TEORI TINGKAH LAKU KOMSUMEN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah
“Pengantar
Ekonomi Mikro”
Dosen
Pengampu : Eko Susanto, S.E., M.E
Disusun
Oleh :
Rendika Yulkhiton
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
(STEBIS) DARUSSALAM
OGAN KOMERING ILIR
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ Teori Tingkah Laku Konsumen “. Pada makalah ini kami banyak
mengambil dari berbagai sumber dan referensi dan pengarahan dari berbagai pihak
oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Akhir kata
penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca umumnya.
Lempuing, April 2020
Hormat
Kami
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ekonomi mikro (sering
juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari
perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan
kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro
meneliti bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi
penawaran dan permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan
bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang
dan jasa selanjutnya.
Di dalam pembahasan ilmu
ekonomi mikro terdapat materi mengenai Teori Tingkah Laku Konsumen. Yakni
tingkah laku individu atau kelompok dalam mempergunakan pendapatan yang mereka
miliki untuk memenuhi kepuasaan masing-masing.
Segala usaha yang dilakukan
untuk mencapai kepuasan maksimum dengan pendapatan yang terbatas inilah yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di pasar. Untuk
menganalisa pembentukan permintaan konsumen secara lebih akurat, maka akan
digunakan beberapa asumsi yang akan menyederhanakan realitas ekonomi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian tingkah laku konsumen
2. Apa
yang dimaksud dengan Teori Tingkah Laku Konsumen
3. Apa
saja faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen
4. Apa
saja pendekatan yang digunakan dalam Teori Tingkah Laku Konsumen
1. Memenuhi
tugas pembuatan makalah mengenai Teori Tingkah Laku Konsumen
2. Menambah ilmu
pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji tentang konsep “Teori Perilaku
Konsumen”.
3. Menambah
pengetahuan tentang faktor-faktor
dan pendekatan-pendekatan yang mempengaruhi dan digunakan dalam perilaku
konsumen.
BAB
II
Perilaku konsumen adalah
proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan,
pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi
kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan
dilakukan dengan pertimbangan yang matang. (Wikipedia: 2016,
Teori tingkah laku konsumen (Consumer
behaviour) adalah teori yang mempelajari pola tingkah laku konsumen dalam
memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Teori ini menjelaskan
bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli barang
dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu. Teori ini dikembangkan dalam dua
bentuk, yaitu: teori nilai guna (utiliti) dan analisis kepuasan sama.
Teori tingkah laku konsumen
dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan, yakni; pendekatan nilai guna
(utiliti) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal
Tingkah laku seorang
konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya
ditunjukkan dengan bantuan Kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan
gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.
Perilaku permintaan
konsumen terhadap barang dan atau jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
·
Psikologis, mencakup
motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
·
Pribadi, mencakup gaya
hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
·
Sosial, mencakup keluarga,
pendapat pemimpin, dan kelompok
referensi lainya seperti teman, dan rekan seprofesi.
·
Budaya, mencakup cara hidup,
subkultur, dan kelas sosial.
C. Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan
utilitas kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat diukur secara langsung
melalui angka-angka. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut juga dengan
pendekatan kardinal (cardinal approach).
Pendekatan
kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal. Pada pendekatan Kardinal
terdapat beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menunjukan bahwa tingka
konsumennya,yaitu :
a. Konsumen bersifat rasional konsumen
bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
b. Tujuan konsumen adalah memaksimumkan
utilitas
c. Laju pertambahan utilitas semakin lama semakin rendah dengan semakin
banyaknya barang tersebut dikonsumsi oleh konsumen ini dikenal sebagai The
Law Of Deminishing Marginal Utility
d. Konsumen memililki sejumlah
pendapatan tertentu
e. Tambahan kepuasan untuk tambahan
konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan
makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka
dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen
redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Hukum Gossen I
Hukum
ini menyatakan:
”Jika
pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus,
utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan
konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin
kecil.”
Contoh:
Utilitas
dari meminum air dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat Anda pertama
kali minum, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util. Demikian juga,
pada saat Anda meminum air dalam gelas ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik
lagi menjadi 15 util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk gelas keempat
nilai tingkat utilitasnya menjadi 18 util, untuk gelas kelima nilai tingkat
utilitasnya menjadi 20 util, untuk gelas keenam nilai tingkat utilitasnya
adalah 21 util, untuk gelas ketujuh juga nilai tingkat utilitasnya adalah 21
util. Apabila situasi tersebut digambarkan dalam tabel akan tampak sebagai
berikut.
Dari
Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan kenaikan
konsumsi air, tetapi laju kenaikannya yang semakin menurun. Tabel 1. juga
memperlihatkan bahwa utilitas total dari mengkonsumsi sejumlah air sama dengan
jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Coba Anda
perhatikan. Pada saat Anda mengonsumsi 4 gelas air minum, utilitas total adalah
18 util. Jumlah dari utilitas marjinal hingga Anda mengonsumsi 4 gelas air
minum adalah 6 + 5 + 4 + 3 = 18 util. Jadi, utilitas total adalah jumlah
seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data
dari Tabel 1. dibuat kurva akan tampak sebagai berikut.
Hukum Gossen II
Hukum
ini menyatakan:
“Jika konsumen melakukan pemenuhan
kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga barang
tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada
saat rasio marginal utility (MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang
dikonsumsinya.”
Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
MUX
= marginal utility barang X
MUY
= marginal utility barang Y
MUZ
= marginal utility barang Z
PX
= price (harga) barang X
PY
= price (harga) barang Y
PZ
= price (harga) barang Z
Sebagai
contoh, barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang berbeda-beda, yaitu
barang X harga per unit Rp 500,00, barang Y harga per unit Rp 5.000,00, dan
harga barang Z harga per unit Rp 10.000,00. Utilitas maksimum akan dicapai oleh
Fatimah jika setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk
setiap rupiah yang dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU
barang X adalah 5, nilai MU barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah
100.
Penyelesaian:
=
=
=
Teori utilitas ordinal, yang
menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat
dibandingkan. Jadi, menurut teori ini yang berlaku adalah apakah seorang
konsumen lebih menyukai kombinasi barang tertentu daripada kombinasi barang
lainnya. Dalam teori utilitas ordinal digunakan pendekatan kurva utilitas sama
(indifference curve) dan garis
anggaran (budget line).
Dalam teori perilaku
konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:
a.
Konsumen rasional, mempunyai
skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya
b.
Kepuasan konsumen dapat
diurutkan, ordering
c.
Konsumen lebih menyukai yang
lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang
dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
Kelemahan pendekatan konsumen ordinal yaitu terletak pada anggapan yang
digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur
dari satu kepuasan.
Kurva Indiferen (Indifference Curve)
Kurva indiferen adalah kurva
yang menggambarkan kombinasi beberapa barang yang sama-sama disukai oleh
konsumen, yaitu tidak ada pilihan untuk satu kombinasi dengan barang lain
karena semuanya memiliki tingkat utilitas yang sama (atau jumlah utilitas yang
sama) untuk konsumen. Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa
konsumen dapat memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia
memilihnya.
Sebagai contoh, Anda diberi
kombinasi barang tertentu, misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian,
Anda diberi beberapa alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang
berbeda, misalnya 8 unit pakaian dan 10 unit buku. Jika Anda menilai alternatif
yang diberikan yaitu berupa tambahan 2 unit buku lebih rendah daripada
pengurangan 2 unit pakaian, Anda akan memilih kombinasi barang yang pertama.
Anda menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak berbeda atau indifferen.
Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh
beberapa kombinasi barang yang Anda anggap indiferen. Dengan kata lain,
kombinasi barang tersebut menurut Anda akan memberikan utilitas yang sama.
Setiap kombinasi barang tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut.
Jika
digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.
Dalam hal ini, asumsinya
adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang lebih tinggi dengan
menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang. Penambahan konsumsi kedua barang
tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen
akan semakin jauh dari titik nol. Dengan kata lain, semakin jauh kurva
indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang diberikan oleh
kombinasi kedua barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan peta
indiferen (indifference map)
Garis Anggaran (Budget Line)
Konsumen yang memiliki
pendapatan tetap dalam membelanjakan uangnya dihadapkan pada berbagai pilihan
barang. Misalnya, Anda memiliki pendapatan tetap sebagai pelajar seperti
kiriman uang dari orangtua anda sebesar Rp 500.000,00 dan uang tersebut Anda
belikan pakaian dan buku pelajaran. Adapun harga pakaian adalah Rp 20.000,00
per unit dan harga buku adalah Rp 25.000,00 per unit. Anda akan menghabiskan
uang yang ada untuk membeli pakaian dan buku. Anda dapat membelanjakan uang
tersebut untuk membeli berbagai alternatif kombinasi pakaian dan buku. Jika
seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk membeli pakaian, Anda dapat membeli 25
potong pakaian.
Adapun jika digunakan untuk
membeli buku, Anda dapat membeli 20 buku. Beberapa kemungkinan dari kombinasi
pakaian dan buku tersebut terlihat pada Tabel 3. berikut.
Berdasarkan Tabel 3, dapat
digambarkan kurva garis anggaran yang berbentuk garis lurus. Kurva garis
anggaran menunjukkan seluruh kombinasi dari kedua barang yang mungkin terjadi,
sehingga seluruh pendapatan konsumen habis dibelanjakan. Dengan demikian, garis
anggaran menggambarkan semua kombinasi barang-barang yang tersedia bagi rumah
tangga pada penghasilan atau pendapatan tertentu dan pada harga barang-barang
yang dibelinya.
Jika dilihat perilaku
konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu
perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen tidak rasional.
a)
Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat
dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:
•
barang tersebut dapat
memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
•
barang tersebut benar-benar
diperlukan konsumen;
•
mutu barang terjamin;
•
harga sesuai dengan
kemampuan konsumen.
b)
Perilaku Konsumen tidak
Rasional
Suatu perilaku dalam mengonsumsi
dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa
dipikirkan kegu naannya terlebih dahulu. Contohnya, yaitu:
•
tertarik dengan promosi atau
iklan baik di media cetak maupun elektronik;
•
memiliki merek yang sudah
dikenal banyak konsumen;
•
ada bursa obral atau
bonus-bonus dan banjir diskon;
•
prestise atau gengsi.
Untuk mengetahui bagaimana
konsumen mengalokasikan pendapatannya di antara dua produk, perlu digabungkan
pengertian tentang apa yang ingin diperbuat dan apa yang dapat diperbuat oleh
konsumen. Ini dilakukan dengan menggabungkan peta indiferen dan kurva garis
anggaran konsumen. Penggabungan peta indiferen dan kurva garis anggaran
konsumen tampak pada Kurva 5. berikut.
Oleh karena Anda ingin memaksimumkan
utilitas, Anda ingin mencapai kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai.
Dengan mengamati Kurva 5, Anda akan mencapai utilitas maksimum pada saat garis
anggaran menyinggung kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Keadaan ini
disebut dengan keseimbangan konsumen. Dari Kurva 5, kombinasi barang yang
paling disukai dan dapat dicapai dengan anggaran yang ada terletak pada titik
E. Pada titik E tersebut, Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan anggaran
terbatas. Artinya, Anda dalam mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat
pendapatan Anda. Keterbatasan di sini merupakan satu kenyataan bahwa seseorang
tidak akan dapat mengkonsumsi barang yang nilainya melebihi pendapatannya.
Sesuatu hal yang
sangat penting untuk mempelajari perilaku konsumen guna memahami baik siklus
bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka
pendek, kegiatan konsumsi merupakan komponen utama dari keseluruhan
pembelanjaan.
Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan pola konsumsi pada seorang konsumen untuk mencapai kepuasan
maksimum, mulai dari perubahan pendapatan dan substitusi serta faktor lainya
dan ketika konsumsi berubah secara tajam, perubahan itu mungkin mempengaruhi
output dan lapangan kerja melalui dampaknya tehadap keseluruhan permintaan.
Berdasarkan isi dari konsep
tentang “Teori Tingkah Laku Konsumen” maka studi teori perilaku konsumen adalah
suatu hal yang sangat penting baik bagi para pengusaha, ekonom, mahasiswa,
dosen, guru ataupun pemerintah serta khalayak umum karena dengan kita
mempelajari dan memahami konsep teori dan perilaku konsumen dalam membelanjakan
sejumlah pendapatan yang dimilikinya, maka kita akan mengetahui sejumlah pemahaman
daripada siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar