KESEIMBANGAN
EKONOMI 2 DAN 3 SEKTOR
Untukmemenuhitugasmatakuliah
"PengantarekonomiMikrodanmakro"
Yang diampuoleh
Dosen
:
EKO
SUSANTO, S.E., M.M.
Disusunoleh
:
ERNIATI
PROGRAM
STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH
TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (STEBIS)
DARUSSALAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini membahas mengenai “Perekonomian dua sektor danperekonomiantiga sector”
perekonomiandua sector merupakan penyederhanaan dalam mempelajari
sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian
dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi
pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan
mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
Perekonomiantigasektormerupakanperekonomian
yang terdiridarisektorrumahtangga,
perusahaandanpemerintah.Dalamperekonomianinidisebutjugasebagaiperekonomiantertutupkarenakegiatanperekonomiannyaberkecimpunghanyadalamnegerisendiritanpaadanyakerjasamaperdagangandenganpihakluar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Keseimbangan
Ekonomi Dua Sektor
Perekonomian dua sektor merupakan
penyederhanaan dalam mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan.
Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari
sisi penda,patan dan sisi
pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan
mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
Perekonomian
Dua Sektor
Perekonomian dua sektor adalah
perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti
dalam perekonomian dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun
perdagangan luar negeri.
Siklus Aliran Pendapatan dalam Perekonomian 2 Sektor
Ciri-Ciri Aliran Pendapatan Dua Sektor:
- Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki
rumah tangga. Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa
gaji dan upah, sewa, bunga dan untung
- Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan
untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan
oleh sektor perusahaan
- Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan
ditabung dalam institusi-institusi keuangan
- Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi
akan meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari
sektor rumah tangga.
Hubungan Antara
Konsumsi dan Pendapatan
Ciri-ciri hubungan konsumsi dan pendapatan:
- Pada pendapatan yang rendah, rumah tangga akan menutupnya dari
tabungan / mengambil dari tabungan.
- Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi
- Pada pendapatan yang tinggi, Rumah Tangga menabung
Bentuk umum : Yd = C + S
Keterangan :
- Yd : Pendapatan disposibel
- C : Konsumsi rumah tangga
- S : Tabungan
TABEL 1
PENDAPATAN, KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM RIBU RUPIAH)
PENDAPATAN, KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM RIBU RUPIAH)
Pendapatandisposibel
|
PengeluaranKonsumsi
|
Tabungan
|
(Yd)
|
(C)
|
(S)
|
125
|
-125
|
|
100
|
200
|
-100
|
200
|
275
|
-75
|
300
|
350
|
-50
|
400
|
425
|
-25
|
500
|
500
|
|
600
|
575
|
25
|
700
|
650
|
50
|
800
|
725
|
75
|
900
|
800
|
100
|
1000
|
875
|
125
|
Kecondongan
Mengkonsumsi dan Menabung
1. Defenisi Kecondongan Mengkonsumsi (Propensity to
Consume)
- Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal (MPC) didefenisikan sebagai
perbandingan antara pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan
pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd) yang diperoleh. Rumusnya : MPC
= ∆C/∆Yd
- Kecondongan Mengkonsumsi Rata-Rata (APC) didefenisikan sebagai
perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan pendapatan disposibel (Yd)
ketika konsumsi tersebut dilakukan. Rumusnya : Apc = C/Yd
2. Definisi Kecondongan Menabung (Propensity to Save)
- Kecondongan Menabung Marjinal (MPS) didefenisikan sebagai perbandingan
antara pertambahan tabungan (∆S) yang dilakukan dengan pertambahan
pendapatan disposibel (∆Yd) yang diperoleh. Rumusnya : MPS = ∆S/∆Yd
- Kecondongan Menabung Rata-Rata (APS) didefenisikan sebagai
perbandingan antara tingkat tabungan (S) dengan pendapatan disposibel
(Yd). Rumusnya : APS = S/Yd
Contoh Perhitungan:
Tabel II
KECONDONGAN MENGKONSUMSI DAN MENABUNG MARJINAL DAN RATA-RATA
KECONDONGAN MENGKONSUMSI DAN MENABUNG MARJINAL DAN RATA-RATA
Pendapatandisposibel
|
PengeluaranKonsumsi
|
Tabungan
|
KecondonganMengkonsumsiMarjinal
|
KecondonganMengkonsumsi Rata-rata
|
KecondonganMenabungMarjinal
|
KecondonganMenabung Rata-rata
|
(Yd)
|
(C)
|
(S)
|
(MPC)
|
(APC)
|
(MPS)
|
(APS)
|
CONTOH 1: MPC TETAP
|
||||||
200.000
|
300.000
|
-100.000
|
–
|
1,50
|
–
|
-0,50
|
400.000
|
450.000
|
-50.000
|
0,75
|
1,13
|
0,25
|
-0,13
|
600.000
|
600.000
|
–
|
0,75
|
1,00
|
0,25
|
–
|
800.000
|
750.000
|
50.000
|
0,75
|
0,94
|
0,25
|
0,06
|
CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL
|
||||||
200.000
|
300.000
|
-100.000
|
–
|
1,50
|
–
|
-0,50
|
400.000
|
460.000
|
-60.000
|
0,80
|
1,15
|
0,20
|
–0,15
|
600.000
|
610.000
|
-10.000
|
0,75
|
1,02
|
0,25
|
-0,02
|
800.000
|
750.000
|
50.000
|
0,70
|
0,94
|
0,30
|
0,06
|
TabelIII
HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN KONSUMSI (C) DAN MENABUNG (S)
HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN KONSUMSI (C) DAN MENABUNG (S)
Pendapatandisposibel
|
MPC
|
APC
|
MPS
|
APS
|
MPS + MPC
|
APS + APC
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
CONTOH 1: MPC TETAP
|
||||||
Rp 200.000
|
–
|
1,50
|
–
|
-50
|
–
|
|
400.000
|
0,75
|
1,13
|
0,25
|
-0,13
|
1
|
1
|
600.000
|
0,75
|
1,00
|
0,25
|
–
|
1
|
1
|
800.000
|
0,75
|
0,94
|
0,25
|
0,06
|
1
|
1
|
CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL
|
||||||
Rp 200.000
|
–
|
1,50
|
–
|
-0,50
|
–
|
|
400.000
|
0,80
|
1,15
|
0,20
|
-0,15
|
1
|
1
|
600.000
|
0,75
|
1,02
|
0,25
|
-0,02
|
1
|
1
|
800.000
|
0,70
|
0,94
|
0,30
|
0,06
|
1
|
1
|
Fungsi Konsumsi
dan Tabungan
Fungsi Konsumsi adalah suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga
dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposibel)
perekonomian tersebut.
Fungsi Tabungan
adalah suatu
kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga
dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposibel)
perekonomian tersebut.
TABELIV.
PENDAPATAN, KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM TRILIUN RUPIAH)
PENDAPATAN, KONSUMSI DAN TABUNGAN (DALAM TRILIUN RUPIAH)
PendapatanNasional (Y)
|
Konsumsi (C)
|
Tabungan (S)
|
0
|
90
|
-90
|
120
|
180
|
-60
|
240
|
270
|
-30
|
360
|
360
|
0
|
480
|
450
|
30
|
600
|
540
|
60
|
720
|
630
|
90
|
840
|
720
|
120
|
960
|
810
|
150
|
1080
|
900
|
180
|
1200
|
990
|
210
|
Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Persamaan
Fungsi Konsumsi dan Tabungan
1.) Fungsi Konsumsi Suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional
Bentuk umum:
C = a + b Y
C = a + b Y
Keterangan :
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0
b = kecondongan mengkonsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0
b = kecondongan mengkonsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
Untuk menghitung nilai a, dirumuskan:
a = (APC-MPC) y
a = (APC-MPC) y
2.) Fungsi Tabungan Suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional
Bentuk umum :
S = – a + (1 – b) Y
S = – a + (1 – b) Y
Keterangan :
a = Konsumsi rumah tangga ketika Pendapatan nasional adalah 0
b = Kecondongan Mengkonsumsi Marginal
C = Tingkat Konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
a = Konsumsi rumah tangga ketika Pendapatan nasional adalah 0
b = Kecondongan Mengkonsumsi Marginal
C = Tingkat Konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
Keseimbangan
Tingkat Konsumsi
Keseimbangan konsumsi terjadi apabila semua pendapatan
habis digunakan untuk konsumsi, jadi dapat dirumuskan : Y = C
Investasi
Investasi merupakan pengeluaran
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian.
Penentu Tingkat Investasi
- Investasi, keuntungan, dan tingkat bunga
- Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
- Kemajuan teknologi
- Tingkat pendapatan nasional & perubahannya
- Keuntungan yang diperoleh
Penentu-Penentu Investasi yang Lain
- Ramalan Keadaan di masa datang
- Perubahan dan perkembangan teknologi
- Efek pertumbuhan pendapatan nasional
- Keuntungan perusahaan
Grafik
Keseimbangan Perekonomian Negara
B. Pengertian Ekonomi Tiga Sektor
Ekonomi tiga sektor adalah perekonomian
yang meliputi kegiatan dalam sektor perusahaan, rumah tangga dan
pemerintah. Dengan demikian dalam menganalisis perekonomian tiga sektor
pada hakikatnya akan diperhatikan peranan dan pengaruh pemerintah atas kegiatan
dalam sesuatu perekonomian.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian menimbulkan
dua perubahan penting dalam proses penentuan keseimbangan pendapatan
nasional, yaitu:
- Pungutan pajak yang dilakukan
pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat melalui pengurangan atas
konsumsi rumah tangga.
- Pajak memungkinkan pemerintah
melakukan perbelanjaan dan ini akan menaikkan perbelanjaan-perbelanjaan
agregat.
Kedua aliran pengeluaran / pendapatan ini akan
mengubah pola aliran pendapatan dalam perekonomian. Dalam ekonomi tiga
sektor belum terdapat kegiatan mengekspor dan mengimpor. Oleh sebab itu
,ekonomi tiga sektor dinamakan juga ekonomi tertutup.
1. Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan
a. Aliran pendapatan dan pengeluaran
a) Campur tangan pemerintah dalam perekonomian akan
menimbulkan tiga jenis aliran baru dalam sirkulasi aliran pendapatan.
Tiga jenis aliran yang baru tersebut adalah :
- Pembayaran pajak oleh rumah
tangga dan perusahaan kepada pemerintah. Pembayaran pajak tersebut
menimbulkan pendapatan kepada pihak pemerintah. Ia merupakan sumber
pendapatan pemerintah yang terutama.
- Pengeluaran dari sektor
pemerintah ke sektor perusahaan. Aliran ini menggambarkan nilai
pengeluaran pemerintah atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan oleh
sektor perusahaan.
- Aliran pendapatan dari sektor
pemerintah sektor rumah tangga. Aliran itu timbul sebagai akibat dari
pembayaran atas konsumsi faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah
tangga oleh pemerintah.
b) Pembayaran oleh sektor perusahaan sekarang dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
- pembayaran kepada sektor rumah
tangga sebagai pendapatan kepada faktor-faktor produksi dan
- pembayaran pajak pendapatan
perusahaan kepada pemerintah.
c.Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal
dari duasumber :
- dari pembayaran gaji dan upah,
sewa, bunga dan utang oleh perusahaan dan
- dari pembayaran gaji dan upah
oleh pemerintah.
b. Syarat keseimbangan
Keseimbangan:
Y = AE, atau Y = C + I + G
Keterangan:
- Y : penawaran
agregat
- AE : pengeluaran agregat
- C : konsumsi
rumah tangga
- I :
investasi perusahaan
- G :
pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa
Jika C dikurangi dari setiap ruas, maka
dalam perekonomian tiga sektor I dan G adalah suntikan kedalam sirkulasi aliran
pendapatan, sedangkan S dan T adalah kebocoran. Sebagai kesimpulan dapatlah
dirumuskan bahwa dalam perekonomian tiga sektor yang mencapai keseimbangan akan
berlaku keadaan : I + G = S + T
Contoh:
1.) Jika diket: C = 60 + 0,75 Y dan S = 0,25 Y – 100
1.) Jika diket: C = 60 + 0,75 Y dan S = 0,25 Y – 100
I = 120
G = 60
Hitung Y keseimbangan!
(Ingat persamaan C diatas untuk pajak tetap T = 40)
Jawab :
Y = C + I + G
Y = 60 + 0,75 Y + 120 + 60
Y = 0,75 Y + 240
Y – 0,75 Y = 240
0,25 Y = 240
Y = 960
I + G = S + T
120 + 60 = 0,25 Y – 100 + 40
180 = 0,25 Y – 60
Y = 960
2.) Jika diket: C = 90 + 0,6 Y dan S = 0,2 Y – 90
I = 150
G = 240w
Hitung Y keseimbangan!
(Persamaan C di atas untuk pajak proporsional T = 0,2 Y)
I = 150
G = 240w
Hitung Y keseimbangan!
(Persamaan C di atas untuk pajak proporsional T = 0,2 Y)
Jawab:
Y = C + I + G
Y = 90 + 0,6 Y + 150 + 240
Y = 0,6 Y + 480
0,4 Y = 480
Y = 1200
I + G = S + T
150 + 240 = 0,2 Y – 90 + 0,2 Y
480 = 0,4 Y
Y = 1200
2. Jenis-Jenis Pajak
- Pajak objektif : pajak yg
dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib
pajak Misalnya PPN dikenakan kpd mereka yang membeli
barang dan jasa kena pajak
- Pajak subjektif : pajak yang
dipungut dengan melihat kemampuan wajib pajak. Mislanya pendapatan. Jika
pendapatan makin besar, maka beban pajaknya makin besar
- Pajak langsung : jenis pungutan
pemerintah yang secara langsung di kumpulkan dari pihak yang wajib
membayar pajak.( pajak yang secara langsung di pungut dari orang yang
berkewajiban untuk membayar pajak).
- Pajak tak langsung : pajak yang
bebannya dapat di pindah2 kan kepada pihak lain.( yang menanagung beban
pajak tersebut adalah para konsumen. Ex : Impor.
3. Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan
- Pajak
regresif : sistem pajak yang persentasinya menurun apabila
pendapatan yang di kenakan pajak menjadi bertambah tinggi.dalam sistem ini
,pada pendapatan rendah ,pajak yang di pungut meliputi bagian yang paling
tinggi dari pendapatan tersebut.tetapi,semakin tinggi pendapatan semakin
kecil persentasi pajak itu di bandingkan dengan keseluruan pendapatan.
- Pajak proporsional : persentasi
pungutan pajak yang tetap besarnya pada berbagai tingkat pendapatan,yaitu
dari tingkat pendapatan yang sangat rendah kepada yang sangat tinggi.dalam
sistempajak ini tidak di bedakan di antara penduduk yang kaya atau miskin
dan di antara perusahaan besar dan perusaan kecil.
- Pajak progresif : sistem pajak
yang persentasinya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat .pajak
ini menyebabkan pertambahan nominal pajak yang di bayar akan menjadi
semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi.
4. Efek Pajak Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Pengaruh pajak terhadap konsumsi dan
tabungan pada perekonomian tiga sektor ada dua, yaitu sebagai berikut.
- Pengaruh pajak tetap (yaitu
jumlahnya sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional) atas pengeluaran
konsumsi dan tabungan.
- Pengaruh pajak proporsional
atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.
Setiap
pemungutan pajak akan menimbulkan perubahan terhadap pendapatan
disposibel (Yd). Pajak sebanyak T akan menyebabkan pendapatan disposibel
turun sebanyak T. Maka: ∆Yd = – T
Kemerosotan pendapatan disposibel akan mengurangi
konsumsi dan tabungan RT. Jumlah konsumsi dan tabungan yang berkurang adalah
sama dengan pengurangan pendapatan diposible. Maka : ∆Yd = -T = ∆C + ∆S.
Disamping tergantung pada perubahan pendapatan
disposibel pengurangan konsumsi dan tabungan ditentukan oleh MPC dan
MPS.
Perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan :
∆C = MPC x T
∆C = MPS x T
Contoh:
1. Diketetahui fungsi konsumsi C = 150 + 0,75Yd dan T = 40. Tentukan fungsi konsumsi dan tabungan setelah pajak!
Jawab :
Untuk Mencari nilai Yd = Y-T
Maka,
C = 150 + 0,75Yd
C = 150 + 0,75 (Y-T)
C = 150 + 0,75 (Y-40)
C = 150 + 0,75Y – (0,75 . 40)
C = 150 + 0,75Y – 30
C = 120 + 0,75Y
dan fungsi tabungannya:
S = -150 + 0,25Yd
S = -150 + 0,25 (Y-T)
S = -150 + 0,25Y – (0,25 . 40)
S = -150 + 0,25Y – 10
S = – 160 + 0,25Y
1. Diketetahui fungsi konsumsi C = 150 + 0,75Yd dan T = 40. Tentukan fungsi konsumsi dan tabungan setelah pajak!
Jawab :
Untuk Mencari nilai Yd = Y-T
Maka,
C = 150 + 0,75Yd
C = 150 + 0,75 (Y-T)
C = 150 + 0,75 (Y-40)
C = 150 + 0,75Y – (0,75 . 40)
C = 150 + 0,75Y – 30
C = 120 + 0,75Y
dan fungsi tabungannya:
S = -150 + 0,25Yd
S = -150 + 0,25 (Y-T)
S = -150 + 0,25Y – (0,25 . 40)
S = -150 + 0,25Y – 10
S = – 160 + 0,25Y
2. Jika diketahui C = 150 + 0,75 Yd, T = 40, I = 50,
dan G = 80
Tentukan YE setelah pajak!
Jawab:
Y = C + I + G
Y = 150 + 0,75 Yd + 50 + 80
Y = 150 + 0,75 (Y-T) + 50 + 80
Y = 150 + 0,75Y – (0,75 . 40) + 50 + 80
Y = 150 + 0,75Y – 30 + 50 + 80
Y = 250 + 0,75Y
Y – 0,75Y = 250
0,25Y = 250
Y = 250/0,25
YE = 1000
Tentukan YE setelah pajak!
Jawab:
Y = C + I + G
Y = 150 + 0,75 Yd + 50 + 80
Y = 150 + 0,75 (Y-T) + 50 + 80
Y = 150 + 0,75Y – (0,75 . 40) + 50 + 80
Y = 150 + 0,75Y – 30 + 50 + 80
Y = 250 + 0,75Y
Y – 0,75Y = 250
0,25Y = 250
Y = 250/0,25
YE = 1000
5. Persamaan Fungsi Konsumsi dan Tabungan Setelah Pajak
1. Efek Pajak Tetap
C = – bT + a + bY
S = -(1-b)T –a + (1-b)Y
Dimana:
b = MPC
T = tax
2. Efek Pajak Proporsional
C = a + b(1-t)Y
S = -a + (1-b)(1-t)Y
t = persentasi pajak dari Y
Contoh:
Diketahui : C = 0,75 Yd + 90
1. Keadaan setelah pemungutan pajak (pajak tetap).
Misalnya, T = 40
C = – bT + a + bY
= -0,75(40) + 90 + 0,75 Y
C = 60 + 0,75 Y
S = -(1-b)T –a + (1-b)Y
= -(1-0,75)40 – 90 + (1-0,75)Y
= -10-90 + 0,25Y
S = -100 + 0,25Y atau 0,25
Y – 100
2. Keadaan setelah pemungutan pajak (pajak proporsional.)
Misalnya, T = 20% dari Y atau T = 0,2 Y.
C = a + b(1-t)Y
= 90 + 0,75 (1-0,2)Y
C = 90 + 0,6 Y
S = -a + (1-b)(1-t)Y
= -90 + (1-0,75)(1-0,2)Y
S = -90 + 0,2 Y atau 0,2 Y – 90
6. Pengeluaran Pemerintah
Pajak yang diterima pemerintah akan
digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah. Dinegara-negara yang
sudah sangat maju, Pajak adalah sumber utama dari pembelanjaan pemerintah,
sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi
pemerintahan dan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan, membayar gaji
pegawai-pegawai pemerintah, membiayai sistem pendidikan dan kesehatan rakyat,
membiayai pembelanjaan untuk angkatan bersenjata dan membiayai berbagai jenis
infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan adalah beberapa bidang
penting yang akan dibiayai pemerintah.
Penentu-penentu pengeluaran pemerintah:
- Proyeksi jumlah pajak yang di
terima : Dalam menyusun anggaran belanja pemerintah harus terlebih dahulu
membuat proyeksi mengenai jumlah pajak yang akan di terimanya.makin banyak
jumlah pajak yang akan dapat di kumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan
pemerintah yang akan di lakukan.
- Tujuan-tujuan ekonomi yang
ingin dicapai : mengatasi masalah pengangguran, menghidari inflasi, dan
mempercepat pembangunan ekonomi. untuk mempercepat kegiatan tersebut
seringkali membelanjakan uang yang lebih besar dari pendapatan yang di
peroleh oleh pajak.
- Pertimbangan politik dan
keamanan : pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan
negara selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun anggaran
belanja pemerintah. kekacauan politik, keamanan.keadaan seperti
itu akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang sangat besar.
H. Contoh Tabel
Y
|
C
|
I
|
S
|
Ct
|
St
|
T
|
G
|
AEt
|
150
|
50
|
-150
|
120
|
-160
|
40
|
80
|
250
|
|
200
|
300
|
50
|
-100
|
270
|
-110
|
40
|
80
|
400
|
400
|
450
|
50
|
-50
|
420
|
-60
|
40
|
80
|
550
|
600
|
600
|
50
|
570
|
-10
|
40
|
80
|
700
|
|
800
|
750
|
50
|
50
|
720
|
40
|
40
|
80
|
850
|
1000
|
900
|
50
|
100
|
870
|
90
|
40
|
80
|
1000
|
1200
|
1050
|
50
|
150
|
1020
|
140
|
40
|
80
|
1150
|
Keterangan:
- Y = Pendapatan nasional
- C = Konsumsi
- I = Investasi
- S = Tabungan
- Ct = Konsumsi setelah pajak
- St = Tabungan setelah pajak
- T = Pajak
- G = Pengeluaran pemerintah
- AEt = Pengeluaran agregat
setelah pajak
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perekonomianduasektoradalahperekonomian
yang
terdiridarisektorperusahaandansektorrumahtangga.Dalamperekonomiantidakterdapatpajakdanpengeluaranpemerintah.Perekonomianitujugatidakmelakukanperdaganganluarnegeridandengandemikianperekonomianitutidakmelakukankegiatanekspordanimpor.Pendapatan
yang
digunakanolehrumahtanggaakandigunakanuntukduatujuanyaituuntukpengeluarankonsumsidanditabung
Kecondonganmengkonsumsiatauhasratmengkonsumsi,
ada 2:
1.Hasratkonsumsi marginal
atauMarginal propensity to consume (MPS)
2.Hasratkonsumsi rata-rata
atauaverage propensity to consume (APC)
Kecondonganmenabungatauhasratmenabung,
ada 2:
1.Hasratmenabung marginal
atau marginal propensity to save (MPS)
2.Hasrattabungan rata-rata
atauaverage propensity to save (APS)
Sistemperekonomiantigasektorterdiridarisektor
-sektorrumahtanggaperusahaandanpemerintah
Jenis-JenisPajak
1.Pajakobjektif
2.Pajaksubjektif
3.pajaklangsung
4.pajaktaklangsung
Bentuk-bentukpajakpendapatan
1.Pajakregresif
2.Pajakproporsional
3.Pajakprogresif
DAFTAR
PUSTAKA
https://www.weare.id/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor/. Diaksespadatanggal 08
April 2020.
https://kepo789.blogspot.com/2016/05/materi-keseimbangan-ekonomi-tiga-sektor.html?m=1. Diaksespadatanggal 08
April 2020.
https://www.weare.id/keseimbangan-ekonomi-tiga-sektor/. Diaksespadatanggal 08
April 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar