive.
Motivasi
intrinsik didefinisikan sebagai interes dan kesenangan kepada suatu aktivitr!_
untuk kesenangan diri sendiri dan berkaitan dengan tugas yang menyenangkan, dan
selanjutnya _ meningkatkan pertumbuhan dan memuaskan urutan kebutuhan lebih
tinggi. Motivasi intrinsi telah menunjukkan terkait dengan pembelajaran yang
lebih baik, kinerja dan kesejahteral Dipercaya merupakan kebutuhan dasar
individual untuk kompetensi, otonomi, dan yang terkait.
e. Spiritualitas
di Tempat Kerja
1) Pengertian
Upaya
untuk mengembangkan spiritualitas di tempat kerja juga dilakukan oleh
perusahaam perusahaan besar di negara-negara maju. Pegawai di negara-negara
tersebut makin banyak menghadapi stres karena bekerja lebih panjang jam kerja,
lebih kurang waktu senggang dan kurang puas terhadap profesinya. Perusahaan
besar seperti Ford, Nike, Boeing, AT & T, Lotus dan Taco Bell melaksanakan
program pengembangan spiritualitas di tempat kerjanya (Charlene Litzscv2006;
Louis W. Fry, 2003). Kegiatan tersebut antara lain memberi sedekah kepada rumah
ibadah, membahas agama di tempat kerja; kelompok berdoa dan sembahyang bersama
di tempat kerja, dan pertemuanpertemuan spiritualitas.
John
Milliman, Andrew J. Czaplewski dan Jeffrey Fergunson (2003) mendefinisikan spiritualitas
di tempat kerja dengan mengutip beberapa pendapat penulis lainnya sebagai
berikut:
Workplace
spirituality involves the effort to Find one” s ultimate purpose in life, to
develop strong connection to cowokers and other people associated with work,
and to have consistency (or alignment) between one 's core believes and the
values of their organization The recognition that employees have an inner life
that nourishes and is norished by meaningful work that takes place in the
contex of community.
Menurut
kedua peneliti tersebut spiritualitas di tempat kerja meliputi suatu upaya
untuk menemukan tujuan akhir dalam kehidupan, untuk mengembangkan koneksi yang
kuat dengan teman sekerja dan orang lain yang terkait dengan pekerjaan, dan
untuk mempunyai konsistensi (atau persekutuan) antara kepercayaan inti dan
nilai-nilai dari organisasi mereka. Pengakuan bahwa para pegawai mempunyai
kehidupan dalam diri yang memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan yangbermakna
yang mengambil tempat dalam konteks masyarakat.
Penulis
lainnya, Giacalone danJurkiewiez, (Louis W. Fry, 2003) mendefinisikan
spiritualitas di tempat kerja sebagai berikut:
“A
framework of organizational values evidenced in the culture that promotes
employcci' experience of transcedence throught the work process, facilitating
their sense of being connected in a way that provides feelings of compassions
and joy.”
Giacalone
dan ]urkiewiez menyatakan bahwa spiritualitas di tempat kerja merupakan suatu angka
nilai-nilai organisasi dibuktikan di dalam budaya yang mempromosikan pengalaman
pegawai transeden melalui proses pekerjaan, memfasilitasi rasa sedang dikaitkan
dengan yang menyediakan perasaan keharuan dan kegembiraan.
Menurut
A. Neal dan Bennett (john Milliman, Andrew] Czaplewski dan jeffery Fergunson,
3003). Spiritualitas di tempat kerja mempunyai sembilan dimensi yang tersusun
dalam tiga level:
a)
Dimensi-dimensi
pada level individual
b)
Dimensi-dimensi
pada level kelompok.
c)
Level
organisasi.
2) Survival
Spiritual
Fleischman,
Maddock dan Fulton (Louis W. Fry, 2003) mengemukakan dua dimensi cscns'ul dari
spiritualitas di tempat kerja: rasa transenden, panggilan hidup (calling),
terpanggil atas pekerjaan; dan kebutuhan akan keanggotaan koneksi sosial.
Panggilan hidup menunjukan pengalaman transenden atau bagaimana membuat sesuatu
yang berbeda melalui melayani orang lain dan dalam melaksanakan hal tersebut
menarik makna dan tujuan dalam kehidupan. Banyak orang tidak hanya berupaya
untuk kompeten dan penguasaan pekerjaan untuk menyadari bahwa mereka punya
potensi penuh dalam pekerjaannya akan tetapi juga suatu rasa bahwa pekerjaanya
mempunyai makna atau nilai sosial.
istilah
panggilan hidup (calling) telah lama dipergunakan sebagai karakteristik seorang
profesional. Para profesional umumnya mempunyai keahlian dalam satu bidang ilmu
tertentu dan berpusat pada layanan tidak tanpa mementingkan diri sendiri kepada
klien/para pelanggan, suatu kewajiban untuk mempertahankan standar kualitas
dalam profesi, komitmen terhadap panggilan kepada bidangnya, dedikasi kepada
pekerjaannya, dan komitmen kuat kepada karier mereka.
Para
profesional percaya bahwa profesi yang mereka pilih berharga, bahkan sangat
esensial terhadap masyarakat dan mereka bangga merupakan bagian dari
profesinya. Tantangan bagi para pemimpin dalam organisasi pembelajaran adalah
bagaimana mengembangkan rasa panggilan bersama bagi para pegawai melalui
keterlibatan tugas dan identifikasi tujuan.
Pfeffer
(Louis W. Ery, 2003) dalam karyanya mengenai spiritualitas di tempat kerja dan
praktik manajemen mengemukakan empat dimensi fundamental mengenai apa yang
dicari para pegawai:
a)
Pekerjaan
yang menarik dan bermakna yang memungkinkan mereka untuk belajar, mengembangkan,
dan mempunyai rasa kompeten dan penguasaan pekerjaan.
b)
Pekerjaan
yang bermakna yang menyediakan perasaan dan tujuan.
c)
Suatu
rasa koneksi dan hubungan sosial positif dengan teman sekerja.
d)
Kemampuan
untuk hidup suatu kehidupan yang terintegrasi, sehingga peran pekerjaan
seseorang dan peran orang lain harmoni sifat alami esensial di mana orang
merupakan suatu manusia.
Dimensi yang pertama dan kedua
secara langsung terkait dengan panggilan hidup (calling) dan dimensi ketiga dan
keempat terkait dengan keanggotaan. Praktik manajemen yang menciptakan komitmen tinggi dengan mendukung dan
membuka sumbat keempat dimensi spiritual tersebut meliputi mempunyai visi/misi
organisasi yang membantu individual pegawai membuat suatu yang berbeda di dunia
yang sebaliknya mereka tidak dapat melakukannya.
f.
Proses Teori Kepemimpinan
Spiritual
Luis
W. Fry (2003) berpendapat terdapat tumpang tindih antara spiritualitas di
tempat kerja angan teori kepemimpinan berlandaskan motivasi, komponen dan
proses motivasi intrinsik, gijrvival spiritual melalui makna/ panggilan hidup
dan keanggotaan, dan dimensi dari spiritualitas %tcm pat kerja dan praktik
manajemen. Karena itu, setiap teori Kepemimpinan Spiritualitas harus memasukkan
komponen-komponen spiritualitas di tempat kerja dan survival spiritual di
tempat kerja dalam kerangka suatu teori motivasi.
Menurut
Fry (2003) Kepemimpinan Spiritual membuka keran kepada kebutuhan-kebutuhan
gundamental pemimpin dan pengikut untuk survival spiritual sehingga mereka
secara organisasi 1fi'cn'kat dan produktif. Fry mendefinisikan Kepemimpinan
Spiritual terdiri dari nilai-nilai, sikap dan Fiu’zrilalw yang diperlukan yang
secara intrinsik memotivasi diri seseorang dan orang lain sehingga mereka
mempunyai suatu rasa survival spiritual melalui panggilan hidup dan
keanggotaan. Definisi tersebut memerlukan:
1)
Menciptakan
suatu visi di mana para anggota organisasi mengalami suatu rasa panggilan hidup
di mana kehidupan mereka mempunyai makna dan membuat sesuatu yang berbeda.
2)
Membangun
suatu budaya sosial/organisasi berdasarkan suatu cinta altruistik di mana para
pemimpin dan para pengikut mempunyai rasa mengasuh yang sejati, perhatian dan
apresiasi untuk diri sendiri dan orang lain, dari sini menghasilkan suatu rasa
keanggotaan dan menjadi dipahami dan diapresiasi.
1) Visi
Menurut
Louis W. Fry (2003) visi dikaitkan dengan kepemimpinan tahun 1980-an karena
jadinya kompetisi global, siklus teknologi yang makin pendek, dan strategi
menjadi lebih cepat ketinggalan zaman oleh kompetisi yang ketat. Visi
menunjukkan masa yang akan datang dengan komentar eksplisit dan eksplisit
mengenai mengapa orang harus melangkah untuk menciptakan masa depan tersebut.
Menurut
Fry (2003) dalam memotivasi perubahan, visi bertindak sebagai tiga fungsi
penting ' yaitu mengklarifikasi arah umum perubahan; menyerderhanakan ratusan
atau ribuan rincian keputusan; dan secara cepat dan efisien mengoordinasi
tindakan banyak orang yang berbeda Visi mengenergi orang, memberikan makna bagi
kerja, dan menyimpan komitmen, Visi ;qu menentukan Standar terbaik. Dalam
memobilisasi orang, visi harus mempunyai permintaan luas. mendefinisikan arah
dan perjalanan, merefleksikan ide tinggi, dan mendorong harapan dan
kepercayaan.
2) Cinta
Aitruistik
Misi
merupakan alasan eksistensi organisasi dan menyediakan suatu dasar untuk
penciptaan visi (Fry. 2003). Misi mendefinisikan budaya organisasi, nilai-nilai
inti, dan alasan adam,; organisasi. Buaya terdiri dari. satu set nilai-nilai
kunci, asumsi, pemahaman, dan cara berpikiryang dipandang sebagai secara moral
benar yang dibagi di antara para anggota organisasi dan diajarkan kepada para
suatu anggota baru sebagai sesuatu yang benar. Budaya organisasi terdiri dari
artefak yang visibel seperti pakaian, tata ruang kantor, ritual, simbol-simbol
dan serenmni Pada level subjektif diekspresikan nilai-nilai kepercayaan yang
dapat dilihat dari bagaimana orang menilai dan menjelaskan apa yang mereka
lakukan.
Suatu
istilah yang sering dipakai secara sinonim dengan amal (charity) -cinta
altruistrk (altruistic love) dan nilai-nilai mengenai hal tersebut
dimanifestasikan melalui kepedulian tanpa-' kondisi, tak mementingkan diri
sendiri, loyal dan baik hati, memerhatikan dan apresiasi untuk“ diri sendiri
dan orang lain. Untuk Kepemimpinan Spiritual cinta altruistik didefinisikan
sebagai suatu rasa ke seluruh harmoni, dan kesejahteraan yang diproduksi
melalui kepedulian, perhatian dan apresiasi , untuk diri sendiri dan orang lain
(Louis W. Fry, 2003). Garis bawah dari definisi ini adalah nilainihi,
kesabaran, kebaikan, kurangnya kecemburuan, pemaaf, rendah hati, tidak
memerhatikan dili sendiri, pengontrolan diri sendiri, percaya, loyalitas, dan
kesungguhan.
Menurut
Fry (2003) ada keuntungan emosional dan psikologikal dari memisah cinta, atau
peduli, dan memerhatikan orang lain, dari kebutuhan, yang merupakan esensi
memberikan dan menerima tanpa persyaratan. Baik bidang kedokteran maupun
psikologi telah mempelaiari dan mengonfirmasi bahwa cinta mempunyai kekuasaan
untuk menanggulangi pengaruh destruktif emosr.
a)
Ketakutan.
Termasuk kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan.
b)
Kemarahan.
'I'crinasuk kekerasan, kebencian, kecemburuan, iri hati, dan rasa benci.
c)
Rasa
kegagalan. Termasuk seperti keputusasaan, perasaan depresi, dan berbagai rasa
berdosa yang mengarah kepada merusak diri sendiri.
d)
Kebanggaan.
Termasuk prejudis, mementingkan diri sendiri, kesadaran diri, dan kecongkakau
3) Harapan
dan Kepercayaan
Louis
Fry (2003) menyatakan kepercayaan melebihi harapan sesuatu yang diinginkan. itu
merupakan keyakinan bahwa suatu tanpa dibuktikan dengan bukti fisik adalah
benar. Haram . merupakan suatu hasrat dengan harapan pemenuhan. Kepercayaan
menambah kemungkinan untuk mengharapkan dan merupakan suatu kepercayaan mengenai
sesuatu di mana tak ada bukti. Kepercayaan adalah lebih dari sekadar
menginginkan sesuatu. Kepercayaan adalah lebih dari sekadar menginginkan
sesuatu. Kepercayaan berdasarkan nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang
menunjukkan kepastian absolut dan kepercayaan apa yang diinginkan dan
diharapkan akan datang. Orang dengan harapan kepercayaan mempunyai visi
mengenai ke mana mereka akan pergi, dan bagaimana sampai ke sana; mereka mau
menghadapi oposisi dan memikul kesulitan dan menderita, untuk mencapai tujuan
mereka. Jadi, harapan/kepercayaan merupakan sumber untuk keyakinan bahwa visi
tujuanrmisi akan dipenuhi.
4)
Model
Proses Kepemimpinan Spiritual
Louis
W. Fry (2003) mengemukakan model proses kepemimpinan spiritual pada Gambar 45.
Para pemimpin Strategik ~ melalui pilihan mengenai visi, tujuan, misi, strategi
dan implementasima bertanggung jawab untuk menciptakan visi dan nilai-nilai
yang sama di semua level organisasi dan mengembangkan hubungan yang efektif
antara organisasi dan lingkungan para pemangku kepentingan. Yang paling penting
adalah visi yang jelas dan meyakinkan ke mana organisasi akan berada pada waktu
yang akan datang. Visi harus melukiskan suatu perjalanan yang jika
dilaksanakan, akan memberikan seseorang rasa panggilan hidup, kehidupan seseorang
mempunyai makna dan membuat sesuatu yang berbeda. Untuk itu visi harus mengenergi
orang, memberikan makna kepada pekerjaan, dan mengumpulkan komitmen dan menentukan
standar terbaik.
10.
Teori Kepemimpinan Autentik
a. Pengertian
istilah
kepemimpinan autentik (authentic leadership) terdiri dari dua konsep
~kepcmimpimn Wtcntik (authenticand leadership) Kata autentik berasal dari
bahasa Latin authmticus yang berasal bahasa Yunani aumentilws Istilah autentik
artinya dapat dipercaya, asli mien atau sah Sesuatu kepemimpinan autentik jika
sesuai dengan fakta apa yang dilihat, didengar dan dirasa sehingga dapat ya
Sesuatu yang autentik adalah bonajid: (jujur, dapat dipercaya.), genuine
(sejati asli). real (riel u'r-yaa, Sejati), true (benar. betul), undoubted
(tidak dnngukan), unquestionable (tidak dapat disangkal)
Dari
kata autentik berkembang istilah intensitas (similarity) yang artinya keaslian
atau kebenaran Robert W Terry (1993) mengemukakan mengenai pengertian autentik
sebagai berikut:
"authensity
is ubiqunous. callmg u: to be true to ourselves and true to the world. When
nuthcnchy h acknowledged we admit out roubles. mistakes and protected secrets.
the part of & ourselves and society that an: teul'ul and rude in the
shadow: of existence.”
Menurut
Terry amend!” di mana mana. mcmanggil
kita untuk menjadi benar terhadap &“ kita sendiri dan benar kepada dunia.
jika antenna: diakui kita mengakui kelemahan kita, human kesalahan dan tahun.
tahuh yang dnprouzksl. bagian-bagian dari dua kita dan masyarakat yang menyedthkan
dan d:…bunyukzn dl Nyang-bayang keberadaan. Autens'ttzs [dubs-mo!) merupakan
isuhh tekun chum muh: eksistensxalis yang juga dipergunakan di fdsafat in! dan
psnkologi. Autensius adalah dengn test.-orang benar. dalam kaitan dengan
kepribadian atau karakter.
Avolio,
Luthans. dan Walumbwa (Bruce ). Avolio & William l... Gardner, 2005)
mendelimsrkani pemimpin autentik sebagai berikut:
"those
who are deeply aware of how they think and behave and are perceived by other,
a: being aware of their own and other' value/moral perspectives, knowledge, and
strengts; aware of the conteXt in which they operate; and who are confident,
hopeful, optimistic, resilient. anq of high moral character.”
Menurut
ketiga teoretisi kepemimpinan tersebut pemimpin autentik adalah mer ka ; secara
mendalam menyadari bagaimana mereka berpikir dan berperilaku dan dipersepsrk
orang lain sebagai sadar akan perspektifnilai-nilai/moral, pengetahuan, dan
kekuatan-kekuatan menyadari dari konteks di mana mereka beroperasi; dan yang
percaya diri, penuh harap optirnisrik. ulet dan karakteristik moral tinggi.
Luthan
dan Avolio seperti dikutip oleh Bruce ]. Avolio & William Gardner (2 :
mendefinisikan kepemimpinan autentik dalam organisasi sebagai berikut:
“...as
a process that draws from both positive psychological capabilities and highly
devoloped. organizational context, which result in both greater self-awareness
and selfvregulated peeing behaviors on the part of leaders and associates,
fostering positive self development."
Menurut
Luthan dan Avolio, kepemimpinan autentik merupakan proses yang menarik dari
kapabilitas psikologi positif dan konteks organisasi yang dikembangkan secara
meninggi, yang menghasilkan kesadaran diri sendiri lebih besar dan perilaku
positifyang diatur diri sendiri pada pemimpin dan terkait dengan meningkatkan
pengembangan diri positif.
b. Komponen
Bruce].
Avolio dan William L. Gardner (2005) mengemukakan komponen-komponen
pengembangan kepemimpinan autentik yang dikemukakan para pakar kepemimpinan
termasuk keduanya dalam artikelnya yang berjudul Authentic Leadership
Development: Getting to the root of positive forms of Leadership. Dalam artikel
tersebut kedua teoretisi kepemimpinan tersebut juga membandingkan Teori
Kepemimpinan Au ten tik dengan Teori Kepemimpinan Transformasional, Teori
Kepemimpinan Karismatik, Teori Kepemimpinan Abdi, dan Teori Kepemimpinan
Spiritual.
1)
Kapital
psikologi positif Yaitu kapasitas psikologikal positif percaya diri, optimisme,
harapan. daya kenyal sebagai sumber-sumber dari pemimpin autentik. Jika
dikombinasikan dengan konteks organisasi positif dan sejumlah kejadian
pemicu/tantangan, keadaan psikologikil positif ini mempertinggi kesadaran
tinggi dan pengaturan diri perilaku dari pemimpin sebagai bagian dari suatu
proses pengembangan diri positif.
2)
Pempektzfmoralpositzf
Kepemimpinan autentik dan perkembangannya meliputi komponen etik dan moral.
Komponen ini meliputi proses pembuatan keputusan yang transparan di mana
pemimpin autentik mengembangkan dan menarik kapasitas moral, kemampuan,
keberanian dan elastisitas untuk menangani etikal isu dan mencapai tindakan
moral autentik.
3)
Kesadaran
diri pemimpin. Kesadaran diri merupakan persyaratan pengembangan kepemimpinan
autentik. Kesadaran diri muncul ketika para individual menyadari eksistensinya
sendiri, Kesadaran diri merupakan proses yang muncul di mana orang secara
terus-menerus datang untuk memahami bakat uniknya, kekuatan, perasaan tujuan,
nilai-nilai inti, kepercayaan. dan keinginan. Indikator dari kesadaran diri
yang relevan untuk pengembangan kepemimpinan autentik adalah: nilai-nilai,
kognisi yang berhubungan dengan identitas dan motivasi
4)
Regulasi
diri sendiri pemimpin. Regulasi diri sendiri meliputi proses dengan apa orang melakukan
kontrol diri sendiri melalui: (a) menyusun standar internal (yang ada atau yang
diformulasikan); (b) menilai ketimpangan antara standar-standar tersebut dan ke
arah yang diharapkan; (c) mengidentifikasi tindakan-tindakan yang dituju untuk
rekonsi rasi ketimpangan tersebut
5)
Proses/perilaku
kepemimpinan. Proses pemimpin autentik berperilaku untuk memengaruhi para
pengikutnya menggunakan berbagai cara.
a)
Pemimpin
autentik memimpin dengan mempergunakan contoh (leading byexample) seperti
didemonstrasikan dalam pembuatan keputusan yang transparan, percaya diri,
optimisme, mengharapkan, daya pegas, dan konsistensi antara kata-kata dan
perbuatan.
b)
Mengembangkan
pengikut melalui modeling dan mendukung penentuan diri sendiri.
c)
Penularan
emosional Emosional pos1t1fdar1 pemimpin menular dan menciptakan spiral ke atas
pembelajaran dan transformasi organisasi.
d)
Pertukaran
sosial positif dengan para pengikut.
6)
Kesadaran
diri/mengatur sendiripengikut. Pemimpin autentik mengembangkan kesadaran diri
dan membentuk proses mengatur diri sendiri dari para pengikut. Melalui proses
ini, para pengikut mengembangkan kejelasan lebih tinggi mengenai nilai-nilai
mereka, identitas, dan emosi dan elanjutnya menggerakkan ke arah
menginternalisasi proses regulatori, menyeimbangkan proses informasi, hubungan
yang transparan dengan pemimpin dan perilaku autentik. Para pengikut mengetahui
dan menerima diri mereka sendiri dan mengatur sendiri perilaku mereka untuk
mencapai tujuan yang sama dan sebangun dari yang dimiliki pemimpin.
7)
Perkembangan
pengikut. Salah satu premis sentral dari pengembangan kepemimpinan autentik .
*.“ adalah baik pemimpin dan pengikut dikembangkan dalam kurun waktu sebagai
hubungan é” antara mereka menjadi lebih autentik. Ketika para pengikut
menginternalisasi nilai-nilai %; dan kepercayaan yang dikemukakan oleh
pemimpin, konsepsi mereka mengenai aktual dan E: kemungkinan diri diharapkan
untuk berubah dan berkembang atas perubahan waktu. Ketika : para pengikut
mengetahui siapa mereka, mereka sebaliknya akan lebih transparan dengan
pemimpin, yang sebaliknya akan menguntungkan dalam pengertian perkembangannya.
8)
Konteks
organisasi. Interaksi kepemimpinan terjadi pada konteks dinamik dan yang sedang
muncul, karenanya penting bagi para peneliti untuk memasukkannya ke dalam
prediksi pengembangan dan efektivitas kepemimpinan. Dengan memasukkan peran
moderasi konteks organisasi positif dalam kepemimpinan autentik -jaringan
kinerja-ada pengakuan peluang untuk kepemimpinan autentik untuk dilanjutkan dan
diintegrasikan ke dalam konteks (konteks yang kita lihat sebagai bervariasi
dalam pengertian turbulen, ketidakpastian, dan tantangan).
9)
Variabel
dan kinerja berkelanjutan di luar ekspektasi. Istilah kinerja superior
berlanjut dan keunggulan kompetitif berlanjut sering dipakai dipertukarkan satu
sama lain dalam literatur manajemen Strategik. Sebuah perusahaan disebut
keunggulan kompetitif sustainabel jika perusahaan menerapkan strategi
penciptaan nilai tidak secara simultan sedang diimplementasikan oleh kompetitor
sekarang atau dan potensial dan jika perusahaan lain tak mampu menduplikasikan
benefit strategi tersebut. Di sini ketidakmampuan kompetitor sekarang dan
potensial untuk menduplikasi strategi yang membuat suatu keunggulan kompetitif
sustainabel. Keunggulan kompetitif suatu perusahaan secara normal disimpulkan
dari kinerja di atas rata-rata yang berlajut dalam kurun waktu tertentu.
c. Perbedaan
Kepemimpinan Autentik dengan Teori Kepemimpinan Lain
Kunci
perbedaan antara Pengembangan Teori Autentik dari teori-teori kepemimpinan
lainnya adalah kepemimpinan autentik adalah lebih bersifat generik yang
dilukiskan dalam istilah kon…-:en: akar (root construct) yang berarti konstruk
yang membentuk kepemimpinan positif. Misalnya. banyak dari teori kepemimpinan
mengemukakan visi sebagai komponen sentral dari teori. Pemimpin disebut sebagai
visionari untuk kemampuannya menguraikan suatu keadaan masa depan yang sangat
diinginkan yang para pengikut mengidentifikasikan dirinya dan mengikatkan
dirinya dalam kurun waktu.
Kepemimpinan
autentik dapat menyatukan bentuk-bentuk kepemimpinan lainnya-a
transformasional, karismatik, abdi, spiritual atau bentuk lain kepemimpinan
positif. Akan tetapi, kontras dengan kepemimpinan transformasional khususnya,
kepemimpinan autentik dapat atau tidak dapat merupakan kepemimpinan karismatik.
Pemimpin seperti itu membangun hubungan abadi, kerja keras, dan memimpin dengan
tujuan, arti dan nilai-nilai, akan tetapi tidak dilukiskan sebagai karismatik
oleh orang lain, yang telah dijadikan sebagai komponen inti kepemimpinan
transformasional. Dengan mendelinisikan kepemimpinan autentik sebagai konstruk
akar tujuannya adalah agar dapat menjelaskan sejumlah komponen dasar dari
proses, seperti kesadaran diri yang mendasari bentuk positif dari kepemimpinan.
Diferensiasi
antara kepemimpinan autentik dan teori kepemimpinan lain menjadi penting
terhadap pengembangan teori kepemimpinan autentik dalam mendukung independen
konsepsual dan untuk mendukung suatu validasi konstruk. Tabel 64 menunjukkan
perbedaan dan persamaan antara kepemimpinan autentik dan teori kepemimpinan
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar